Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mau Mendaki Gunung Dempo? Antisipasi Dua Hal Ini

17 Agustus 2021   19:00 Diperbarui: 18 Agustus 2021   03:19 2447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Dempo dilihat dari kebun teh PTPN VII (Dokumentasi Pribadi)

GUNUNG DEMPO merupakan salah satu gunung terkenal di pulau Sumatera. Karena itu, belum lengkap rasanya Anda mendaki gunung-gunung di Sumatera kalau belum mendaki gunung Dempo.

Gunung cantik ini berada di perbatasan provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Bengkulu. Titik awal pendakian yang paling populer berada di Kampung IV, sekitar 30 menit dari Kota Pagaralam, Sumsel.

Ada dua puncak gunung api bertipe kerucut (stratovolcano) ini. Pertama kali para pendaki akan mencapai Puncak Satu. Di altimeter penulis tercatat berketinggian 3.159 mdpl. 

Dari Puncak Satu ini, para pendaki akan turun ke sebuah lembah untuk menuju ke Puncak Dua yang berketinggian 3.259 mdpl. 

Lembah di antara kedua puncak tersebut merupakan tanah lapang cukup luas yang biasa disebut Pelataran dan biasa digunakan para pendaki sebagai tempat berkemah sebelum mendaki menuju Puncak Dua (top).

Pelataran yang luas dilihat dari puncak (Dokumentasi Pribadi)
Pelataran yang luas dilihat dari puncak (Dokumentasi Pribadi)

Treknya berat

Treknya terbilang berat dan panjang. Karena itu, pastikan tidur malam berkualitas sebelum pendakian agar energi optimal. Dan usahakan berangkat pagi serta sarapan terlebih dahulu. Perkiraan jam makan siang di pos 2.

Estimasi waktu pendakian dari pos registrasi di Kampung IV hingga sampai di Puncak Satu sekitar 8-9 jam berjalan normal relatif santai.

Karakter jalur pendakian dari pos registrasi hingga pintu rimba melewati jalan berbatu perkebunan teh. Jalan masih relatif datar dengan variasi sedikit menanjak.

Awal perjalanan akan diwarnai pemandangan yang sangat indah. Sejauh mata memandang terhampar perkebunan teh PTPN VII Pagaralam.

Kebun teh sebelum pintu rimba (Dokumentasi Pribadi)
Kebun teh sebelum pintu rimba (Dokumentasi Pribadi)

Gunung Dempo dilihat dari kebun teh PTPN VII (Dokumentasi Pribadi)
Gunung Dempo dilihat dari kebun teh PTPN VII (Dokumentasi Pribadi)

Pendaki akan sampai di persimpangan titik awal pendakian. Dari sini jalur mulai menanjak moderat. Walaupun moderat tapi nyaris tanpa bonus.

Hingga para pendaki sampai di pintu rimba. Mulai dari sini karakter jalur diwarnai akar-akar kayu. Bila malam sebelumnya hujan, jalur menjadi licin dan berlumpur.

Akar-akar kayu di sepanjang jalur membuat melangkah tidak leluasa. Perlu memilah-milah tempat pijakan sepatu agar tidak mengenai titik akar yang licin dan membuat tergelincir.

Makin tinggi maka jalur makin menanjak. Beberapa titik diantaranya, seperti "Tanjakan Almari", sampai-sampai harus dibantu tali karena saking tegak atau terjal.

Di Tanjakan Almari (Dokumentasi Pribadi)
Di Tanjakan Almari (Dokumentasi Pribadi)

Karena begitu beratnya pendakian, saat sampai di Puncak Satu, energi pendaki sudah nyaris habis. Apalagi kalau pendakian perdana.

M a k a, sangat penting pendaki menyiasati beratnya pendakian dengan mengatur pola berjalan sedemikian rupa. Hematlah tenaga. Hindari berjalan dengan langkah terlalu panjang/lebar karena akan menguras tenaga dengan cepat.

Berjalanlah dengan langkah pendek-pendek secara konstan. Istirahat setelah terasa lelah. Tenaga mesti dihemat karena perjalanan cukup jauh.

Ada bahaya mengintai di camping area Pelataran bila sampai di sini tenaga sudah benar-benar habis.

Pelataran sangat dingin

Suhu di pelataran sangat dingin. Posisinya yang berada di lembah berpagar Puncak Satu dan Puncak Dua, membuat Pelataran terasa sangat dingin.

Tubuh butuh cadangan energi untuk melawan hawa dingin. Nah, bagaimana mau melawan hawa dingin bila cadangan energi sudah habis? Di sini bahaya mengintai.

Puncak sensasi rasa dingin yang penulis rasakan menjelang waktu magrib sampai sekitar pukul 22.00 malam hari. Setelahnya suhu mulai terasa sedikit menghangat, mungkin tubuh juga sudah mulai beradaptasi.

Tak terbayang andai sedang kedinginan di Pelataran demikian tiba-tiba dihajar hujan lebat atau badai. Sangat masuk akal mengapa banyak pendaki mengalami hipotermia di sekitar Pelataran.

Puncak Dempo dilihat dari Pelataran (Dokumentasi Pribadi)
Puncak Dempo dilihat dari Pelataran (Dokumentasi Pribadi)

Dua pendaki yang ditemukan tewas di lereng kawah tahun 2019 lalu sangat mungkin diawali oleh hipotermia. 

Serangan hipotermia membuat otak menjadi error, pendaki sangat rawan tewas atau masuk jurang/kawah bila tidak ditolong.

Baik sekali bila pendaki membawa alumunium foil emergency blanket atau thermal bivvy untuk antisipasi andai kedinginan. Alumunium foil ini bisa dilapiskan di dalam sleeping bag.

Mengingat perjalanan yang panjang dan berat serta suhu di Pelataran yang cukup dingin, akan lebih baik mendaki gunung Dempo pada musim cuaca bagus. Ikuti panduan ramalan cuaca di aplikasi sebelum memulai pendakian.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun