Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mendaki Gunung Sendirian, Tidak Takut?

21 Mei 2022   08:20 Diperbarui: 1 Juni 2022   18:44 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solo camping di tepi telaga Dewi di puncak gunung Singgalang (Dokumentasi Pribadi)

"Tidak takut pergi ke gunung sendirian?" Itulah pertanyaan klasik kebanyakan orang awam saat melihat saya sering mendaki gunung dan berkemah sendirian di gunung atau rimba sunyi.

"Tentu takut waktu saya masih hidup dulu," jawab saya sekenanya kalau suasana lagi enak.

Menurut pandangan umum, gunung tempat yang menyeramkan, banyak binatang buas, tempat bersemayamnya mahluk halus, hantu, roh-roh menyeramkan yang dapat merasuki pendaki.

"Apa tidak takut sama harimau atau ular? Kalau kesurupan roh halus bagaimana?" ragam pertanyaan klasik lain lagi.

Pada sisi lain ada pula pandangan bahwa gunung merupakan tempat yang tinggi dan agung, tempat yang pas untuk melakukan lelaku spritual kepada Sang Pencipta jagad. Karena Dewa atau Tuhan dipersepsi berada di tempat yang tinggi.

Candi-candi, tempat sesembahan, tempat bertapa sering kali ditemui di bukit atau gunung yang tinggi. Mungkin karena di sana dianggap lebih mudah "menjangkau" Tuhan yang dipersepsi berada di tempat tinggi.

Sangat mungkin leluhur kita dulu membangun cerita mitos atau legenda untuk melindungi kesucian gunung dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab.

Maka tidak heran pada beberapa gunung terkenal di Indonesia, seperti Semeru, atau gunung tertinggi di dunia, Everest, justru pertama kali didaki hingga ke puncaknya oleh orang Eropa. Bukan orang lokal.

Orang Eropa memiliki tradisi berpikir rasional yang cukup kuat. Tidak percaya pada cerita-cerita mitos menyeramkan seputar gunung. Kalaupun ada sumber bahaya, seperti suhu dingin dan binatang buas, diatasi dengan cara-cara yang rasional.

"Pernah mengalami kejadian mistis di gunung?" salah satu pertanyaan paling sering saya dengar.

Sepengalaman saya sendiri, selama puluhan tahun mendaki gunung baik berkelompok maupun sendirian, gunung dan rimba merupakan tempat yang aman, dengan catatan tahu ilmunya. (Lihat tayangannya di sini: Ketemu hewan aneh di hutan gunung Marapi jalur selatan)

Bila tahu seni atau ilmunya, gunung dan rimba belantara jauh lebih aman dibandingkan di keramaian manusia. Di gunung sunyi tanpa manusia tidak ada pencuri, pemerkosa, begal dan sebagainya.

Tidak pernah saya mengalami kejadian mistis satu kali pun. Semua peristiwa di gunung yang saya alami dan amati bisa dijelaskan secara rasional. Itulah guna ilmu alam.

Di rimba yang masih alami, manusia malah aman dari serangan binatang buas. Kecuali kejadian kecil yang sangat jarang terjadi, misalnya, saat manusia mengganggu habitatnya, mengancam anaknya, atau saat bintang buas sedang mengalami sakit sehingga indranya tidak bisa membedakan mangsa alami atau bukan. 

Ilustrasi. Sumber: lp-yaem.com
Ilustrasi. Sumber: lp-yaem.com

Binatang buas justru berbahaya saat ke luar dari habitat alaminya, misalnya berkeliaran di kebun warga atau perkampungan. Itu pertanda si bintang buas sedang sakit, kehilangan orientasi alami teritori jelajahnya, atau akibat habitatnya dirusak oleh manusia.

Manusia bukan mangsa alami binatang buas dalam suatu rantai makanan. Justru binatang buas menghindari manusia. Selain bukan mangsa alami, sangat mungkin binatan buas takut pada manusia karena telah tertanam dalam jejak histori-evolusinya bahwa manusia adalah ancaman.

Statistik menunjukan bahwa manusia justru lebih banyak mencelakai binatang buas di habitat alaminya dibandingkan binatang buas yang memangsa manusia. Manusia lebih jahat dibanding binatang.

Makanya saya tidak risau dengan ancaman binatang buas saat berkegiatan di alam liar seorang diri. Terpenting kuasai seni atau ilmunya dan pasang niat yang lurus.

Kalau pun ada yang perlu ditakuti maka itu adalah diri saya sendiri. Sumber celaka saat berkegiatan di alam bebas lebih banyak bersumber dari diri sendiri.

Saya lebih takut andai terjadi kecelakaan akibat kelalaian sendiri, misalnya kaki terkilir, terjatuh ke dalam jurang, terkena serangan hipotermia, lupa bawa tenda, dan sebagainya.

Singkat kata, gunung dan rimba belantara merupakan tempat yang aman dan menyenangkan. 

Yang penting kita sadar bahwa di tempat yang sunyi demikian kita tidak benar-benar sendirian, ada segala rupa hewan dan tumbuhan yang memiliki jiwa. Hargai hak hidupnya dalam batas yang wajar.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun