Di sini memanggang lemang dengan bara api nampaknya sulit dilakukan. Mengingat suhu udara lagi dingin-dinginya, ditambah malam hari pula, dan berangin pula, bara api akan sangat cepat habis. Bisa-bisa lemang belum keburu mateng.
Saya memanggang lemang di tengah gelap malam puncak hutan mati. Makin larut perut makin terasa lapar. Hampir pukul 21.00 WIB barulah lemang matang.
Oh iya, bersamaan membakar lemang, saya juga memasak air kinca. Dan air kincanya sudah lebih dahulu masak dibandingkan lemang.
Menyantap lemang
Satu batang lemang yang telah masak itu kemudian saya belah. Ternyata masaknya bagus dan sempurna sekali. Saya potong-potong dan masukan ke dalam piring plastik warna merah.
Di dalam tenda, pada pukul sembilan malam, saya pun makan lemang panas yang dicocol air kinca. Makan malam yang lahap dan lezat sekali. Enyakkkk!
Satu batang lemang saya lahap habis malam itu. Kekenyangan sampai sedikit sakit perut, karena satu batang lemang itu setara 1/4 kg dalam bentuk beras ketan sebelum dimasak.
Setelah makan lemang saya merasa kondisi badan tidak nyaman jadi sulit tidur.Â
Tengah malam saya googling kira-kira apa penyebabnya. Kebetulan di puncak hutan mati sinyal internet bagus sekali, 4G LTE.
Ternyata, makan lemang dapat memicu refluks asam lambung dan penumpukan gas di perut. Waladalah!Â