Mohon tunggu...
sutono net
sutono net Mohon Tunggu... -

jakarta selatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saya Cinta Buatan Indonesia, Album Propaganda Pemerintah Era ORBA

11 September 2011   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:03 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di republik ini siapa  yang tidak kenal dengan Titiek Puspa? Dari yang tua sampai ABG pasti mengenalnya. Wajahnya hingga kini masih sering tampil di TV sebagai bintang iklan minuman penambah stamina. Tidak banyak yang berubah dengan Titiek Puspa, wajahnya masih seperti dulu meski mulai tampak kerutan tanda usia yang terus bertambah. Karir wanita ini dimulai tahun 1954 ketika meraih juara II Bintang Radio Tingkat Daerah Jawa Tengah di Semarang. Tahun yang sama pula Titiek Puspa merekam suara emasnya lewat album “Dian Nan Tak Kundjung Padam” yang digarap perusahaan rekaman PT Lokananta.  Talent bernyanyi dan mencipta lagu langsung mencuat, apalagi setelah dia memperkenalkan lagu “Mama” yang didedikasikan untuk ibundanya yang meninggal tahun 1964. Tahun 1974 Titiek meraih Grand Prize dalam ajang Festival Lagu Pop Nasional lewat lagunya “Cinta” dan langsung dipromosikan menjadi wakil Indonesia dalam ajang  World Popular Song Festival di Tokyo Jepang.   Sebagai penyanyi serba bisa, Titiek juga dikenal sebagai orang yang selalu dekat dengan lingkaran kekuasaan, sejak jaman Sukarno hingga sekarang. Salah satu album yang Titiek Puspa sumbangkan untuk menunjang sejumlah pemerintah adalah “Saya Cinta Buatan Indonesia” yang dirilis tahun 1982 oleh perusahaan rekaman DD Record. Album propaganda  pemerintahan Presiden Suharto  kala itu memang ditujukan  untuk membangkitkan semangat nasionalisme rakyat yang kian pudar dalam mencintai produk buatan negeri sendiri. Untuk itu pemerintah menggelar acara bertajuk “Pameran Produksi Indonesia” di arena Pekan Raya Jakarta, ketika itu masih berlokasi di Monumen Nasional (MONAS), Jakarta. Semakin kemari semakin memikat hati Semakin kemari saya cinta sampai mati Karena dia.. he, e buatannya.. he, e bangsa saya Saya cinta negara dan bangsa saya Saya cinta buatan bangsa saya Saya cinta Indonesia oh Indonesia Saya cinta buatan Indonesia Syairnya tentu ditulis Titiek dengan rasa sangat nasionalis, namun irama yang mengirinya lebih nge-pop dan dinamis. Kombinasi alunan alat musik begitu padu, mulai dari gitar, drum hingga dentingan piano. Suara hasil rekaman DD Records plus musisi yang mengiringi Titiek Puspa  begitu jernih. Vokal Titiek Puspa yang jernih dan jelas tak bisa dipungkiri memiliki karakter yang unik. Komposisi vokal pas dibangun Titiek Puspa dalam mengikuti alunan band pengiring. Dalam album ini, tidak hanya ajakan untuk mencintai produk buatan sendiri, Titiek Puspa juga menulis lagu ajakan kepada masyarakat untuk ikut program Keluarga Berencana dengan kampanyenya “Dua Anak Cukup”.Saat itu, Indonesia memang termasuk 5 besar dalam jumlah penduduk di dunia. Impak dari ledakan penduduk adalah  kerepotan pemerintah menyiapkan lahan  tinggal dan lapangan kerja. Makan pemerintah membentuk BKKBN yang salah satu programnya melansir “Dua Saja Cukup” seperti yang dituangkan dalam lagu di album ini; Kalau  sayang anak jangan banyak anak Biar sempurna membesarkannya Anak butuh cinta dan butuh biaya Anak sehat cerdas fikirnyaAyo Ibu, ayo bapak jangan ragu Yo tingkatkan hidup ini lebih maju Mari sadari kerjakan kini Iku KB (KB Lestari)… dua saja cukup. Sejumlah musisi terlibat dalam album ini, seperti Euis Darliah  dan Masnait yang menyumbang lagu “Anak Bangsa”, dan Anggun (Anggun C Sasmi), yang kala itu masih kecil. Anggun memperkuat vokal dalam tembang “Dua saja cukup”,  “Menabung”, dan “Wajib Belajar” Sesuai dengan judul album ini, program pemerintah full dikampanyekan dalam kaset  ini, mulai dari Cinta Produk Indonesia, KB , Menabung, Wajib Belajar, Taman Mini, Balita hingga Buku. Orisinalitas lagu-lagu Titik Puspa layak diacungi jempol. Karyanya yang enak didengar, dengan syairnya yang mudah membuat banyak orang suka. Model menyanyinya juga gamblang dan lepas, sehingga karakter aslinya sulit disamakan dengan penyanyi lain. Begitu juga dengan syair yang dibuatnya. Jikalau Titik membuatkan syair untuk penyanyi lain, akan mudah ditebak siapa penulisnya. Album ini mungkin satu-satunya yang berteriak lantang tentang kondisi Indonesia yang terus terjadi sampai saat ini. Masalah kependudukan, Produk Dalam Negeri, Wajib Belajar, hingga budaya baca terekam dalam album berdurasi 6o menit ini. Seperti kita ketahui, tema lagu yang dinyanyikan Titiek Puspa dalam album ini hingga sekarang terus dialami bangsa Indonesia. Jika ada penyanyi pendatang baru yang meneriakkan ini, tentu saja harus diapresiasi dengan baik sebagai bentuk sumbangan musisi kepada republik ini. Masalahnya adalah, jika bersentuhan dengan  pasar untuk meraih keuntungan dengan mengandalkan penjualan album dan RBT, melansir syair-syair ke Indonesiaan seperti saat ini menjadi langka untuk dibawakan musisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun