Mohon tunggu...
Suwanda
Suwanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Learning Disabilty Ishaan Awasthi pada Film "Taare Zameen Par"

19 Juni 2021   17:46 Diperbarui: 19 Juni 2021   18:27 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ishaan Awasthi adalah seorang anak laki-laki yang berusia 8 tahun. Ia duduk di kelas 3 SD selama dua tahun. Ishaan memiliki seorang kakak yang bernama Yohan. Kakaknya sangat berprestasi baik dari akademik maupun non-akademik. Akan tetapi berbeda halnya yang dialami oleh Ishaan. Dia mengalami gangguan belajar yang membuatnya tertinggal dari teman-temannya.

Belajar adalah suatu proses perkembangan hidup manusia. Belajar bukan hanya sekedar pengalaman hidup, melainkan suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar terjadi secara aktif dan integratif untuk mencapai tujuan. 

Dalam proses belajar perbedaan dari setiap individu mempengaruhi tingkah lakunya. Anak yang tidak dapat belajar dengan yang sebagaimana harusnya disebut dengan kesulitan belajar. Gangguan yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar dapat berupa gejala psikologis yang berupa ketidakmampuan dalam belajar (learning disability/learning disorder) (Raharjo et al., 2011).

Gangguan belajar atau kesulitan belajar biasanya akan menjadi gangguan kronis yang mempengaruhi perkembangan sampai dewasa. Anak-anak yang menderita gangguan ini sering disalah artikan sebagai anak yang bodoh karena mereka cenderung mempunyai prestasi yang buruk di sekolah. Sebenarnya anak-anak yang menderita gangguan tersebut mengalami ketertinggalan kematangan kognitif dari anak-anak seusianya. Learning disability mencakup gangguan disleksia (kesulitan dalam membaca), disgrafia (kesulitan dalam menulis), diskalkulia (kesulitan dalam matematika) (Nevid, 2014).

Kesulitan Belajar

Secara bahasa kesulitan belajar berasal dari bahasa inggris yaitu "learning disability" yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan sebagai kesulitan,  karena kan memberikan kesan bahwa sebenarnya anak mampu untuk belajar (Suryani, 2010). 

Menurut Mulyadi (dalam Yeni, 2015) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dari proses belajar yang ditandai dari adanya hambatan-hambatan untuk mendapat hasil belajar. Anak yang mengalami hambatan dalam belajar akan menerima hasil yang kurang optimal.

Lamm dan Fisch berpendapat bahwa kesulitan belajar menggambarkan serangkaian kondisi tertentu yang menghalangi proses belajar normal pada anak dengan kecerdasan rata-rata atau anak yang diatas rata-rata. Kesulitan belajar juga merupakan masalah yang memperngaruhi kemampuan otak untuk menerima, memproses, menganalisa dan menyimpan informasi (Yeni, 2015).

Disleksia

Disleksia berasal dari bahasa yunani, yaitu dyslexia, dys yang berarti buruk dan lexion yang berarti kata-kata. Jadi disleksia adalah kesulitan dengan kata-kata. Artinya penderitanya memiliki gangguan ataupun kesulitan dalam kemampuan berbahasa terutama membaca sehingga anak sulit untuk memahami huruf atau kata yang menyebabkan ia kesulitan dalam belajar (Nevid, 2014).

Disleksia juga dikenal dengan SPLD (Specific Learning Difficulty) atau kesulitan belajar khusus. Disleksia merupakan suatu kondisi yang yang ada dalam segala tingkat kemampuan dan menyebabkan kesulitan yang berkelanjutan dalam memperoleh kemampuan membaca dan menulis. Disleksia sebagai suatu sindrom kesulitan dalam mempelajari kata dan kalimat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan waktu arah dan masa (Abdurrahman dalam Jatmiko, 2016).

Ciri-ciri Disleksia

Menurut Jatmiko (2016) secara umum, ciri-ciri anak yang mengalami disleksia adalah :

  • Ada satu atau beberapa anggota keluarganya yang mengalami kesulitan belajar (faktor keturunan)
  • Kesulitan dalam mengeja kata.
  • Kesulitan dalam membedakan kiri dan kanan
  • Menulis huruf atau angka secara terbalik
  • Kesulitan dalam mengatur diri sendiri
  • Kesulitan dalam mengikuti perintah yang kompleks

Disgrafia

Santrock (dalam Sa'adati, 2015) menjelaskan bahwa disgrafia adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan. Umumnya, istilah disgrafia dipakai untuk mendiskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak dengan disgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil tulisannya sangat tak terbaca, dan banyak melakukan kesalahan ejaan karena ketidakmampuan untuk memadukan bunyi dan huruf.

Ciri-ciri Disgrafia

Dalam disgrafia juga ada bentuk-bentuk kesulitan yang sama terjadi seperti kesulitan membaca, antara lain :

  • Penambahan huruf/suku kata
  • Penghilangan huruf/suku kata
  • Pembalikan huruf ke kanan-kiri
  • Pembalikan huruf ke atas-bawah
  • Penggantian huruf/suku kata

Diskalkulia

Istilah diskalkulia mengacu pada suatu masalah atau gangguan khusus dalam menghitung, atau mengerjakan operasi aritmetika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Anak yang mengalami kesulitan dalam diskakulia merupakan anak yang mengalami masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut belum tentu bodoh pada bidang yang lain, hanya saja terdapat masalah dalam kemampuan menghitungnya (Idris, 2017).

Menurut Bryannt et al (dalam Yeni, 2015). Tidak semua kesulitan anak dalam matematika berhubungan dengan pengetahuan anak tentang matematika, karena juga terdapat gangguan atau masalah lain seperti ingatan, kesulitan mengingat masalah matematika,lemahnya keterampilan perhitungan dan kesulitan dalam memahami tanda operasi.

Ciri-ciri Diskalkulia

Menurut Tammasse (2017) ciri-ciri dari diskalkulia adalah :

  • Kesulitan menghitung
  • Kesulitan membaca dan menulis angka
  • Sulit memahami konsep matematika dasar
  • Tidak menguasai pengukuran, pengelompokan dan pola

Learning Disability Yang Dialami Ishaan Awasthi

Dari Hasil observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa subjek observasi yaitu Ishaan Awasthi mengalalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh Ishaan  adalah disleksia, disgrafia dan diskakulia. 

Disleksia yang dialami oleh Ishaan ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengeja kata, kesulitan dalam membedakan kiri dan kanan, menulis huruf atau angka secara terbalik, kesulitan dalam mengatur diri sendiri, dan kesulitan dalam mengikuti perintah yang kompleks.

Disgrafia yang dialami oleh Ishaan ditandai dengan adanya penambahan huruf/suku kata, penghilangan huruf/suku kata, pembalikan huruf ke kanan-kiri dan penggantian huruf/suku kata.

Diskalkulia yang dialami oleh Ishaan ditandai dengan kesulitan menghitung dan sulit memahami konsep matematika dasar.

Terkadang kesulitan dalam belajar tidak disadari oleh guru dan orang tua. Sehingga mengakibatkan anak yang menderita kesulitan belajar ini sering dianggap sebagai anak yang kurang berprestasi, pemalas, atau bodoh. Karenanya hal ini dapat mengakibatkan anak mungkin menalami perasaan cemas, marah, frustasi, hingga merasa tidak dibutuhkan (Hardwell, dalam Suryani, 2010).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun