[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="foto: KBRI Den Haag"][/caption] Kekayaan Indonesia yang pernah ‘dirampas’ penjajah pada masa kolonial Belanda lalu akhirnya akan dikembalikan lagi ke tanah air. Tapi jangan salah sangka dulu, kekayaan Indonesia yang akan dikembalikan itu bukan harta kekayaan alam melain buku-buku yang berjumlah sekitar 12 ribu. Tanggal 24 Januari 2014 ini, 12.000 buku mengenai Indonesia terbitan pasca 1950 yang semula disimpan Koninklijk Instituut vor de Tropen (KIT) Amsterdam tersebut dijadwalkan sudah tiba di Indonesia.
Informasi dari KBRI Den Haag menyebutkan, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Retno LP Marsudi, secara resmi telah menerima transfer buku-buku tersebut pada Senin, 20 Januari 2014 di KBRI Den Haag. Penandatangan berita acara serah terima transfer buku-buku tersebut dilakukan oleh Duta Besar Retno L.P. Marsudi dengan Presiden KIT, Dr. D.J. Vermeer, dihadiri wakil dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, KIT Belanda serta pejabat KBRI Den Haag.
Dari sumber lain menyebutkan, pengembalian buku-buku Indonesia tidak lepas dari upaya sejumlah tokoh Indonesia yang meminta Belanda untuk mengembalikan buku-buku kekayaan Indonesia tersebut. Sejak beberapa tahun lalu, menurut keterangan yang dilansir akarpadinews.com, Pemerintah Belanda didesak menyerahkan kembali sejumlah dokumen karya kearifan lokal dan budaya Indonesia. Salah satu yang gencar memperjuangkan hal itu adalah Prof. Dr. Bambang Wibawarta, mantan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), yang kini menjabat Wakil Rektor Universitas Indonesia. Bambang selama bertahun-tahun memperjuangkan kembalinya naskah-naskah Nusantara yang banyak tersimpan di berbagai perpustakaan Belanda.
Mulai tahun 2013, KIT Belanda memutuskan untuk menutup perpustakaannya. Melalui beberapa pertemuan dan pembicaraan antara KBRI Den Haag dan KIT Belanda, akhirnya disepakati Indonesia akan menjadi “tuan rumah” bagi sebagian koleksi KIT. Sebagian lainnya, terutama untuk kategori peta-peta dan warisan budaya akan dipindahkan ke perpustakaan Leiden University Belanda dan KITLV Belanda.
Diharapkan, naskah-naskah nusantara yang masih disimpan di Universitas Leiden dan KITLV Belanda juga diserahkan kepada Indonesia. “Pengembalian naskah-naskah nusantara tersebut penting untuk kepentingan studi di Indonesia,” ujar Muhammad Khairil, mahasiswa program S2 Sastra Nusantara di FIB Universitas Indonesia.
Menurut Muhammad Khairil, selama ini bila ingin melanjutkan studi mendalam tentang sastra dan kebudayaan Jawa dan Nusantara, harus pergi ke Belanda. Pasalnya, sekitar 26.000 judul naskah budaya Indonesia dan Nusantara telah di boyong ke Belanda. Di perpustakaan Universiteit Leiden, misalnya, tersimpan manuskrip-manuskrip Jawa kuno yang masih terawat rapi dan baik. Demikian juga naskah-naskah sastra Jawa kontemporer. Di Leiden terdapat guru besar sastra Jawa, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud, yang menjadi rujukan WJS Poerwadarminta dalam menyusun Baoesastra Djawa. Pideaud secara khusus melakukan studi tentang kitab Nagarakartagama, meski kitab itu kini menjadi beberapa versi.[sumber KBRI Den Hag dan akarpadinews.com ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H