Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hedonisme, Kemakmuran, dan Iman Kristiani

23 Januari 2019   08:41 Diperbarui: 7 Juli 2021   18:55 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hedonisme, Kemakmuran, dan Iman Kristiani (unsplash/markus-spiske)

Alkitab secara eksplisit mengatakan mereka sangat kaya berupa ternak, hasil tanah atu perkebunan, emas, dan lain-lain. Selain itu kita juga mendapati Ayub, Salomo juga adalah orang-orang yang kaya atau makmur secara material bahkan dikatakan melebihi siapapun.  

Dengan demikian kita ketahui bahwa Allah tidaklah anti kepada kekayaan atau orang kaya, karena kekayaan atau bumi ini dalam arti kekayaan-nya memang diciptakan dan diserahkan oleh Tuhan untuk manusia kuasai atau mengusahakan-nya (Kej. 1: 28).  

Namun demikian perlu disadari bahwa harta atau kekayaan juga dikuasai oleh iblis, dimana iblis bisa memberikan kemakmuran pada manusia (bdk. Mat. 4: 8-9), bahkan iblis dapat merusak kekayaan manusia misalnya apa yang terjadi pada Ayub.

Baca juga : Hari Raya Pentakosta Umat Kristiani

Walaupun kekayaan atau kemakmuran bukan hanya tidak salah atau diberikan oleh Tuhan, namun manusia juga diberi tanggungjawab dan perlu aware (sadar) bahwa materi atau kekayaan dapat berdampak pada banyak segi dalam kehidupan manusia jika manusia telah menjadikan kekayaan itu sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup dan sebagai sebuah kesenangan yang membawa manusia menjadi sombong dan melupakan Tuhan sebagai pemilik atau yang empunya (Owner) atas segala kekayaan yang ada di dunia ini.  

Sebalikya sadar atau tanpa sadar menjadikan kekayaan atau meteri sebagai "tuan (lord)" atas dirinya yang akhirnya bukan manusia yang menguasai materi atau kekayaan yang ada, tetapi justru manusia menjadi dikuasai oleh materi atau kekayaan, atau dalam hal ini yang disebut sebagai Mamon (Mat. 6: 24, Luk. 16: 9, 11, 13).  

Mamon, merupakan transliterasi dari bahasa Aram yaitu mamona. Arti biasa ialah kekayaan atau keuntungan.  Kristus melihat di dalam kata ini sebagai keinginan yang tamak, yang menuntut seluruh hati manusia, dengan demikian mengasingkan orang itu dari Allah (Mat. 6: 19): jika seseorang memiliki "sesuatu", sebenarnya sesuatu itu memiliki dia.  

Bandingkan pandangan mamon dari bahasa Babel yakni mimma, artinya sama sekali atau seluruhnya."  Lihat Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II Jakarta: OMF, 1996.  Dengan demikian otomatis kakayaan atau kemakmuran dapat mempengaruhi hubungan manusia dengan Allah demikian juga hubungan manusia dengan manusia.  

Walaupun kekayaan adalah pemberian Allah, namun manusia diminta juga bertanggungjawab baik dalam hal memperoleh maupun mengelolah kekayaan yang ada.  Ada beberapa bagian Alkitab secara eksplisit memmberitahukan kepada kita bahwa manusia harus berusaha dan tidak bermalas-malasan (ams. 10: 4; 20: 13).  

Dalam hal mengelolah kekayaan yang anda Alkitab mengajarkan supaya yang kaya dapat memperhatikan yang miskin.  Kaya atau makmur belum tentu identik dengan berkat Allah, miskin belum tentu identik dengan dikutuk Tuhan, karena kaya atau makmur dapat menyebabkan manusia juah dari Allah, dan miskin dikatakan lebih baik dan berbahagia bila mereka mencari Tuhan dan hidup di dalam Tuhan.  

Hedonisme tidaklah sesuai dengan iman Kristen, karena hedonisme mengutamakan kesenangan semata-mata sebagai tujuan utama dalam kehidupan ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun