Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Talamau Aman Didaki Sendirian, Berikut Ini Tips dan Triknya

15 April 2021   13:43 Diperbarui: 7 Mei 2021   13:46 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Talamau 2.982 mdpl di Kabupaten Pasaman Barat merupakan gunung paling tinggi, paling jauh, dan paling berat untuk didaki dari seluruh gunung yang ada di Sumatra Barat. Namun gunung ini aman untuk didaki sendirian.

Ini penting ditekankan. Karena masih banyak pandangan di kalangan orang atau pendaki bahwa gunung ini berbahaya untuk didaki sendirian atau solo.

Banyak alasan yang diberikan, antara lain jauh dan beratnya medan, binatang buas, dan masih kentalnya kepercayaan pada hal-hal berbau mistis atau tahayul yang dipercayai sekalangan orang terkait gunung ini.

Berdasarkan pengalaman langsung penulis dua kali mendaki, masing-masing secara grup dan sendirian, gunung ini aman untuk didaki secara solo atau sendirian. 

Tak perlu takut nyasar. Jalur dan rambunya jelas, khususnya jalur Pinaga.

Baca: solo hiking 3 hari 2 malam menuju atap Sumatera Barat gunung Talamau 2.982 mdpl

Tentu ada beberapa tips atau strategi cara aman mendaki gunung Talamau seorang diri.

  • Hindari musim hujan

Karena jauh dan beratnya medan yang akan dilalui, total setidaknya butuh 3 hari 2 malam jalan kaki, maka akan lebih aman mendaki gunung ini pada saat musim kemarau.

Kemarin penulis mendaki gunung ini pada bulan Februari 2021, kebetulan saat musim kemarau.

Bisa dibayangkan bila mendaki gunung ini saat musim hujan melalui trek yang panjang dan berat khususnya dari pos Bumi Sarasah sampai puncak. Pendaki sangat rawan terserang hipotermia.

Selain itu, pada musim hujan, seperti pengalaman penulis mendaki gunung ini kali pertama. Dulu, sangat banyak pacet mulai bekas peladangan/pintu rimba hingga pos Bumi Sarasah. Berbeda saat musim kemarau, nyaris tidak ada pacet.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
  • Hindari berjalan malam

Karakter jalur pendakian gunung ini 2/3-nya melewati hutan hujan yang lebat. Berjalan pada malam hari, selain kurang sehat, apalagi saat musim hujan, apalagi saat angin kencang, sangat rawan kejatuhan dahan pohon.

Para pendaki bisa melihat pada beberapa titik ditemui pohon tumbang atau dahan pohon yang jatuh tepat di jalur pendakian.

Bisa dibayangkan bila berjalan malam dengan visibilitas atau daya pandang yang rendah tiba-tiba ada pohon tumbang atau dahan jatuh. Di tengah kegelapan, pendaki sulit menentukan arah pohon tumbang atau dahan yang jatuh.

Di samping itu, binatang buas biasa menjelajah atau berburu pada malam hari. Ular di balik semak-semak, di antara dedaunan, atau sedang menjalar di ranting pohon rendah dekat jalur pendakian juga sulit terlihat jelas pada malam hari.

Memang belum pernah terdengar pendaki dimangsa binatang buas saat berjalan malam hari, tetapi lebih baik antisipasi sebelum benar kejadian.

  • Perlengkapan dan logistik

Pastikan bawa perlengkapan dan logistik yang cukup, meliputi tas carrier, tenda, perlengkapan masak lengkap, kantong tidur, pakaian ganti, obat-obatan, dan logistik untuk minimal 4 hari 3 malam.

Jumlah logistik dilebihkan satu hari dari batas normal pendakian demikian untuk berjaga-jaga, siapa tahu butuh tambahan hari karena berbagai alasan.

Saat turun gunung ini tempo hari penulis sempat melihat rombongan pendaki yang kehabisan bekal logistik saat mereka turun, tepatnya di bawah pos Peninjauan. Peristiwa begini harusnya tidak boleh terjadi. Terbayang andai dihajar hujanan atau badai, nyawa taruhannya.

Saat mendaki gunung butuh asupan makanan sebagai sumber energi untuk mengganti tenaga yang terkuras dan untuk menangkal hawa dingin. Tanpa makan yang cukup, hipotermia mengintai. Dan hipotermia adalah pembunuh nomor satu di gunung.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
  • Latihan dulu

Karena berat dan jauhnya medan yang akan dilalui, ada baiknya pendaki, apalagi pendaki solo, untuk latihan fisik dahulu sebelum mendaki gunung ini.

Penulis sendiri, walaupun rutin mendaki gunung, tetap merasa perlu untuk latihan dengan mendaki Gunung Talang, Tandikat, dan Marapi berturut-turut tiap minggu sebelum pendakian.

Beratnya pendakian Talamau kira-kira dua kali mendaki gunung Kerinci. Karena itu, porsi latihan bisa disesuaikan agar fisik tidak kaget.

Alternatif lain latihan bisa berupa lari pagi sekitar 5 km dua kali seminggu selama tiga minggu. Daya tahan fisik menjadi faktor penentu untuk mendaki gunung Talamau.

Intinya, pendaki solo harus siap sedia segala kemungkinan. Tidak boleh terjadi cidera atau drop fisik saat mendaki, sangat mungkin tidak ada pendaki lain yang dapat menolong dalam waktu yang cepat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
  • Jaga akal sehat

Karena mendaki sendirian, akal sehat perlu dijaga. Tetap menikmati pendakian, tetapi dengan tetap berhati-hati, sekaligus tidak terteror dengan cerita-cerita berbau mistis atau tahayul.

Coba, masa sudah sekolah tinggi-tinggi, sudah pula belajar agama bertahun-tahun, tapi masih percaya pada hal-hal berbau tahayul.

Penulis sendiri hampir selalu mendaki sendirian ke mana-mana, termasuk ke gunung Talamau, tidak pernah sekalipun mengalami hal-hal berbau mistis sebagaimana dipercayai sekalangan pendaki.

Bagi penulis, berkegiatan luar ruang merupakan aktivitas yang rasional. Segalanya bisa dijelaskan secara ilmiah. Karena itu pendekatannya pun secara rasional.

Jangan salah paham, penulis tetap memiliki rasa takut, tapi rasa takut yang rasional, misalnya takut terkena hipotermia, takut cedera kaki, karena kaki modal terpenting saat mendaki gunung, dan seterusnya.

Takut model ini masih bisa diantisipasi dengan perencanaan yang matang, mawas diri, dan tetap rendah hati.

Sedangkan orang penakut yang tak rasional, apalagi takut pada hal-hal mistis, selamanya tidak cocok untuk mendaki sendirian atau bahkan mendaki secara grup sekalipun.

Seperti kata pepatah, gunung tempat berpetulang orang-orang yang berani.(*)

Berikut video pendakian solo penulis:


SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun