Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Aksi Pencurian di Gunung Makin Meresahkan

18 Agustus 2019   16:28 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:06 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Sabtu pagi 17 Agustus 2019 di gunung Talang (Dok Pribadi)

Pendaki gunung baik semua. Itu jelas fitnah. Tidak semua pendaki gunung bertangan kreatif. Sebagian bertangan jahil. Persis gambaran masyarakat di bawah.

Matahari pagi baru saja muncul menyambut HUT RI ke-74 di basecamp cadas gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, 17 Agustus 2019. Tiba-tiba terdengar pengumuman Panitia dengan megaphone.

"Telah hilang sebuah hp merek ASUS. Harga hp itu Rp3 juta. Bagi siapa saja yang bersedia suka rela mengembalikannya akan kami ganti dengan uang Rp4,5 juta. Karena ada data pribadi di dalam hp tersebut," bunyi pengumuman itu.

Selang satu jam kemudian, hadiah "sayembara" hp hilang itu telah dinaikkan menjadi Rp5 juta. Namun sampai pukul 10 belum juga ada yang bersedia mengembalikannya.

Menjelang tengah hari, sekitar pukul 11, nilai hadiah sayembara hp hilang tersebut telah dinaikkan lagi menjadi Rp6 juta. "Kami mohon kebesaran hati untuk mengembalikan hp itu, karena ada file kantor di dalamnya," bunyi suara di megaphone berulang-ulang.

Sampai penulis turun sekitar pukul 11.15, hp hilang tersebut belum juga ditemukan. Akhirnya, Panitia HUT RI ke-74 di gunung Talang terpaksa merazia tas dan badan setiap pendaki yang hendak turun, persis di "pintu" masuk-keluar basecamp cadas.


Penulis juga pernah kehilangan barang seperti dialami pemilik hp ASUS yang malang itu. Juga di gunung Talang.

Tongkat Naturehike milik penulis hilang digondol maling di basecamp cadas gunung Talang, Sabtu malam 13 Juli 2019 lalu. Tongkat itu disandarkan di belakang tenda, pada sebuah pohon.

Beruntung berkat bantuan teman-teman pendaki, tongkat itu berhasil kembali dengan selamat.

Ada lagi cerita teman sesama pendaki yang kehilangan sepatu di R6 gunung Talang jalur Air Batumbuk. Padahal sepatu itu didapat dengan susah payah dengan berjualan hasil pertanian.

Yang lebih tragis adalah kisah teman pendaki lain lagi, waktu mendaki gunung Marapi di Tanah Datar, Sumatera Barat, sekitar tahun 2017 lalu. Tenda dan semua isinya digondol maling di basecamp cadas gunung Marapi. Hilang tandas tak tersisa barang satu pun.

Banyak lagi cerita pendaki kehilangan telepon genggam, tas, kompor, sepatu dan lain sebagainya. Jadi bukan hanya edelweiss yang jadi sasaran tangan jahil.


Serius, aksi pencurian di gunung demikian benar-benar meresahkan. Sukses menciptakan rasa tidak aman bagi para pendaki. Dan ini efeknya amat sangat merepotkan.

Bayangkan. Gara-gara khawatir peralatan dicuri pendaki lain, terpaksa carrier sebesar kulkas, kantong tidur, kasur tiup dan lain sebagainya dibawa saat mau muncak. Padahal itu semua berat loh. Asli merepotkan.

Dalam keadaan normal, semua peralatan besar dan berat ditinggal di tenda waktu pendaki pergi muncak. Cukup bawa kebutuhan seperlunya.

Jika peralatan pendakian yang ditinggal di dalam tenda itu sampai hilang, akibatnya akan sangat fatal. Misalnya tenda hilang. Alat masak hilang. Bisa-bisa nyawa pendaki taruhannya.

Belum lagi rasa jengkel kehilangan. Sebab, peralatan gunung itu selain bersifat fungsional, juga didapatkan dengan harga yang tidak murah. Nilai peralatan pendakian berkualitas total bisa sampai puluhan juta. Bayangkan bila sampai hilang.

Berkaca dari berbagai kejadian pencurian di gunung, kepedulian semua pihak menjadi kunci penting. Semua pendaki, ranger dan posko pengelola pendakian wajib berkerja sama memastikan tidak ada korban pencurian, atau mengupayakan pencarian barang yang terlanjur hilang. Kemudian pelaku wajib masuk daftar hitam.

Jangan sampai ada kesan ranger dan posko pengelola pendakian lebih peduli pada isu kesusilaan (misalnya pendaki mesum), dibandingkan masalah kongkrit seperti sampah, vandalisme, atau pencurian peralatan sesama pendaki.

Suasana basecamp cadas gunung Talang menjelang siang, 17 Agustus 2019 (dokpri)
Suasana basecamp cadas gunung Talang menjelang siang, 17 Agustus 2019 (dokpri)

Penulis belum pernah melihat atau mendengar ada pendaki yang buang sampah sembarangan atau mencuri peralatan pendaki lain lantas dipukuli beramai-ramai. 

Sebaliknya, sekitar tahun 2017 lalu, ada kejadian pendaki dituduh mesum. Di R6 gunung Talang. Jalur Air Batumbuk. Tertuduh dipukuli, ditelanjangi, diraba, nyaris dibakar hidup-hidup, lalu difoto dan sempat di-upload ke media sosial.

Aksi main hakim sendiri demikian tidak dapat dibenarkan, atas alasan apapun. Apa susahnya tertuduh ditangkap dan diserahkan ke tokoh adat atau aparat penegak hukum setempat?!

Uraian di atas sekadar mengambarkan kemungkinan perbedaan perlakuan ranger dan posko pengelola pendakian terhadap isu lain yang tak kalah serius dibandingkan isu maksiat (kesusilaan).

Andai saja gunung menjadi tempat yang aman dan damai dari berbagai perilaku pelanggaran etika pencinta alam, hukum dan moral, maka para peziarah bisa fokus mencintai alam dengan sepenuh hati.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun