Yang lebih tragis adalah kisah teman pendaki lain lagi, waktu mendaki gunung Marapi di Tanah Datar, Sumatera Barat, sekitar tahun 2017 lalu. Tenda dan semua isinya digondol maling di basecamp cadas gunung Marapi. Hilang tandas tak tersisa barang satu pun.
Banyak lagi cerita pendaki kehilangan telepon genggam, tas, kompor, sepatu dan lain sebagainya. Jadi bukan hanya edelweiss yang jadi sasaran tangan jahil.
Serius, aksi pencurian di gunung demikian benar-benar meresahkan. Sukses menciptakan rasa tidak aman bagi para pendaki. Dan ini efeknya amat sangat merepotkan.
Bayangkan. Gara-gara khawatir peralatan dicuri pendaki lain, terpaksa carrier sebesar kulkas, kantong tidur, kasur tiup dan lain sebagainya dibawa saat mau muncak. Padahal itu semua berat loh. Asli merepotkan.
Dalam keadaan normal, semua peralatan besar dan berat ditinggal di tenda waktu pendaki pergi muncak. Cukup bawa kebutuhan seperlunya.
Jika peralatan pendakian yang ditinggal di dalam tenda itu sampai hilang, akibatnya akan sangat fatal. Misalnya tenda hilang. Alat masak hilang. Bisa-bisa nyawa pendaki taruhannya.
Belum lagi rasa jengkel kehilangan. Sebab, peralatan gunung itu selain bersifat fungsional, juga didapatkan dengan harga yang tidak murah. Nilai peralatan pendakian berkualitas total bisa sampai puluhan juta. Bayangkan bila sampai hilang.
Berkaca dari berbagai kejadian pencurian di gunung, kepedulian semua pihak menjadi kunci penting. Semua pendaki, ranger dan posko pengelola pendakian wajib berkerja sama memastikan tidak ada korban pencurian, atau mengupayakan pencarian barang yang terlanjur hilang. Kemudian pelaku wajib masuk daftar hitam.
Jangan sampai ada kesan ranger dan posko pengelola pendakian lebih peduli pada isu kesusilaan (misalnya pendaki mesum), dibandingkan masalah kongkrit seperti sampah, vandalisme, atau pencurian peralatan sesama pendaki.
Penulis belum pernah melihat atau mendengar ada pendaki yang buang sampah sembarangan atau mencuri peralatan pendaki lain lantas dipukuli beramai-ramai.Â