Siapakah sosok yang ideal untuk menjadi wakil Prabowo di 2024? Tentunya masih misteri. Sebab ketua umum Partai Gerindra itu enggan terburu-buru menetapkan calon yang bakal mendampinginya di pemilu mendatang.
Di podcast Deddy Corbuzier, ia menyebutkan bahwa tidak menutup kemungkinan akan kembali maju sebagai capres, jika masyarakat menginginkannya untuk mengabdi untuk negeri ini. Namun siapa yang bakal berdiri di sisi kirinya, ia belum dapat menjawab. Tergantung situasi dan dukungan partai lain, katanya.
Jika benar ia akan maju sebagai capres, lalu siapakah kira-kira sosok yang tepat sebagai cawapresnya? Apakah Anies, Puan, atau Ganjar? Tiga nama ini selalu keluar di bursa capres atau cawapres menurut hasil beberapa lembaga survei. Namun melihat kredibilitas lembaga survei saat ini, semacam deretan warna yang mudah ditebak. Sehingga masyarakat memiliki pilihannya masing-masing.
Mari kita bahas satu-persatu. Anies misalnya, ia telah dicap masyarakat sebagai bagian dari Prabowo. Sebab gubernur DKI Jakarta itu diusung oleh Partai Gerindra serta pernah ikut serta mengkampanyekan Prabowo-Sandi di 2019. Oleh sebabnya ia dipandang belum mampu mengambil hati pemilih Jokowi-Ma'ruf.
Prabowo juga butuh suara pemilih Jokowi untuk bisa duduk di kursi RI 1. karenanya ia harus mencari wakil yang dapat merepresentasikan harapan pemilih (01). Kita tahu pemilu dua tahun silam, masyarakat Indonesia terbelah dua. Kubu (01) Jokowi-Ma'ruf dan (02) Prabowo-Sandi.
Keterbelahan pandangan ini tetap membekas di kepala masing-masing pemilih. Kecondongan hati setiap pemilih merupakan kembang dari fanatisme. Terlebih jejak digital tidak dapat dihilangkan.
Jika Puan, cucu dari presiden pertama ini dianggap belum matang dalam karier politik. Berkaca pada sejarah, Prabowo pun pernah menjadi duet Megawati (ibu dari Puan) yang notabenenya dianggap senior dalam kancah politik tanah air serta pernah menjabat sebagai presiden RI, tapi belum mampu menarik perhatian rakyat di pilpres 2008. Alhasil, Mega-Prabowo kalah dari SBY-Boediono.
Kubu Prabowo akan berpikir ulang jika harus disandingkan dengan ketua DPR RI itu. Lalu bagaimana dengan Ganjar?
Gubernur Jawa Tengah dan Puan merupakan representasi PDIP. Ia masih muda, belum dikenal oleh pemilih luar Jawa. Walaupun sebagian kecil setiap pemilih, memilih karena merasa ada kecocokan dengan personal yang dipilih. Namun jangan disepelekan, bahwa ada pula pemilih yang tidak memilih karena merasa tidak memiliki kesamaan visi dan misi atau kecondongan dengan partai tertentu. Dan dua nama tersebut berasal dari gerbang yang sama. Sehingga boleh jadi pendukung Prabowo goyah soal ini.
Prabowo harus memilih tokoh yang dapat mewakili pemilih Jokowi 2019 lalu. Namun sosok itu juga dapat diterima oleh para pemilih dan pengikut setianya. Sepertinya sosok tersebut bukan berasal dari partai.
Saya paham kenapa partai kepala banteng itu mencoba memunculkan banyak nama, seperti Risma dan bahkan ketua umum partanya sendiri. Semakin banyak figuran maka partai itu menjadi wadah besar yang dapat menampung dan mempersatukan persepsi juga akan semakin kuat karena memiliki banyak opsi.
Selain nama-nama di atas, ada nama Mahfud MD. Mantan ketua mahkamah konstitusi itu patut dilirik. Sebab elektabilitasnya juga tidak kalah menarik di bursa capres-cawapres mendatang. Namanya kian melambung semenjak kegagalannya mendampingi Jokowi di pilpres 2019.
Nama Mahfud, selain dikenal intelektual, ia juga dipandang sebagai agamawan. Di warga NU dan Muhammadiyah ia dibukakan gerbang yang amat luas. Memiliki track record yang apik serta tegas dan lugas, menjadi sosok ideal untuk mendampingi Prabowo.
Oleh kubu Prabowo, ia juga dipandang sebagai keluarga karena pernah menjadi ketua tim kampanyenya 2014. Ia juga sebagai bagian yang tak terlepaskan dari pemerintahan saat ini. Itu sebabnya ia dipercaya sebagai Menko Polhukam.
Sayangnya ia bukan simpatisan atau orang partai yang telah memiliki kendaraan. Sehingga membuatnya kesulitan menjinakkan partai lain.
Namun presiden dan wakil presiden ini sepenuhnya kehendak Tuhan, masih misteri. Dan tangan-tangan Tuhan kadang bekerja melalui lembaga survei, orang dalam, dan orang partai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H