Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Joker dan Legitimasi Kejahatan

7 Oktober 2019   19:16 Diperbarui: 9 Oktober 2019   11:08 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Joker (DC Comics, 2019)

Barangsiapa, setelah menonton film Joker (2019) tentunya, menyebut Joker (diperankan Joaquin Phoenix) sebagai penjahat yang pantas dihukum, maka coba pikirkan lagi.

Dikisahkan, di kota fiktif bernama Gotham lahirlah seorang anak manusia bernama Arthur Fleck dari seorang ibu bernama Penny Fleck (diperankan Frances Conroy).

Arthur Fleck tumbuh di lingkungan yang sakit: kota Gotham yang gelap dan dingin; kemiskinan; ibunya yang delusional; dan pacar ibunya yang gerantangan kerap melakukan kekerasan fisik.

Arthur kecil dan ibunya sering disiksa. Sampai-sampai syaraf otak Arthur rusak parah. Tulang rusuk serta bahunya rusak, melengkung. Kerusakan syaraf otak dan tulang Arthur menjejak hingga ia dewasa.

Karena kerusakan syaraf itu, Arthur acap kali tak bisa mengontrol tertawa saat jiwanya tertekan, selain menjadikan Arthur sosok yang delusional seperti ibunya. Pada beberapa adegan saat Arthur dewasa buka baju, terlihat jelas tubuh Arthur yang pucat dan kurus dengan tulang bahu melengkung.

Karena kerusakan syaraf dan tekanan mental sejak kecil, Arthur bergantung pada obat-obatan yang diberi gratis oleh dinas sosial setempat yang disubsidi pemerintah.

Dalam kepahitan hidup demikianlah Arthur kecil tumbuh hingga dewasa dengan obsesi menjadi pelawak, orang yang membawa tawa dan kebahagiaan bagi orang lain, padahal dirinya jauh dari kesan lucu dan bahagia. Sungguh kontradiksi karakter penokohan yang jenius dan getir secara bersamaan.

Pada suatu hari, yang tak disebutkan hari apa, Arthur memakai riasan dan topeng badut, sedang beraksi promosikan suatu produk dengan papan unjuk iklan, di atas trotoar kota Gotham. Saat itulah beberapa remaja berandalan menepis papan iklan itu dan terjatuh, lalu papan tersebut dibawa lari oleh para remaja badung itu. Adegan kejar-kejaran pun terjadi.

Sampai di suatu lorong kota yang gelap, sepi dan kotor, Arthur terjengkang dihajar papan iklan yang diayunkan remaja berandalan tadi. Belum cukup, Arthur dipukuli, ditendang, dan diinjak-injak seolah binatang yang baru memakan anak kecil. Bisakah kau bayangkan perut kempis dan lapar itu ditendang berkali-kali? Perih, lebih-lebih dijiwa.

Karena kejadian itu, Arthur takut masuk kerja, dan dipecat dengan tuduhan: menghilangkan papan iklan.

Pada saat itu datanglah teman sesama badut dan seapartemen Arthur bernama Randall (diperankan Glenn Fleshler) yang memberi Arthur sebuah pistol, kelak Randall akan tewas ditangan Arthur. Pada saat ini muncul pula karakter janda muda satu anak bernama  Sophie Dumond (diperankan Zazie Beetz), cantik dan berkulit eksotis, kebetulan tetangga Arthur. Kelak Arthur sering delusi bahwa Sophie adalah pacarnya.

Arthur pindah kerja jadi badut penghibur di rumah sakit anak. Sialnya, saat sedang melawak, pistol itu terjatuh dan terlihat oleh semua anak yang melihat aksinya. Karena peristiwa ini kembali Arthur dipecat.

Jiwa Arthur makin kacau. Apalagi subsidi obat dicabut pemerintah setempat. Arthur benar-benar kalut.

Saat berada di dalam gerbong kereta yang sedang melaju, Arthur diganggu oleh tiga bankir karyawan Thomas Wayne (diperankan Brett Cullen), pengusaha kaya calon walikota Gotham, sekaligus mantan majikan Penny Fleck, dimana Penny terobsesi padanya hingga delusi menganggap Arthur anak biologis Thomas Wayne.

Saat Arthur dihajar tiga karyawan Thomas Wayne, tiba-tiba terdengar suara pistol menyalak. Seorang diantara pengeroyok itu tumbang. Seorang lain mencoba lari dan dilumpuhkan pistol Arthur. Seorang lagi sisanya mencoba keluar dari kereta dan tersungkur di tangga stasiun dengan tiga tembakan di tubuhnya. Inilah pembunuhan pertama dilakukan Arthur.

Berita media cetak keesokan harinya: tiga bankir kaya ditembak mati di stasiun kereta diduga oleh sosok berkostum badut. Segera setelahnya badut menjadi simbol perlawanan warga miskin kota terhadap korupsi dan kaum kaya yang serakah.

Arthur terguncang. Namun pembunuhan pertama itu berproses dalam jiwanya hingga terbangun rasionalisasi (pembenaran) karena distimulasi jiwa dan lingkungannya. Kepercayaan diri Arthur perlahan tumbuh, apalagi penembakan itu tak terungkap. Detektif yang mencoba memburunya tewas ditangan massa, atas pengondisian Arthur.

Dalam keadaan jiwa kacau kehabisan obat, Arthur mendapati kabar ibunya kena stroke.

Rasa penasaran mengantar Arthur mencari tahu penyebab ibunya stroke dan malah terungkap: dirinya bukan anak kandung Penny Fleck melainkan anak adopsi, ia rusak syaraf karena ulah pacar ibunya, dan Penny berpenyakit jiwa delusional, yang dengannya Penny memanipulasi Arthur untuk terus merawat dirinya yang sakit-sakitan sekaligus mencarikan keberadaan Thomas Wayne. Arthur geram.

Saat membezuk ibunya di rumah sakit, dengan dingin Arthur membekap Penny Fleck dengan bantal hingga tewas.

Sekarang tidak ada lagi beban hidup Arthur. Jiwanya terasa plong dan lepas. Sesaat setelah menghabisi Randall dengan gunting, Arthur menerima tawaran melawak dari Murray Franklin (diperankan Robert De Niro) dalam acara tv Murray Franklin Show.

Arthur pandai menyembunyikan maksud sebenarnya, ciri khas orang delusional dan psikopat. Dalam acara Murray Franklin Show alih-alih melawak, Arthur malah live mengaku bahwa dirinyalah yang membunuh tiga bankir karyawan Thomas Wayne di gerbong kereta. Ohya, diacara inilah Arthur pertama kali meminta nama panggungnya menjadi "Joker" (pelawak) dan disetujui Murray Franklin.

Sontak pengakuan ini membuat hadirin terperangah, tak terkecuali Murray Franklin. Rasa penasaran membuat Murray Franklin bertanya terus untuk menggali maksud pengakuan Arthur sebenarnya.

Atas pertanyaan Murray, Joker menjawab dengan dagu bergetar, menahan emosi, bahwa Murray sengaja menerima dirinya untuk jadi bahan tertawaan. Tiba-tiba Joker berdiri dari duduknya dan pistol Joker menyalak tepat mengenai kening Murray Franklin yang langsung terkulai seketika. Dua tembakan lagi bersarang di dada Murray Franklin. Idola Arthur inipun tewas seketika secara live di tv.

Sesaat setelahnya, Joker ditangkap polisi. Namun di perjalanan mobil yang membawa Joker ditabrak orang yang hendak menyelamatkan idola baru kota Ghotam ini. Joker selamat dan polisi yang menangkapnya tewas. Joker dielu-elukan massa.

Kota Ghotam jatuh dalam anarki. Kemarahan massa ditumpahkan dengan perusakan, pembakaran, dan aksi pembunuhan main hakim sendiri.

Pertanyaannya, benarkah Arthur adalah orang baik menjadi jahat karena kepahitan hidup, karena disakiti? Ada yang bilang, jahat ya jahat saja. Kisah Joker di atas sebenarnya telah menjawabnya.

Secara hukum universal, penyakit jiwa menjadi alasan untuk meniadakan pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang dilakukan. Jadi, kalau saya atau anda orang normal, maka tak punya legitimasi untuk melakukan kejahatan seperti Joker. Menjadi baik adalah takdir hidup orang normal.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun