Ayo ngaku, kalian sering baca artikel hanya judulnya doang, kan? Udah ngaku aja. Yuk, mulai sekarang biasakan membaca sampai tuntas, ya!
Saat ini teknologi begitu canggih dan akan terus lebih canggih sehingga memudahkan kita memperoleh informasi. Namun meski begitu kita tetap harus menerapkan standar literasi yang berkualitas agar sehat dalam berpikir dan sehat pada bibir.
Namun, tidak sedikit kita jumpai tipe warganet bahkan kita sendiri yang membaca artikel hanya judulnya saja tanpa membaca isi yang ada di balik artikel tersebut. kita terlalu percaya diri dapat memahami isi sebuah artikel dengan hanya melihat kulit (judul). Sehingga kita terkecoh dengan buaian yang seolah judul adalah isi dari sebuah artikel yang utuh. Padahal isi adalah sebuah narasi yang akan mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih spesifik sesuai dengan yang diharapkan penulis.
Juga tidak jarang kita temui artikel dengan judul yang lebih mengerikan daripada rudal Korut. Sebab para penulis daring, khususnya, menerapkan strategi itu untuk mengajak warganet membaca isi artikel. Sekali lagi, untuk membaca isi artikel, bukan judulnya doang. Namun, hal itu tidak sebanding dengan harapan penulis, sebab kita dan netizen lebih sukanya ngeshare daripada membaca sampai tuntas.
Rupanya kasus "malas" membaca tidak hanya terjadi pada sebuah artikel, akan tetapi juga banyak dari kita yang "malas" menonton. Video-video yang diberi judul bombastis di akun-akun youtube terkadang menjerumuskan kita kepada berita dan kabar bohong.
Pemicunya adalah hal sepele yaitu "malas".
Lama-lama, "malas" menjadi karakter yang melekat kuat dalam diri kita. Akibatnya kita dengan mudah ngeshare berita yang tidak benar. Dan tindakan itu akan mempengaruhi orang-orang yang "malas" pula. Maka timbullah kebohongan dan kesesatan berpikir yang diyakini sebagai kebenaran secara berjamaah.
Jangan sekali-kali terpengaruh oleh informasi yang begitu cepat. Kita mesti lebih teliti dan sedikit bersabar dengan cara meluangkan waktu sejenak untuk membaca dan mengamati dengan seksama. Sebab jika kita ceroboh dan malas, maka artikel atau video itu akan membunuh kita. Membunuh kepercayaan orang lain kepada kita. Membunuh karakter baik yang ada pada diri kita.
Seperti kasus artikel yang saya tulis minggu lalu, Tradisi yang Memberi Kesan Bahwa Merayakan Maulid itu Butuh Biaya Mahal di Kompasiana. Banyak warganet yang menyerbu dan berbondong-bondong mengomentari tautan di facebook yang dishare oleh admin Kompasiana tentunya dengan kata-kata kasar sebagai ciri khas mereka tanpa memahami isi yang ada dalam tautan tersebut. Dari ratusan komentar itu, hanya satu yang nyambung dengan maksud yang ada dalam artikel.
Artinya, di sini kita dapat mengambil kesimpulan dengan mudah bahwa prosentase membaca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Mereka lebih doyan bicara daripada membaca.