Semangat memahami agama akan meng-“hidup”-kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, ‘Umrun Mubarokun (umur yang barokah)
Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Di samping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang barokah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai tujuh indikator kebahagiaan. Yang menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ketujuh indikator tersebut? Salah satunya adalah dengan melaksanakan ibadah umroh. Umroh adalah perjalanan ibadah ke Baitullah dengan melaksanakan ihram, thawaf, sa’i dan tahallul. Banyak sekali keutamaan yang didapatkan dari melaksanakan ibadah umroh. Yang paling utama dari sekian banyak keutamaan ibadah umroh adalah bahwa dengan melaksanakan ibadah umroh kita benar-benar berusaha secara optimal agar Allah berkenan mengkaruniakan ketujuh indikator kebahagiaan sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Abbas di atas.
Dengan umroh, kita membuktikan diri di hadapan Allah bahwa kita sudah membelanjakan sebagian harta kita dijalan-Nya, sebagaimana yang Allah perintahkan. Dengan umroh, kita berusaha menjadikan umur kita barokah (indikator ketujuh) dengan memperbanyak amal ibadah. Dengan umroh, kita berusaha untuk lebih dalam lagi memahami agama kita (indikator keenam) dengan mempelajari tata cara umroh dan hikmah-hikmahnya. Dengan umroh, kita berusaha memastikan bahwa harta yang kita miliki adalah harta yang halal (indikator kelima), yang pantas untuk sowan ke rumah-Nya. Dengan umroh, kita berusaha mendapatkan lingkungan yang baik (indikator keempat) yang kondusif untuk menjaga keimanan kita dengan bergaul bersama orang-orang sholeh, yaitu rekan-rekan jamaah umroh kita.
Dengan umroh pula, kita berkesempatan untuk berdoa di tempat yang mustajabah (yang dikabulkan) agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah (indikator ketiga), istri/suami kita tetap sebagai suami/istri yang sholeh/sholehah (indikator kedua), dan agar Allah memberikan kita hati yang senantiasa bersyukur (indikator pertama) atas semua yang telah Allah karuniakan kepada kita, keluarga kita dan orang-orang yang selalu di hati kita. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H