Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ketika Panggilan dari Gunung Terasa Begitu Nyata

4 Juli 2019   09:45 Diperbarui: 4 Juli 2019   10:24 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di etape oro-oro ombo menuju cemoro kandang, gunung Semeru (Dok Pribadi)

Makanya saya menyebut gunung Talang adalah "rumah kedua". Kebetulan pula jaraknya tidak jauh dari rumah. Kadang kurang dari satu jam saya sudah tiba di pos pendaftaran. Kurang empat jam setelah mendaftar, saya sudah leyeh-leyeh di puncaknya.

Jika "panggilan" itu telah tiba, alasan spesifik untuk apa mendaki gunung kadang tidak penting lagi. Pokoknya mendaki saja. Sudah.

Sekalipun sudah sering mendaki gunung yang sama, akan selalu ada hal-hal baru yang ditemui saat kembali mendaki. Bisa saja cuaca. Kenalan baru. Binatang baru. View baru selepas hujan. Bunga-bunga edelweis yang bermekaran. Dan seterusnya.

Yang terpenting dari semuanya, inti dari mendaki gunung, adalah berjalan. Perjalanan adalah cara mencapai spiritualitas.

Suatu malam di shelter 1 gunung Kerinci (dokpri)
Suatu malam di shelter 1 gunung Kerinci (dokpri)

Wajarlah dalam banyak agama ada tradisi "ziarah" atau "perjalanan suci" (pilgrimage), sebuah pencarian makna moral spiritual dengan cara berjalan dari satu tempat ke tempat lain.

Untuk menempuh perjalanan suci itu biasanya didahului dengan "panggilan suci" di dalam diri si calon pejalan. Panggilan gaib itulah yang mendorong seseorang untuk berjalan ribuan kilometer guna menempah batin dan spiritualitas.

Sudah barang tentu pendakian gunung dengan motivasi spiritualitas berbeda dibandingkan pendakian hura-hura, sekedar bersenang-senang, kumpul-kumpul dengan kawan. Lelah lalu tertidur.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun