Panggilan dari gunung bukan sekedar lirik lagu Iwan Fals. Tapi benar-benar ada. Sebuah gunung memanggil-manggil dalam pikiran seorang pendaki.Â
Siapa saja yang telah sering mendaki gunung dan merasakan candunya kemungkinan besar bakal setuju. Bahwa pada saat-saat tertentu, dimana gunung yang sebelumnya pernah didaki, tiba-tiba memanggil untuk didaki kembali. Sedangkan gunung-gunung lain, tidak.
Panggilan gunung itu terus berbunyi dalam pikiran dan sanubari. Getaran panggilan itu terasa begitu kuat. Begitu nyata. Saking kuatnya panggilan itu mengalahkan daya tarik gunung-gunung lain.
Tak begitu jauh dari rumah saya terdapat lebih kurang 23 buah gunung. Diantara 23 gunung itu yang relatif sering saya daki sekitar tujuh buah gunung.
Diantara tujuh buah gunung itu, pada waktu tertentu, satu diantaranya memanggil saya untuk mendakinya. Sementara gunung-gunung selain dan selebihnya diam saja. Tidak memanggil.
Ini contohnya. Baru dua bulan lalu saya mendaki gunung Kerinci. Tiba-tiba seminggu lalu ia memanggil kembali. Walaupun hari masih musim badai dan penghujan, saya tetap bela-belain pergi ke Kerinci.
Sementara pada waktu yang sama ada banyak gunung yang biasa saya daki dan jaraknya lebih dekat, semisal gunung Talang, Marapi, Singgalang dan lainnya. Tapi gunung-gunung ini tidak "memanggil" saya.
Tentu saja salah satu gunung yang dekat dengan rumah akan kembali memanggil saya. Demikian seterusnya. Berulang-ulang. Gunung apa yang paling sering "memanggil" saya? Jawabnya: gunung Talang!