Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Fakta Lembah Bunian, Apakah Benar Horor?

12 Juli 2023   14:36 Diperbarui: 13 Juli 2023   08:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JUJUR SAJA, apakah Anda pernah ragu mau melintas dari gn Singgalang ke gn Tandikat via Lembah Bunian karena cerita mistis di Lembah Bunian?

Lembah Bunian berketinggian 2200-2300 mdpl yang menghubungkan gn Singgalang dan gn Tandikat. 

Panjang lintasannya kira-kira sejauh lima kali lemparan tombak. Tak terlalu panjang memang. Kalau diukur berjalan kaki dengan kecepatan normal-santai sekitar 20 menit.

Googlemaps letak Lembah Bunian (Googlemaps)
Googlemaps letak Lembah Bunian (Googlemaps)

Setelah tiga jam menuruni gn Singgalang, Anda mulai masuk Lembah Bunian. Tandanya, jalur mulai mendatar.

Ada sungai kecil yang baru berair saat musim hujan, dekat pohon dengan rambu "Lembah Bunian". Itulah batas akhirnya. Setelah melewati sungai ini, dari arah gn Singgalang, artinya Anda sudah masuk kaki gn Tandikat.

Apa yang saya temukan di Lembah Bunian? Tak lain suasana hutan tropis biasa saja. Persis hutan tropis serupa di semua gunung di Indonesia.

Karena lembah ini cukup tinggi dan diapit dua gunung berdekatan, tentu saja suhu di sini cukup dingin dan sedikit terpapar sinar matahari.

Hutannya berlumut. Tapi tak setebal lumut di hutan puncak gn Singgalang. Masih ada semak-semak juga, khas vegetasi daerah kaki gunung.

Yang cukup mengagetkan saya saat pertama lewat lembah ini, ternyata banyak jalur pemburu, ada bekas bivak pemburu, tempat bermalam dan istirahat.

Artinya banyak binatang buruan di sekitar Lembah Bunian. Dan bila ada cukup binatang buruan, seperti rusa, artinya pula, ada pemangsa alamiah di sekitar sini.

Penulis berjalan sendirian di Lembah Bunian (Sutomo Paguci)
Penulis berjalan sendirian di Lembah Bunian (Sutomo Paguci)

Makanya tiap kali lewat lembah ini saya selalu pasang mata baik-baik untuk mengenali jejak harimau. Tapi sepertinya saya kurang beruntung. 

Mungkin juga harimau sudah mengenali aroma jalur para pelintas dan menjauhi jalur ini. Di habitat aslinya, harimau cenderung menjauhi bau dan pergerakan manusia.

Bila diperhatikan, ada pola relatif sama di rimba-rimba terpencil di Indonesia, yakni dibangun cerita-cerita mistis seputar tempat tersebut, tak terkecuali di lembah ini, agar orang takut untuk masuk ke rimba tsb.

Tapi pemburu tidak takut bahkan diuntungkan dari cerita mistis demikian. Karena itu boleh jadi justru para pemburulah salah satu yang membangun dan melestarikan cerita-cerita mistis demikian.

Penulis di dekat rambu Lembah Bunian (Sutomo Paguci)
Penulis di dekat rambu Lembah Bunian (Sutomo Paguci)

Pemburu biasanya tidak suka wilayah buruannya dilewati pendaki. Coba deh tanya wilayah mereka berburu di mana persisnya, biasanya Anda tak akan dapat jawaban yang memuaskan.

Penamaan "Lembah Bunian" sangat kuat aura mistiknya untuk membangun kesan bahwa di lembah ini ada "orang bunian", sejenis mahluk jejadian mirip manusia yang tinggal dalam rimba dalam cerita rakyat di Sumatera, Kalimantan, dan semenajung Malaysia.

Konon orang bunian suka menyesatkan pelintas dalam rimba untuk diarahkan bergabung dalam perkampungan orang bunian yang tak terlihat mata biasa.

Orang-orang percaya bila ada orang hilang dalam rimba dan tak ditemukan baik dalam keadaan hidup atau jasadnya maka diambil orang bunian.

Mau percaya atau tidak kembali pada pribadi masing-masing. Ada yang butuh pembuktian, ada yang tak perlu pembuktian tetap percaya.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun