Tiba di puncak
Pukul 17.15 saya tiba di puncak. Suasana sepi. Tidak ada pendaki lain kecuali saya. Di atas puncak bergelayut awan kehitaman. Angin berhembus dengan kecepatan sedang membawa hawa dingin yang lumayan.
Puas foto-foto pakai hp dan bikin video pakai tripod dengan remote control, saya pun turun kembali ke telaga, dan rencana langsung kembali ke tenda.
Sebab, kabut rawan menyesatkan pendaki. Hal mana karena sekitar puncak banyak bebatuan, jalurnya sebagian lewat batu-batu itu, sebagian batu tersebut berwarna abu-abu keputihan, sehingga rawan mekamuflase jalur andai tertutup kabut yang juga berwarna putih.
Pukul 18.15 saya sudah tiba kembali di tepian telaga Puti Sangka Bulan. Lalu lanjut kembali ke tenda. Sampai di tenda pukul 18.30. Bertepatan matahari tenggelam. Senja kali ini benar-benar spektakuler. Kuanggap senja indah kali ini adalah penutup pendakian ke gunung Talamau.
Setelah melewati jalur Pinaga, dapat saya berikan ulasan pro (+) dan kontra (-) atas jalur ini, mudah-mudahan terus ada perbaikan demi kemajuan dunia pariwisata sekaligus dengan tetap mempertimbangkan faktor keselamatan dan kelestarian alam:
- Pro (+)
Jalurnya bersih. Disebut-sebut sebagai jalur pendakian gunung paling bersih se-Indonesia. Salut! Kenyataan memang begitu. Sangat sulit menemukan satupun sampah sepanjang jalur hingga puncak.
Kebersihan gunung dari sampah demikian berkat upaya pihak Satgas atas nama Andrianto Anggara (Andri). Di posko lapor semua peralatan dan logistik para pendaki akan dihitung satu-satu. Saat turun akan dihitung lagi. Harus cocok.
Pola begini dapat ditiru oleh gunung-gunung yang relatif kotor oleh sampah, seperti gunung Marapi, Talang, Semeru, dan lain-lain.
- Kontra (-)