Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ironis, Camping bersama Sampah di Gunung Singgalang

7 Januari 2021   20:16 Diperbarui: 8 Januari 2021   11:06 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Dok. Pribadi

Nenda bersama sampah di camp Telaga gunung Singgalang.

Begitulah. Tetap banyak sampah di sekeliling telaga Dewi dan sepanjang jalur, sekalipun di pos lapor para pendaki diberi kantong sampah dan diminta setor sampah waktu lapor turun.

Kok bisa?

Sepengamatan saya, selain faktor kurangnya kesadaran pendaki, penjaga pos lapor juga kurang disiplin tagih sampah para pendaki. 

Dari dua kali terakhir saya mendaki Singgalang, tidak pernah ditagih sampah waktu turun lapor.

Waktu saya turun dan lapor hari Sabtu 12 Desember 2020 lalu, misalnya, penjaga pos cuek saja, malah sibuk main game. Saya nyaris tak digubrisnya.

Ini masalah klasik pada banyak posko lapor pendakian gunung yang dikelola kelompok sadar wisata (Pokdarwis) warga setempat.

Para pendaki dan oknum personil penjaga posko Pokdarwis banyak yang belum teredukasi soal sampah gunung dan dampak negatifnya.

Salah satu penyebabnya, barangkali, karena mereka bukan pencinta alam, jadi kurang sensitif dan tak menganggap soal sampah sebagai hal penting.

Saran saya: posko lapor gencarkan lagi tagih sampah dari para pendaki dan sesekali lakukan pembersihan sampah atau operasi bersih (opsi) gunung bila mendapat laporan banyak sampah di jalur dan camp area.

Mengapa ketegasan posko lapor menjadi kunci penting, selain menumbuhkan kesadaran para pendaki? 

Adalah karena kesadaran tiap pendaki beda-beda, ada yang sadar dan ada yang abai bawa sampah turun, jadi riskan diserahkan pada kesadaran pendaki semata-mata. Maka, ketegasan posko lapor menjadi kunci penting.

Saran di atas sudah saya sampaikan kepada posko lapor secara langsung waktu lapor turun tanggal 26 Desember 2020 lalu.

Soal sampah ini sengaja rutin saya angkat dalam tulisan untuk memberi pemahaman kepada publik yang lebih luas, tidak hanya pendaki dan posko pengelola, bahwa betapa penting menjaga kebersihan alam dari sampah.

Salam lestari!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun