Saya sendiri tidak memedulikan apakah cuaca berkabut atau cerah. Pendakian kali ini lebih untuk menikmati perjalanan, toh, sudah sering melihat pemandangan sekitar gunung saat cuaca cerah.
Langkah demi langkah menuju puncak dengan sisa tenaga yang ada. Angin kadang berhembus cukup kencang menambah dingin suhu udara. Untunglah tadi sempat minum obat anti masuk angin setelah makan siang.
Pukul 15.10 WIB saya tiba di area bernama Tugu Yudha pada ketinggian sekitar 3.700 mdpl. Di sinilah diperkirakan titik terakhir Yudha Sentika (1973-1990) diketahui hilang waktu kabut badai, 23 Juni 1990. Masih ada beberapa pendaki lain hilang di sini, sekitar 8-9 orang.
Di tengah kabut yang datang dan pergi terlihat pemandangan puncak gunung Kerinci dari area Tugu Yudha. Sejauh mata memandang diwarnai pemandangan bebatuan berwarna kecoklatan akibat hujan abu dari kawah gunung ini.
Sejenak saya berhenti di dekat plakat memorabilia Yudha Sentika. Tak bisa berlama-lama istirahat di tengah angin dingin, ini akan membuat badan mendingin dengan cepat, otot-otot jadi kaku, dan kepala cepat pusing.
Perjalanan saya lanjutkan menuju puncak. Sedikit lagi. Paling 20-30 menit berjalan santai. Makin sore, angin makin dingin. Tapi saya tetap memutuskan tidak pakai jaket, hanya pakai kaos dalaman (baselayer), maksudnya sekalian latihan menahan hawa dingin.
Pukul 15.42 WIB, Minggu, 26 September 2021, saya kembali menjejakan kaki di titik tertinggi pulau Sumatera. Cuaca cerah berawan. Karenanya, saya sempat mengabadikan suasana sekitar.
Tak sampai setengah jam saya menikmati suasana puncak. Di kejauhan sudah mulai terdengar bunyi petir pertanda akan turun hujan. Saya bergegas turun. Pukul 17.30 WIB saya sudah sampai kembali di tenda.