Mohon tunggu...
Trisno
Trisno Mohon Tunggu... -

nama: trisno pekerjaan: wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istri yang Terzhalimi

24 September 2012   19:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bilang pernikahan itu membahagiakan dan menyenangkan. Tapi aku justru tak pernah mengecap keindahannya sedikitpun. Aku sudah putus asa. Aku bingung apakah pernikahan ini harus dipertahankan? Yang pasti aku masih mencintainya, dan diapun nampaknya demikian. Namun mengapa kami tak pernah mengecap romantisme penuh bunga dalam pernikahan ini?

Demikian sebuah kalimat dari sampul buku yang kubaca dengan judul Rahasia Cinta Abadi, yang juga mewakili perasaanku saat ini.

Buku yang telah lama tersimpan rapi di rak buku, sebuah kado pemberian dari mawar pada saat pernikahan kami.

Sebuah karya indah dengan petuah-petuah emas untuk kebahagiaan pernikahan yang langgeng, hampir tiap malam suamiku membacanya. namun entah mengapa, seperti tidak ada pengaruh dengan bacaan tersebut, itu terlihat karna tidak adanya perubahan-perubahan dalam hidupnya untuk menciptakan romantisme dalam rumahtangga.

Entah motiv apa yang menyebabkan ia terburu-buru menikahiku dulu. Kadang aku berfikir, apakah aku hanya dijadikan pelarian? ah..entahlah.

Sampai akhirnya semua pertanyaan yang menggelayuti pikiran ku pun kini terungkap, karna kehadiran pihak ketiga dalam hubungan rumah tangga kami.

Mawar..yah, wanita itulah yang singgah dalam kehidupan kami, Aku mengenalnya pada saat ia menghadiri acara resepsi pernikahan kami yang juga memberikan sebuah kado buku Rahasia cinta abadi tersebut.

Ia adalah mantan pacar suamiku ketika masih duduk dibangku sma dahulu, yang kini aku dengar ia hidup menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya.

malam itu, suamiku pun membuka mulut menjelaskan perihal tentang kegelisahannya. Dengarkan, aku mau bicara. ucapnya.
Aku pun duduk di pinggir ranjang tepat di sampingnya. Yang ku ingat baru
kali ini ia mau angkat bicara dan aku benar-benar mengharapkannya untuk bicara.
Semua yang terjadi, adalah salahku, aku yang salah…! dia mendesah berat.
Aku diam tanpa kata, berusaha sekuat hati untuk tetap tenang.
Dulu aku menikah dengan mu begitu terburu-buru. teman-temanku seenaknya
mencelaku, Mereka semua memtertawakanku. Aku sungguh tidak terima. Semenjak itu aku
bertekad untuk segera menikah.

hingga suatu malam tanpa kusadari kamu datang menghubungiku dengan suara lembutmu melalui hp, yang kamu dapat nomornya dari profil fbku. hampir tiap malam kamu menelponku, tanpa berpikir panjang, aku langsung mengajakmu menikah. Terus terang, aku heran kenapa kamu juga langsung menerimaku,
padahal kita baru saja kenal.Dia bicara panjang lalu terdiam. Sesaat suasana jadi
hening. hatiku yang berkecamuk, ku merasa begitu rendahnya aku sehingga suamiku menikahiku hanya untuk menutup malunya.
Mas.. kalimatku lirih. Dulu aku menerimamu, karena kamu bilang mau
menerima aku dan keluargaku. Waktu itu, mas bilang ingin menikah untuk
ibadah, mau belajar islam. Aku begitu mempercayaimu untuk sama-sama belajar
berumah tangga. Apa mas ingat semua, kenapa mas sekarang bilang terburu-buru menikah denganku?" Itulah salahku, aku tidak mampu mewujudkan semua itu denganmu, aku sudah
terbelennggu oleh perasaanku sendiri, ucapnya. apa maksudnya? tanyaku ingin tahu.
Setelah lamaran, aku mulai ragu. Aku merasa tidak ada kemantapan hati, tidak
ada ketertarikan saat melihatmu, kecuali keinginanku untuk menikah. Aku ingin membatalkan pernikahan kita waktu itu, tapi tidak tega ke keluargamu terutama
mak'mu yang pasti akan malu. Setelah akad aku beruasaha melakukan
kewajibanku selayaknya suami isteri, tapi aku merasa hambar, yang ku ingat
bukan dirimu tapi kenangan-kenangan masa laluku. Aku beruasaha
menumbuhkan bibit-bibit cinta, tapi semua sia-sia, yang tumbuh malah cinta
masa laluku yang berbunga-bunga dahaga.

Apa maksud Mas..? Aku menyela. Cinta masa lalu..?” Otakku langsung
tertuju pada sebuah nama yaitu 'mawar'

Dulu aku pacaran dengan mawar selama tiga tahun. Aku lebih
mengenalnya daripada mengenalmu. Perasaanku dan kenangan-kenanganku bersamanya bangkit begitu saja dan sulit ku kendalikan, sambungnya

Aku makin menatapnya lekat, mengharap apa yang dia katakan dusta. Apa yang
kudengar barusan, membuatku ingin muntah, hatiku berkecamuk ketika ku tahu aku telah dikhianati.

Kamu masih muda, masih bisa menikah lagi dengan yang lebih mencintaimu dan lebih membahagiakanmu.
Dia melanjutkan kalimatnya yang makin menyakitkan. Aku merasa dia
menganggapku barang yang mudah dibuang atau diberikan pada orang.

Apa segampang itu? Mas buang aku, setelah aku pun sudah tidak suci lagi!! ucapku.
Maaf.. waktu itu aku juga ingin membahagiakanmu. jawabnya.
Kalau begitu, mas poligami!!! silahkan mas nikahin dia. Aku rela asalkan kita tidak cerai!! kali ini air mataku mulai menetes.
poligami bukan solusi untuk kita, karna mawar tidak mau dimadu, dan pilihan yang ada sekarang adalah, kita cerai, titik..!

Aah..ingatan satu tahun silam itu, hanya akan membuatku gila!cinta deritanya tiada akhir, disatu sisi kita harus rela melepaskan orang yang kita cintai, namun disisi lain hati kita menolak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun