Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Akting Memukau Maudy Koesnaedi dalam Episode Paling Sedih "Si Doel Anak Sekolahan"

8 Maret 2018   11:57 Diperbarui: 5 Maret 2019   11:21 3768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarah, Doel dan Zaenab (Istimewa)

Inilah episode paling berkesan. Persisnya episode keberapa tidak ingat lagi. Kalau tidak salah waktu masih ditayangkan RCTI. Berarti dibawah tahun 2000. Tolong ingatkan penulis bila ada yang ingat episode berapa. 

Beberapa saat setelah episode ini tayang, konon mengalir pujian banyak orang pada akting Maudy Koesnaedi (memerankan karakter Zaenab) yang demikian memukau, brilian dan tak terlupakan.

Diceritakan, Rohim, Ayah Zaenab (diperankan almarhum T.B. Maulana Husni), sedang bertengkar hebat dengan istrinya, emaknya Zaenab (diperankan Hj. Tona), di rumahnya. Rohim adalah pribadi yang sabar dan suka mengalah, sedangkan istrinya pribadi yang agresif, bermulut pedas, ceplas-ceplos dan senang kekayaan.

Rohim menjodohkan Zaenab dengan Doel yang terbilang keponakannya, karena Mak Nyak (Ibu Doel) dan Rohim masih bersaudara. Sebaliknya, Emaknya Zaenab tidak setuju, lebih setuju anaknya menikah dengan Ahong yang kaya raya.

Karena berbeda pilihan jodoh bagi Zaenab, pasangan Rohim dan istrinya sering kali bertengkar terkait hal ini. Termasuk kali ini. Setiap pertengkaran hampir selalu istri Rohim menghina-dinakan Doel dengan kata-kata yang tidak pantas.

"Si Doel mah kerja tidak jelas, miskin, duitnya seiprit, jauh sama si Ahong," lebih kurang begitu sering di ulang Emaknya Zaenab tiap bertengkar. Si Doel setamat kuliah memang sempat kerja serabutan. Zaenab yang mendengar pertengkaran begini selalu menunduk sedih. Zaenab merupakan pribadi yang manis dan lembut, perasa dan penuh kasih. Sudah lama Zaenab tertekan oleh perilaku Ibunya.

Termasuk dalam pertengkaran Rohim dan istrinya kali ini. Tanpa keduanya ketahui, Zaenab mendengar pertengkaran itu dari balik dinding ruang sebelah.

Pertengkaran kali ini benar-benar sengit dan Emak Zaenab sudah lepas kontrol. Saking emosinya, dan ini baru pertama dikatakannya sepanjang hidup Zaenab yang telah dewasa, Emak Zaenab keceplosan. "Zaenab bukan anakmu!" katanya menuding ke suaminya, Rohim.

Zaenab yang mendengar bahwa dirinya ternyata bukan anak kandung pasangan ini, melainkan anak angkat (?), nampak demikian terpukul. Susah payah Zaenab menahan tangis. Bahunya bergetar. Wajahnya nampak pucat pasi. Benar-benar pengungkapan rahasia hidup yang tak disangka-sangkanya.

Kenyataan ini seolah membuka tabir gelap di benak Zaenab selama ini. Pertanyaan yang masih samar di benak Zaenab, tentang mengapa dirinya selalu diperlakukan ibunya begini, seolah barang dagangan disodor-sodorkan pada lelaki kaya untuk dinikahi, selalu dimarahi, dan seolah tak ada benarnya. Dikiranya ini semua hanya wujud kasih sayang seorang ibu kandung. Tahunya dirinya bukanlah anak kandung.

Karena tak sanggup lagi menahan rasa sedih dan goncangan jiwa, Zaenab menghambur ke luar, berlari entah ke mana. Rohim dan istrinya tercekat, tak menyangka pertengkaran mereka didengar Zaenab.

Adegan kemudian beralih ke sebuah tempat. Zaenab menangis tersedu-sedu di sana, dekat sebatang pohon. Tangisan yang benar-benar pilu. Terlihat sangat nyata. Tidak ada sedikitpun tersirat bahwa ini cuma adegan sinetron. Suara tangisan, air mata, getaran badan, raut pilu di wajah benar-benar terlihat nyata. Zaenab menangis sejadi-jadinya, begitu lepas dan pilu. Ia berpegang pada sebatang pohon dengan pegangan yang sedih.

Adegan inilah yang penulis bilang demikian memukau, menghanyutkan, brilian dan tak ada duanya. Benar-benar natural! Maudy Koesnaedi telah menjelma menjadi Zaenab seutuhnya, dengan beban hidup bertahun-tahun karena sering dimarahi ibunya, cintanya pada Doel yang tak jelas arah, dan ketidaksetujuan Ibunya pada Doel. Akumumlasi semua ini meledak dalam tangis lara dan derita.

Detail adegan teringat samar-samar di kepala penulis. Beberapa penggalan dialog tidak lagi ingat persis. Tapi secara garis besar lebih kurang seperti diceritakan di atas. Semoga saja episode ini diulang dalam Si Doel The Movie yang sekarang sedang proses penggarapan oleh Rano Karno dan timnya.

Tulisan ini hanya wujud kerinduan penulis pada sosok Sarah, Zaenab, Doel, dan Mandra. Cerita dan akting pemeran si Doel begitu natural dan brilian, kontras dengan kebanyakan sinetron saat ini.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun