Hari pertama perjalanan berakhir di sini. Bermalam semalam. Keesokan paginya baru perjalanan dilanjutkan hingga ke Shelter 3. Pola ini sudah bertahun-tahun saya lakukan. Sengaja menghindari berjalan malam untuk alasan praktis dan keamanan.
Sehabis makan malam dan setelah salat Isya, saya mulai berbaring tidur. Badan terasa cukup letih dan malam yang dingin mempercepat rasa ngantuk. Malam itu langit di atas Shelter 1 masih cerah berawan.Â
Hari ke-2, Minggu, 26 September 2021, pukul 06.12 WIB, saya meninggalkan Shelter 1, berjalan menuju Shelter 2. Treknya mulai diwarnai tanjakan yang lebih berat dibandingkan etape sebelumnya.
Saya berjalan santai tanpa banyak istirahat. Kalaupun istirahat hanya beberapa menit saja.
Satu jam berjalan, langit di atas makin pekat berawan dan suara guntur di kejauhan mulai terdengar.Â
Benar saja, hujan mulai turun. Tidak begitu deras. Saya memutuskan terus berjalan tanpa mantel. Celana, baju dan topi yang saya pakai punya teknologi cepat kering (quick dry).
Sambil berjalan saya masih memikirkan laju deforestasi kawasan TNKS. Dari sini lapat-lapat masih terdengar suara chainsaw. Andai sumber suara itu ditelusuri, tak sulit bagi aparat penegak hukum untuk menangkap pembalak liar.
Mungkin kunci mengatasi lanju deforestasi kawasan TNKS adalah dengan menggalakkan patroli dan penegakan hukum terhadap para perambah liar. Selain, tentu saja, edukasi terhadap warga sekitar kawasan.
Tak terasa sudah hampir tiga jam saya berjalan. Pukul 08.54 saya tiba di Shelter 2 pada ketinggian sekitar 3.000 mdpl. Langit masih mencurahkan hujan gerimis. Suasana di sini sepi. Tidak ada satupun tenda pendaki.