Mohon tunggu...
SutrisnoPenadebu
SutrisnoPenadebu Mohon Tunggu... Penulis - Kepala unit

Terlahir dengan hobi menulis apa saja. namun tetap selektif karena menulis menebar keabadian. maka tulislah dari segala kebaikan ( Sutrisno-Penadebu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Kehidupan Berkata-Kata

14 Oktober 2022   05:24 Diperbarui: 14 Oktober 2022   05:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BATAS PELANGI SENJA BABULU

Setitik embun di atas daun talas

Kepik merah di daun mangrove

Dua zebra di atas buku biografi pelangi

Piramida, gedung, dan gembala

Terjulai di milyaran syaraf kepala

Titik embun jatuh di daun talas

Bergoyang

Putih laksana mutiara

Matahari cerah pendarkan cahaya

Kupu-kupu pengisap nektar

Bunga warna ungu

Berbintik indah warna hijau

Pusaran taman hijau dan pelangi tunggal melingkar

Mewarnai biru.

Memoar bertetes 5 embun

Hingga 30 butir

Bermilyar syaraf menebar 

Tertampung daun hijau tua

Takpernah bisa gugur

Karna matahari bersinar dan selalu ada esok lusa

Semi dan berbunga.

Batas pelangi senja Babulu.

Penadebu (Sutrisno).

Penajam, 7 April 2018

----ZENA----

By: Penadebu

Katanya itu tak indah Zena..

Ada menebar hasrat di gerimis senja

Tentang seribu bahasa penantiannya

Tentang sejuta bahasa yang disembunyikannya

Zena...

Sebuah lantunan ayat adalah makna penantianmu

Berbulir sepuluh, seratus hingga ila masya allah

Berbait toddlers, teens to young adults

Zena...

Menunggu cintanya

Pada hujan ilalang pelangi depan jelaga

Ada nyala api semangat

Yang tak pernah putus asa

Karna ada yang membakar

Di sudut relung hati

" you are the flame"

"you are the flame"

"(Jejak itu akan ada di sana, dalam keindahan dan kepahitan, dalam kehilangan dan keberadaan)"

Itu selalu dianggap dalam kotak kayu berpintu satu

Ada dalam hadap penantian

Zena yakin akan kebesaran cinta

Karna tuhan memperantarainya.

 

Penajam, 29 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun