Sudah menjadi tradisi di negeri ini, setiap hari raya Idul Fitri datang, warga berbagai daerah selalu menyambutnya dengan suka cita. Orang-orang non-muslim pun ikut serta melaksanakan tradisi mudik. Mereka berbaur tanpa pandang suku dan agama lagi. Bahkan, ada yang rela melakukan apa saja demi merayakan hari raya Lebaran bersama keluarga di kampung halaman.
Hari Raya Kematian di Tiap Lebaran
Sayangnya, setiap kali Lebaran datang, saya juga melihat adanya "Hari Raya Kematian". Faktanya, data korban tewas akibat kecelakaan lalu-lintas selama H-7 hingga H+7 Lebaran selalu tinggi, meski ada kecenderungan penurunan. Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran pada tahun 2013 mencapai 686 jiwa. Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2014 turun menjadi 515 jiwa. Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2015 turun lagi menjadi 497 jiwa. Walau jumlah korban tewas selalu menurun, angka korban tewas tetap tinggi dan selalu di atas 400 jiwa. Sedang pemudik yang paling banyak menjadi korban, menurut laporan polisi, adalah pemudik dengan sepeda motor.
Tabel Korban Kecelakaan Tiap Lebaran
- Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2013 = 686 jiwa.
- Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2014 = 515 jiwa.
- Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2015 = 497 jiwa.
- Korban meninggal dunia dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun 2016?
Kenapa "Hari Raya Kematian" selalu datang tiap Lebaran datang? Banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sisi penggguna kendaraan ada beberapa kelemahan. Antara lain kurangnya disiplin para pengendara, pengguna sepeda motor nekat membawa beban berlebih, tidak patuh pada peraturan lalu lintas dan kelelahan. Faktor kelayakan kendaraan juga bisa menyebabkan kecelakaan, antara lain kondisi ban, rem, navigasi dan sistem lainnya. Buruknya kondisi jalan bisa juga memicu kecelakaan. Jalan yang berlubang dan banyaknya tanjakan tinggi bisa membuat mereka yang tidak mahir mengendalikan kendaraan, mudah mengalami kecelakaan.
Faktor Personal Menjadi Kunci
Pertanyaannya, haruskah "Hari Raya Kematian" datang lagi pada masa Lebaran tahun 2016 ini? Jawabnya, masih sangat mungkin terjadi.Kenapa? Faktor human error atau kesalahan manusia pengguna kendaraan banyak terjadi di tiap Lebaran.
Para aparatur pemerintah (baik itu pemerintah pusat dan daerah, termasuk Kementerian Perhubungan), tiap Lebaran selalu turun tangan melakukan persiapan antisipasi atau pencehagan timbulnya kecelakaan. Tidak hanya itu, sejumlah perusahaan swasta juga ikut serta mendirikan pos-pos peristirahatan di berbagai tempat. Kendati demikian, angka kecelakaan pada masa Lebaran selalu tinggi dengan korban tewas selalu di atas 400 orang.
Untuk itu, jika ingin mencegah datangnya "Hari Raya Kematian" di Lebaran pada tahun 2016 ini, maka kunci utamanya ada pada para pengguna kendaraan sendiri. Artinya, para pemudik harus mau mencegah terjanya human error pada diri masing-masing pemudik. Seburuk apapun kondisi jalan, jika setiap pengendara mau berhati-hati, bersabar dan berdisiplin mematuhi aturan lalu-lintas, tentunya tidak akan memicu terjadinya human error.
Bagaimana caranya mencegah terjadinya human error pada pemudik Lebaran? Selain harus berdisiplin mematuhi aturan lalu-lintas, para pemudik harus mau mengukur kebugaran atau kondisi fisik dirinya sendiri. Sebab, faktor kelelahan juga sering memicu kecelakaan pada para pemudik.
Investigator Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) FX Nurcahyo Utomo mengatakan, setiap orang pasti akan mengantuk akibat kelelahan setelah 16 jam terjaga dari tidur. Jika seseorang bangun pukul 05.00 misalnya, maka pada pukul 22.00 pasti akan mulai mengalami kelelahan. Performa tubuh akan turun setara kita minum segelas bir. Setelah 18 jam tidak tidur, performa tubuh akan turun setara dengan minum dua gelas bir. Jika orang yang 18 jam tidak tidur tapi masih mengendarai motor atau mobil, maka ibarat ada orang mabuk dibiarkan jadi sopir. Kalau orang mabuk nekat naik motor, bagaimana bisa mencegah kecelakaan? Apalagi jika membawa barang terlalu banyak, tentu hal itu sangat membahayakan.
Cara Mudik Paling Aman,
Lantas bagaimaca cara “mudik selamat” yang paling gampang? Khususnya para pemudik bersepeda motor, ada baiknya mengikuti program mudik gratis dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Selaku koordinator penyelenggara angkutan Lebaran, Kemnehub tahun ini kembali menyelenggarakan program mudik gratis bagi pengguna sepeda motor. Melalui program ini, Kemenhub menyediakan alternatif transportasi, yaitu bus dan kereta bagi masyarakat yang berencana mudik dengan sepeda motor. Mekanisme pendaftaran bisa dilihat dalam laman Kemenhub di sini. Program yang sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu tersebut bertujuan menekan angka kecelakaan di jalan raya dan mengendalikan jumlah kendaraan.
Selama beberapa tahun pelaksanaannya, berdasarkan data POLRI, jumlah kecelakaan sepeda motor mengalami penurunan sebesar 22% dari angka 3.888 (tahun 2014) menjadi 3.049 (tahun 2015). Seandainya para pemudik bersepeda motor mau menggunkan program mudik gratis Kementerian Perhubungan tersebut, bukan tak mungkin "Hari Raya Kematian" yang selalu datang pada masa Lebaran, akan bisa dicegah pada tahun ini. Namun, semua itu terpulang dari kesadaran para pemudik sendiri. Yang jelas, mudik dengan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, memerlukan energi dan konsentrasi luar biasa besar.
Akhir kata, kalau ingin mencegah datangnya "Hari Raya Kematian" pada masa Lebaran tahun 2016 ini, mari kita saling menjaga diri untuk mencegah terjadinya human error pada diri sendiri. Logikanya, jika setiap orang mau mencegah terjadinya human error pada diri sendiri, tentunya tidak akan pernah ada "Hari Raya Kematian" akibat kecelakaan pada masa Lebaran tahun 2016. Bukan begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H