Mohon tunggu...
Sutrisno Budiharto
Sutrisno Budiharto Mohon Tunggu... lainnya -

Membaca dunia, lalu menulis dan melukiskan hidup:\r\n\r\nsutrisno.budiharto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Mafioso di Balik Freddy Budiman, Siapa Dalang Sesungguhnya?

30 Juli 2016   18:39 Diperbarui: 30 Juli 2016   18:46 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.dailydot.com

Menurut pengakuan Freddy Budiman yang ditulis Haris, narkoba yang diselundukan dari China hanya berharga Rp.5.000 per butir dari pabriknya. Namun Freddy Budiman bisa memperoleh keutungan Rp. 200.000 per butir. Sedang oknum yang terlibat ada yang menitip harga Rp 10.000 per butir, ada juga yang nitip Rp 30.000 per butir. Dalam jaringannya terdapat aparat yang terlibat (Badan Narkotika Nasional, Polri, dan Bea Cukai). Namun Freddy Budiman heran kenapa hanya dirinya yang dibongkar?

"... Kenapa hanya saya yang dibongkar? Kemana orang-orang itu. Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 Miliar ke BNN. Saya sudah kasih 90 Milyar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2, di mana si jendral duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil tersebut dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun,” papar Freddy Budiman seperti yang ditulis Haris Azhar.

Misteri Pengakuan Freddy Budiman

Ketika pengakuan Freddy Budiman itu diungkap ke publik Haris Azhar, sejumlah pejabat mulai bereaksi. Kabag Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Slamet Pribadi menantang agar Kontras membuka tabir kebenaran pernyataannya tentang pengakuan Freddy Budiman tersebut. Menurut Slamet, pernyataan aktivis KontraS tersebut, tidaklah dapat dipercaya‎ karena tidak dijelaskan siapa oknum yang dimaksud oleh Haris Azhar (okezone.com - Jum'at, 29 Juli 2016 - 18:31 wib).

Sementara Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Agus Riyanto mengatakan pihaknya sulit menelisik kebenaran tuduhan ini karena terpidana sudah dieksekusi dan tidak ada informasi apa pun terkait nama-nama penerima uang. Sebaliknya, Agus Riyanto malah mempertanyakan motif Haris yang menerbitkan tulisan itu menjelang eksekusi, bukan pada 2014 ketika dia bertemu Freddy.  "Informasi seperti ini harusnya disampaikan kepada pihak yang berkompeten termasuk Polri supaya bisa segera kita tindaklanjuti dan telusuri. Jika sekarang baru muncul sementara mereka yang terkait sudah meninggal, ke mana kita mau cek dan telusuri?" kata Agus Riyanto seperti dilansir BBC Indonesia (Christine Franciska).

Pertanyaan pejabat polisi ada benarnya; kenapa pengakuan Freddy Budiman tersebut baru diungkap Haris Azhar ketika proses eksekusi mati sudah berjalan? Kenapa pengakuan Freddy Budiman tersebut tidak diungkap pada 2014 lalu? Apakah Haris Azhar ketakutan? Mungkin hanya Haris Azhar yang bisa menjawab pertanyaan ini.  Yang jelas, dalam tulisannya, Haris Azhar mengaku sudah berusaha melakukan konfirmsi dengan mencari pengacara Freddy Budiman. Selain itu, Freddy juga berpesan agar Haris Azhar membaca pledoinya saat menjalani sidang di pengadilan.

“Saya sudah cerita ke lawyer saya, kalau saya mau bongkar, ke siapa? Makanya saya penting ketemu Pak Haris, biar Pak Haris bisa menceritakan ke publik luas, saya siap dihukum mati, tapi saya prihatin dengan kondisi penegak hukum saat ini. Coba Pak Haris baca saja di pledoi saya di pengadilan, seperti saya sampaikan di sana.”

Sayangnya, Haris Azhar tak berhasil mendapatkan pledoi Freddy Budiman. Selain itu,  Haris Azhar juga gagal menemui pengacara Freddy. Dan kini, Freddy Budiman sudah dieksekusi mati. Tentuya hal ini akan membuat aparat kesulitan untuk menguji kebenaran pengakuan Freddy Budiman yang diungkapkan kepada Haris Azhar tersebut. Lantas, mungkinkah pengakuan Freddy Budiman yang diungkapkan kepada Haris Azhar tersebut hanya akan dianggap sampah? Semoga para pihak bisa bersikap profesional untuk mengungkap misteri pengakuan Freddy Budiman tersebut.

Kasus Freddy Budiman Belum Selesai

Yang pasti, dalam kasus penyeludupan 1,4 juta ekstasi bukan hanya Freddy Budiman yang memiliki peran penting. Chandra Halim. justru menjadi kunci penting karena Chandra yang berinisitif mengimpor dari China dan Chandra pula yang mengatur bagi hasil. "Benar, saya ditangkap sebagai pemilik narkoba yang diimpor dari China oleh teman saya Wang Chang Su" kata Chandra dalam kesaksiannya seperti dilansir dalam putusan Pengadilan Militer II-08 Jakarta yang dikutip detikcom, Selasa (17\/9\/2013).

Pertanyaannya, kenapa Chandra Halim justru belum dieksekusi mati? Padahal, tanpa ada Chandra Halim, penyeludupan 1,4 juta ekstasi dari China ke Indonesia itu, mungkin tidak akan bakal bisa terjadi. Mungkinkah, Freddy Budiman hanya bagian kecil dari jaringan mafia narkoba internasional yang kini masih bebas beroperasi mengedarkan barang terlarang tersebut? Semoga para aparatur bisa segera menjawab dengan menunjukkan integritasnya sebagai penegak hukum yang baik.Namun, kalau benar ada pejabat yang terlibat dengan hasil ratusan miliar, maka masa depan anak bangsa ini bisa terancam oleh kesakauan. (berbagai sumber/@SutBudiharto)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun