Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ulasan Film Not One Less (1999), Belajar Dedikasi dari Guru Wei

19 Juli 2021   13:25 Diperbarui: 19 Juli 2021   13:59 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rasa putus asa, keletihan, dan menahan lapar, Guru Wei menunggu di depan gedung tv lokal. Berharap bertemu manajer tv.

Tak kuat menahan lapar, Guru Wei memakan sisa mie dari pelanggan sebuah kedai. Setelah makan, ia tertidur di tepi jalan.

Sebangun tidur keesokan harinya, Guru Wei kehilangan selebaran yang dia buat dan ditarok tak jauh dari dirinya saat tertidur. Selebaran itu sudah disapu oleh penyapu jalan.

Guru Wei terus menunggu di depan gedung tv lokal itu. Sudah hampir dua hari satu malam ia menunggu. Hingga akhirnya diketahui oleh manajer tv dan dipersilakan masuk.

Guru Wei diwawancarai penyiar tv. Beritanya segera menyebar hingga sampai di kedai tempat Zhang Huike berkerja sebagai pencuci piring dengan bayaran makanan.

Tayangan berita itu mampu menggerakkan solidaritas warga untuk memberi donasi.

Guru Wei dan Zhang Huike kembali pulang ke desa dengan donasi di tangan dan kru tv yang mengikuti untuk wawancara sepanjang perjalanan hingga tiba di desa. Mereka disambut antusias oleh warga desa Zenningbao dan murid-murid SD Shuiquan.

Anak-anak berpesta menuliskan apa saja kesan di papan tulis pakai kapur warna warni hasil donasi warga kota.

Setelah berakhir masa mengajar sebagai guru pengganti, Wei Minzhi kembali ke desanya. Ia masih sering mengunjungi murid-muridnya.

Zhang Yimou berhasil menampilkan wajah pendidikan di desa miskin dan terpencil di pelosok Tiongkok. Sebuah film drama human interest yang bagus sekali, natural, dan menggugah jiwa. Pantas Zhang Yimou diganjar penghargaan Golden Rooster untuk Sutradara Terbaik.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun