Setidaknya sudah ada sekitar 30% pemilih potensial yang dipastikan tidak akan memilih Jokowi karena memang memelihara kebencian akut sejak tiga tahun terakhir. Tinggal lagi menambah jumlah itu, dengan meyakinkan calon pemilih mengambang dan menggoyakan pendirian pendukung Jokowi saat ini, dengan konsep program yang meyakinkan.
Tapi karena terseret arus permainan politik Jokowi, kompetitor Jokowi sibuk mengomentari apapun yang dikerjakan Jokowi, sedangkan apa yang akan dikerjakannya sendiri andai kelak terpilih, sama sekali tidak terekspose ke hadapan publik.
Yang diekspose kompetitor Jokowi melalui media oposan seperti tvOne tak lebih hanya buih-buih insidental, seperti kecelakaan pembangunan infrastruktur, gizi buruk di Asmat, penyiram air keras pada Novel Baswedan, dan semacamnya, yang dengan cepat dinetralisir kubu Jokowi dengan respon yang terukur dan meyakinkan. Bukan tawaran program yang komprehensif.
Selebihnya cuma main di isu-isu tidak jelas, seperti hoax komunis dan SARA, dimana tak kurang sudah sebelas orang ditangkap kepolisian dalam sebulan terakhir. Permainan politik berbasis hoax begini sangat mudah dipatahkan melalui jalur hukum. Sekali gebrak langsung lumpuh.
Mungkin bukan saya saja yang berpendirian seperti ini, bahwa mungkin saja alihkan dukungan dari Jokowi bila muncul calon lain yang mengemukakan konsep program dan kepemimpinan yang lebih baik dan lebih kuat.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H