Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Tenda Ultralight Naturehike Taga 1

5 Februari 2019   11:42 Diperbarui: 21 Agustus 2021   07:37 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan sampai tersentuh (dokpri)

Berhubung sering naik gunung sendirian, tentu penulis butuh tenda ukuran kecil untuk satu orang dan bobotnya harus ringan. Pilihan kali ini jatuh pada Naturehike Taga 1.

Bobot kosong tenda ini memang cukup ringan. Cocok untuk pendaki gunung aliran ultralight. Tendanya saja cuma 1.063 gram. Saat ditimbang, bobot total dengan footprint, pasak dan kantong-kantongnya (kantong tenda, kantong frame dan pasak) hanya 1.250 gram.

Material dominan nilon 20D berkontribusi sangat berarti atas ringannya bobot tenda ini, selain desain dimana antara outer dan inner menyatu terjahit, dan frame dari aluminium alloy 7001 aviation.

Terus terang alasan bobot ringan itulah sebagi faktor utama mengapa penulis membeli tenda ini langsung ke distributornya di Mojokerto. Sudah terlalu lelah naik turun gunung dengan tenda berbobot lebih dari 2.000 gram dan kadang 4.000 gram.

Di shelter 1 gunung Kerinci (dokpri)
Di shelter 1 gunung Kerinci (dokpri)
Sebelum memutuskan membeli, penulis telah berasumsi bahwa desain tenda dimana outer dan inner menyatu akan rawan kondensasi. Jadi pedang bermata dua: pada satu sisi memangkas bobot; pada sisi lain rawan kondensasi.

Review dari pemakai tenda ini di negara empat musim juga mengatakan adanya kondensasi demikian. Akan tetapi hanya kondensasi ringan.

Mengutip Wikipedia, Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Di Indonesia yang lembab pengembunan lebih mudah terjadi dibandingkan di daerah empat musim.

Kondensasi di dalam tenda diakibatkan oleh udara luar yang mengandung uap air masuk dan terperangkap di dalam dan ditambah oleh lengas (pernafasan dan uap tubuh) penghuni tenda yang mengandung uap air.

Pemakaian perdana tenda ini di gunung Talang, Solok, Sumatera Barat, 26-27 Januari 2019. Suhu malam hari (26/1/2019) berkisar 18-16 derajat Celcius. Saat terbangun pada Subuh, 27 Januari 2019, kondensasi bagian dalam cukup parah tapi tidak sampai menitik kecuali diusap dengan tangan.

Bersiap menitik (dokpri)
Bersiap menitik (dokpri)
Jangan sampai tersentuh (dokpri)
Jangan sampai tersentuh (dokpri)
Pemakaian kedua di gunung Kerinci, Jambi, 2-4 Februari 2019. Malam pertama di Shelter 1 dengan suhu malam hari berkisar 16 derajat Celcius. Sebelum waktu Subuh, penulis terjaga karena kejatuhan air sedingin es dari langit-langit tenda. Ternyata kondensasi cukup parah.

Malam kedua, tenda ini terpasang di Shelter 3 Kerinci. Suhu malam hari berkisar 12-9 derajat Celcius. Belum sampai tengah malam kondensasi di langit-langit tenda sudah cukup parah, kesenggol sedikit sudah berjatuhan membasahi matras tiup dan kantong tidur.

Dari dua percobaan pemakaian ini dapat disimpulkan bahwa tenda ini kurang cocok dipakai untuk pendakian gunung-gunung di Indonesia yang nota bene memiliki kelembaban yang tinggi.

Barang kali lebih cocok bila tenda ini dipakai untuk touring sepeda motor, bersepeda, di pantai, hutan atau petualangan ringan di dataran rendah.

Keunggulan tenda ini: bobotnya ringan, dengan PU waterproof coating yang baik (4000mm), memiliki dua teras, dan bagian dalam tenda tidak basah kuyup saat didirikan waktu hujan. 

Kekurangannya: kondensasi cukup parah. Bila digunakan sesuai tempat yang tepat, tenda ini cukup direkomendasikan. Di luar itu, mending pikir ulang bila mau membeli tenda seharga Rp1.205.000 ini.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun