Ada juga dosen di masa yang serba tak menentu ini, masih menerapkan larangan super ketat. Misalnya melarang mahasiswa masuk kelas karena tidak menggunakan baju berkerah. Melarang membawa makanan dan melarang masuk kelas bagi mahasiswa yang datang terlambat. Sesepele itu, yang mereka urus dari mahasiswa.Â
Barangkali, mereka pikir jika kuliah pakai kaos maka otak mahasiswa akan tertutup atau ketika belajar sambil ngemil permen membuat otak tersumbat. Kan, tidak juga. Artinya, jauh panggang dari api.
Oke, kalau soal rokok, saya setuju. Bolehlah dilarang di kelas, karena asapnya mengganggu dan ruangan tertutup. Bagaimana jika ruang terbuka, di taman misalnya. Sementara mahasiswanya semester tujuh atau delapan atau mahasiswa S-2. Kalau hal sepele lainnya mungkin jangan terlalu dibesar-besarkan, deh.
Keberhasilan belajar tidak bisa diukur dari durasi dan kostum. Tidak menjamin pula belajar dua jam dengan yang satu jam akan lebih berhasil yang dua jam. Bukankah masyhur sekali beberapa riset mengatakan, bahwa belajar dalam kelas hanya efektif pada 15 menit pertama. Sisanya ngantuk, tidak fokus, dan bahkan ingin buru-buru pulang.
Murid tidak didesain sebagai prajurit siap tempur. Kita hanya membantu mengarahkan mereka agar dapat memanfaatkan pikiran-pikiran baiknya dengan baik dan benar. Oleh karenanya dalih disiplin kurang tepat jika dijadikan alasan.
Jangan mabuk hormat dan jangan terusik dan merasa tidak nyaman bila ada orang yang menganggap biasa saja. Biasakan menjadi pribadi ikhlas tanpa pamrih meski sekadar ucapan terima kasih. Jauhilah orang yang dengan entengnya mengatakan etika nomor satu. Sebab, ketika kita selangkah beranjak meninggalkannya, akan menjadi bahan koreksi perilaku kita oleh mereka.
Kenapa dalam pendidikan peting sekali kebebasan (dalam arti bebas bertindak yang manusiawi) sebab kelas akan menjadi hidup jika tidak ada sekat di antara murid dan guru. Mungkin banyak orang akan menilai ini bagian lelucon. Mustahil bisa diwujudkan di Indonesia yang notabenenya negara beragama dan berbudaya. Namun, saya berpikir berbeda. Hati dan pikiran tak akan tampak sebagai dirinya sendiri, sebelum sanderanya dilepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H