Nah, Perkara memaksakan diri seperti di atas merayakan Maulid dan menyajikan makanan berlebihan serta biasanya di barengi dengan pengambilan makanannya rebutan menurut saya bukanlah cerminan Nabi. Sebab Nabi melarang berlebihan semacam itu, serta rebutan yang membuat makanan terinjak dan bahkan hanya sebatas dilihat jika tidak cocok, lalu berpindah ke rumah berikutnya untuk berebut makanan sekaligus berselawat. Hal ini berbeda dengan di atas yang menitikberatkan pada selawat, di sini titik intinya ada pada makanan.
Sebagai warga desa saya menutup telinga dan tidak perlu mengikuti arus, cukuplah membawa makanan sekadarnya ke masjid dan berselawat. Sebab bagi saya ber-Maulid itu murah dan bahkan gratis yang membuat mahal adalah gengsi dan ketidakmampuan kita memadukan cinta dan tradisi dengan dosis yang seimbang.
Oleh sebab itu mari rayakan Maulid dengan murah meriah yang mengedepankan selawatnya bukan makanannya. Sebab inti dari perayaan Maulid adalah untuk berselawat dan berbahagia atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Allahumma solli ala Muhammad
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI