Tulisan ini merupakan seri aturan dasar saat berkegiatan di luar ruang (outdoor), khususnya mendaki gunung, berkemah, dan lainnya. Sengaja ditayangkan acak dengan beberapa pertimbangan.
Ironisnya, aturan dasar tersebut sering kali dilanggar, seolah membenarkan stereotip "aturan untuk dilanggar." Efeknya bisa fatal.
Sebagaimana diketahui, batas normal suhu tubuh manusia antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Hipotermia terjadi manakala subu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius.
Berdasarkan statistik kematian di gunung umumnya disebabkan hipotermia. Tak boleh dianggap remeh. Lebih celaka lagi bila gejala hipotermia dianggap kesurupan karena rendahnya literasi.
Badan akan memberi sinyal awal hipotermia berupa mengigil hebat untuk menghasilkan panas tubuh.
Bersamaan dengan itu, otak akan memerintahkan jaringan lemak di bawah kulit untuk menghasilkan panas tubuh. Bila gagal, akan ada sensasi rasa panas, sehingga korban akan buka baju karena merasa gerah.
Karena itu, sebaiknya jadi prosedur standar untuk menanyai pendaki gunung yang tiba-tiba buka baju saat cuaca dingin, siapa tahu itu tahapan hipotermia yang mengancam nyawa.
Dalam tahapan berikutnya otak orang yang terkena hipotermia akan mulai gagal berfungsi normal. Mulai bicara menceracau. Atau berjalan tanpa kesadaran normal. Ingat, itu bukan kesurupan!
Tanpa pertolongan, korban akan segera hilang kesadaran alias pingsan atau malah lebih dulu masuk jurang atau kawah gunung sebelum otaknya menyadari.
Pertolongan pertama korban hipotermia, dengan mengeringkan badannya, mengganti pakaian basah, dan memberi minuman hangat yang manis untuk menghasilkan energi dengan cepat untuk sumber panas tubuh.
Ingat ya guys, jangan perlakukan orang hipotermia seolah sedang kesurupan, dengan memberinya doa ruqyah atau jampi-jampi disertai mencipratkan minyak campur irisan bawang.
Bisa-bisa korban hipotermia tak tertolong. Dan akan ada sesalan sepanjang hidup bila mengorbankan orang karena rendah literasi.
Ada banyak penyebab hipotermia di gunung. Kombinasi beberapa penyebab sering kali menjadi faktor pemicu.
Penyebab umum hipotermia biasanya karena badan dibiarkan basah dalam waktu yang cukup lama. Makin rawan apabila dikombinasikan dengan keletihan yang luar biasa disertai perut lapar.
Hujan rintik-rintik pun dapat membuat basah kuyup bila badan dibiarkan dalam waktu cukup lama tanpa mantel hujan.
Sering terjadi pendaki membiarkan badannya terpapar hujan rintik saat berjibaku menaklukan tanjakan demi tanjakan. Rasa malas berhenti untuk memasang mantel hujan biasa jadi alasan.
Pastikan badan selalu kering. Caranya, pakai baju dan celana cepat kering (quickdry). Hindari pakai celana jeans di gunung karena selain berat juga sangat sukar kering.Â
Di samping itu, pakailah mantel/payung saat hujan, walaupun cuma rintik-rintik.Â
Penulis biasanya pakai payung saat hujan ringan dan tanpa disertai angin kencang karena lebih mudah dan tidak gerah. Baru pakai mantel saat hujan lebat disertai angin atau saat melewati jalur dengan vegetasi yang rapat.
Selanjutnya sangat penting untuk menjaga disiplin makan dan minum air putih saat mendaki gunung. Panas tubuh dihasilkan dari makanan dan minum.
Usahakan makan siang dengan makanan berat berupa nasi atau roti dengan lauk. Bahkan walau keadaan sangat capek atau repot karena hujan dan sebagainya.(*)
SUTOMO PAGUCI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI