Sebagai paragraf pengantar, tulisan ini saya buat untuk berbagi informasi kepada pembaca dan kita semua yang sedang melawan penyebaran Covid-19, bahwa saat ini kita juga perlu waspada terhadap penularan penyakit demam berdarah, yang sering kali meningkat pada kondisi pancaroba, dimana hujan masih relatif tinggi, demikian juga suhu dan kelembaban udara juga sudah menjadi relatif tinggi.
Hal ini merupakan kondisi lingkungan yang optimal bagi perkembangbiakan nyamuk, termasuk nyamuk Aedes aegypti vektor penular demam berdarah.
Sehingga upaya social distancing/ physical distancing dengan cara di rumah saja, dapat diisi dengan kegiatan positif, yaitu pemberantasan sarang nyamuk di rumah masing-masing.
Harapanya apa yang akan kita lakukan saat di rumah saja akan dapat bermanfaat untuk dua hal sekaligus, yaitu pemutusan rantai penularan Covid-19 dan pemutusan rantai penularan demam berdarah.
Beranjak dari Teori Blum (1974) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan memberikan kontribusi terbesar penularan penyakit, seperti demam berdarah.
Demikian juga dengan Teori Gordon (1950) yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan penyangga bagi peningkatan/ penurunan agen (penyebab penyakit) dan daya tahan tubuh manusia (host), memberikan kontribusi besar terhadap penularan penyakit, termasuk demam berdarah.
Faktor lingkungan yang sangat dekat dengan terjadinya penyakit demam berdarah adalah kepadatan vektor nyamuk penular demam berdarah, yang mana kepadatan vektor ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya seperti peningkatan suhu, kelembaban udara, curah hujan, perubahan tata guna lahan yang menyediakan banyak habitat perkembangbiakan vektor.
Saat ini, dengan kondisi pancaroba (pergantian musim penghujan ke musim kemarau) yang diperkirakan terjadi april-mei 2020 menyebabkan hujan, suhu dan kelembaban udara relatif tinggi.
Masih tingginya curah hujan menyediakan banyak media/habitat untuk nyamuk bertelur, sedangkan suhu dan kelembaban udara yang relatif tinggi mempercepat siklus hidup dan perkembangbiakan nyamuk.
Kondisi ini menjadikan kepadatan nyamuk akan lebih cepat meningkat dan kontak nyamuk dengan manusia akan lebih banyak, dampaknya akan diiringi dengan peningkatan kasus penyakit.
Sejak 27 Februari 2017, Presiden Joko Widodo telah mengintruksikan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau Germas, melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2017.
Gerakan ini adalah upaya/ tindakan yang terintegrasi dengan melibatkan berbagai kementerian, lembaga dan semua kepala daerah provinsi, kabupaten/ kota  dalam rangka mempercepat capaian tujuan pembangunan bidang kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis, melalui pendekatan upaya kesehatan promotif dan preventif.
Pengendalian Vektor sebagai Upaya Preventif yang Efektif
Penyakit demam berdarah ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Mengingat belum ditemukanya obat untuk mematikan virus Dengue penyebab demam berdarah serta vaksin yang masih dalam pengembangan penelitian, maka upaya preventif yang paling efektif dalam pengendalian demam berdarah adalah pengendalian vektor, baik secara fisik, biologi, kimia dan terpadu.
Upaya preventif merupakan komponen utama dalam Germas, dengan cara melakukan intervensi vektor, sehingga masyarakat yang sehat dapat dipertahankan untuk tetap sehat dan produktif sebagaimana tujuan pembagunan bidang kesehatan.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 tahun 2017, tujuan pengendalian vektor adalah untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaanya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit.
Hal ini sejalan dengan Postulat Barnett (1902) yang menyatakan bahwa terjadinya penurunan populasi vektor akan diikuti penurunan kasus penyakit.
Maka, sangatlah rasional apabila upaya preventif pengendalian vektor dijadikan sebagai kegiatan utama dalam pengendalian penyakit tular vektor, termasuk demam berdarah.
Peranserta Masyarakat menjadi Jumantik Keluarga
Di rumah saja, yang merupakan anjuran pemerintah untuk memutuskan rantai penularan Covid-19, dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk mendisiplinkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Salah satunya menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Keluarga, sebagaimana yang digalakan oleh pemerintah Gerakan satu rumah satu Jumantik (G1R1J), dimana setiap rumah ada salah satu anggota keluarga yang berperan sebagai Jumantik Keluarga.
Selain melakukan pengamatan jentik, Jumantik Keluarga melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara Menutup, Menguras dan Mendaur ulang (3M).
Menutup, artinya menutup rapat semua penampungan air yang dapat menjadi habitat vektor DBD, sehingga apabila ditutup maka nyamuk akan kesulitan mendapatkan tempat untuk bertelur.
Menguras, artinya melakukan pengurasan dan penyikatan bak mandi dan penampungan air lainnya, secara rutin setiap minggu untuk memutuskan siklus hidup nyamuk, sehingga periode pradewasa (telur, jentik, pupa) tidak cukup waktu mejadi periode dewasa (nyamuk).
Mendaur ulang, artinya melakukan daur ulang barang bekas yang masih bernilai ekonomis, sehingga tidak menjadi habitat nyamuk.
Kegiatan PSN 3M yang benar apabila dilaksanakan secara rutin dan menyeluruh. Secara rutin, kegiatan ini harus dilakukan setiap minggu mengingat periode pradewasa nyamuk (telur, jentik, pupa) berkisar 8-12 hari, setelah 8-12 hari akan muncul nyamuk (dewasa) generasi baru.
Sehingga, apabila PSN 3M dilakukan setiap minggu maka sebelum tumbuh menjadi nyamuk, periode pradewasa telah terkuras melalui kegiatan PSN 3M.
Secara menyeluruh, artinya PSN 3M tidak benar jika hanya dilakukan per satuan rumah atau beberapa rumah, tetapi harus semua rumah secara menyeluruh, dengan pertimbangan jarak terbang nyamuk Aedes hingga 100 meter,.
Maka apabila ada rumah yang tidak melakukan PSN 3M maka nyamuk yang berkembang di rumah tersebut akan mampu terbang hingga radius 100 meter ke rumah yang lain.
Lebih dari itu, pengertian menyeluruh pada PSN 3M berarti bekerja sama saling melindungi, sesama anggota masyarakat saling melindungi terhadap bahaya demam berdarah.
Dengan kata lain, melakukan kegiatan PSN 3M berarti melindungi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar, sebaliknya jika tidak melakukannya maka tidak hanya membahayakan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga membahayakan masyarakat sekitar.
Ringkasnya, keberhasilan pengendalian demam berdarah sangat ditentukan oleh Jumantik Keluarga dalam kedisiplinan pelaksanaan PSN 3M di rumahnya masing-masing.
Di rumah saja pada saat pandemi Covid-19, merupakan kesempatan untuk melatih dan mendisiplinkan pelaksanaan PSN 3M di rumah masing-masing, sehingga tidak hanya bemanfaat untuk pemutusan rantai penularan Covid-19.
Namun juga dapat berkontribusi terhadap pemutusan rantai penularan demam berdarah, dengan cara PSN 3M untuk menurunkan seminimal mungin kepadatan vektor sehingga tidak terjadi penularan penyakit demam berdarah.
Mendisiplinkan diri PSN 3M selama di rumah saja, diharapkan akan terus terbiasa sekalipun nanti sudah kembali bekerja pada saat situasi dan kondisi sudah kembali menjadi baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H