Pada pertengahan tahun 2023, Masyarakat dikejutkan dengan sederet kasus bullying yang viral, mirisnya para pelaku perundungan tersebut masih usia remaja, bahkan ada salah satu kasus perundungan yang mangakibatkan kematian. Perilaku bullying di Indonesia sudah memasuki tahap memprihatinkan. Bahkan para peserta didik dalam berbagai tingkatan menganggap bahwa bullying yang dialami atau yang dilakukan sebagai tindakan yang wajar.
Seperti contoh kasus bullying yang di alami Nabila Fitri Nuraini (18) siswi SMK Cihanjuang, Jawa Barat. Bullying tersebut di duga dilakukan oleh teman sekelas Nabila, akibat dari perundungan tersebut, Nabila mengalami depresi, ia kerap mengamuk dan meluapkan emosinya saat berada di rumah. Sebelum meninggal dunia, Nabila sempat sakit selama 3 minggu.
Bullying dapat menimbulkan dampak negatif terhadap korban seperti  rasa rendah diri dan kecemasan, yang berujung pada gangguan psikosomatik seperti sakit perut atau sakit kepala. Selain itu, dapat juga muncul dampak kesulitan tidur, gangguan pola makan, risiko tinggi terhadap depresi, bahkan potensi peningkatan risiko bunuh diri. Semua dampak tersebut dapat menimbulkan efek luas yang dapat bertahan hingga dewasa dan mengganggu fungsi emosional, mental, psikologis, fisik, sosial, dan akademik.
Â
Well, ngomongin soal depresi dan psikosomatis, disini kita akan mengupas tuntas mengenai gangguan psikosomatis, yang tentunya bakal memberikan insight kepada kamu.
Psikosomatis adalah kondisi di mana gejala penyakit fisik timbul atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres, depresi, takut, atau cemas. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu "pikiran" (psyche) dan "tubuh" (soma), yang menunjukkan bahwa kondisi mental dapat memengaruhi kesehatan fisik.
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik yang ditimbulakn oleh konflikkonflik psikis/psikologis dan kecemasan-kecemasan kronis. Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai kegagalan sistem syaraf dan sistem fisik disebabkan oleh kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan mental.
Bisa kita pahami bahwa istilah gangguan psikosomatis merupakan penyakit yang berasal dari faktor psikis dan kondisi mental, yang memberi dampak pada fisik. Seperti pada kasus Nabila, faktor mental berupa gangguan depresi.
     Â
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia, Seperti Menurut Mittal dan Walker (dalam Karkhanis & Winsler, 2016) terdapat empat gangguan gejala somatisasi ataupun psikosomatis yang umum dirasakan seperti:
- Merasakan gejala nyeri pada kepala, perut, punggung, sendi, dada, rektum, dan nyeri saat menstruasi.
- Merasakan gejala gastrointestinal atau gangguan pada sistem pencernaan seperti mual, kembung, muntah, atau diare
- Gejala seksual seperti menstruasi yang tidak teratur, perdarahan menstruasi yang berlebihan.
- Gejala pseudoneurologis atau yang berkaitan dengan neurologis seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, kelumpuhan atau kelemahan terlokalisasi, kesulitan menelan atau benjolan tenggorokan, retensi urin, halusinasi, kehilangan sensasi sentuhan atau nyeri, kebutaan, tuli, dan kejang. Gejala yang muncul beragam, bisa satu atau lebih.
Berdasarkan uraian di atas tentang gejala fisik psikosomatis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gejala fisik yang muncul umunya adanya rasa nyeri dan sakit di sekitar area tubuh, rasa tidak nyaman di sekitar area tubuh, gangguan keseimbangan, keluhan kuli, dan keluhan seputar seksual.
Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah :
a) Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebihh tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik.
b) Terapi Perilaku Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant conditioning.Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya. Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala. Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung, epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan.
c) Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental.s Teknik meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala.
Daftar Pustaka
Indriyani. (2023). Dampak Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas 8 SMPN 1Rengasdengklok. Jurnal Pengabdian Mahasiswa, 1-4.
Listi, I. (2023). Metode Hipnoterapi Dalam Menghadapi Kecemasan Pada Pasien Psikosomatis Di Klinik Griya Bahagia Sehat Bandar Lampung. Psikoborneo, 85.
Marela, G. (2017). Bullying verbal menyebabkan depresi pada Remaja SMA Di Kota Yogyakarta . Journal of Community Medicine and Public Health, 43-48.
Mujahidin, M. (2024, Juni 10). Sebelum Meninggal karena Depresi, Nabila Sempat Telepon Pelaku Bullying Berinisial AN Minta Temannya Lakukan Ini. Retrieved from tvonenews.com: https://www.tvonenews.com/berita/nasional/217725-sebelum-meninggal-karena-depresi-nabila-sempat-telepon-pelaku-bullying-berinisial-an-minta-temannya-lakukan-ini
Shohibullwafa, R. (2023). Konseling Individu Dengan Teknik Restructuring Cognitive Untuk Meningkatkan Harga Diri Korban Pinjaman Online Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Sosiologi, 36.
Adanya Artikel ini untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester 2, mata kuliah Biopsikologi dengan dosen pengampu Ibu Puti Pebrina Niko, M.Psi., Psikolog
Nama Anggota Kelompok:
1. Sutra Mega Swastika (230802023)
2. Nesa Ayunda (230802080)
3. Fitria Vilaili (230802097)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI