Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ayo Donor Darah, Berikan Darahmu yang Terbaik!

8 Januari 2018   12:44 Diperbarui: 16 Januari 2018   15:15 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andai saja semua orang tahu manfaat donor darah dan tak berhalangan secara medis, penulis yakin mereka semua akan berbondong-bondong untuk ikut menyumbangkan darah. Pasalnya, donor darah bukan saja sangat bermanfaat bagi kesehatan, tapi juga ladang amal sosial pada sesama.

Keyakinan demikian terbersit dalam benak penulis ketika menyaksikan sebut saja Bapak Rizal (bukan nama sebenarnya), berumur 63 tahun, mengiba-iba ketika aplikasi donor-darahnya ditolak dokter. Waktu itu Bapak Rizal persis di depan penulis, dalam sebuah antrean di Unit Donor Darah (UDD) PMI Padang belum lama ini.

Setelah mengisi formulir, tekanan darah Pak Rizal diperiksa. Hasilnya bagus. Lalu sampel darahnya diambil untuk dites guna mengetahui golongan darahnya dan kadar hemoglobin (HB). Hasilnya juga bagus. Hanya saja aplikasinya ditolak karena umur sudah lewat dari yang dipersyaratkan untuk pendonor tidak rutin. "Darah bapak biarlah untuk kebutuhan tubuh bapak sendiri," ujar dokter yang memeriksa.

Dokter tetap menolak sekali pun sudah diyakinkan bahwa badannya sehat. Ada raut kekecewaan di wajah Pak Rizal. Mungkin pensiunan ini berangkat dari rumah dengan bayangan akan diambil darahnya untuk manfaat kesehatan dan amal sosial, tapi kenyataan permohonannya ditolak.

Orang seperti Pak Rizal ini sangat mungkin banyak jumlahnya, yaitu orang-orang yang mulai sadar manfaat donor darah (mungkin berkat membaca, mendengar nasihat dokter, atau sugesti cerita teman yang rutin donor darah), akan tetapi sudah terlambat, mungkin karena halangan umur, ada juga setelah ada penyakit, baru mau donor darah.

Penulis sendiri sudah masuk tahun kelima rutin donor darah tiap tiga bulan sekali. Setelah donor darah pertama lima tahun lalu, mulailah ada rasa "kecanduan". Karena habis donor darah badan terasa lebih ringan, lebih bertenaga, serasa masih berusia dua puluhan. Sangat terasa manfaatnya untuk aktifitas fisik kelas berat seperti mendaki gunung, hobi penulis.

Manfaat kesehatan jangka pendek dan panjang tentu lebih banyak lagi, seperti membakar kalori, mengurangi potensi penyakit jantung, menurunkan risiko kanker, meningkatkan produksi darah, menurunkan kolestrol, mencegah diabetes, menjaga mood pikiran lebih baik dan kesehatan terkontrol karena rutin diperiksa dokter.

Tujuh prinsip donor darah (dokpri)
Tujuh prinsip donor darah (dokpri)
Dengan menyadari manfaat bagi kesehatan tersebut, penulis jadi terpacu untuk menjaga pola hidup sehat. Ini bukan saja agar fisik sehat, tapi juga agar kualitas darah yang disumbangkan menjadi baik dan kelas satu.

Seorang pendonor darah rutin sudah dapat dipastikan orang sehat (orang sakit sudah pasti tak akan lolos seleksi), sudah pasti bukan pecandu narkoba, tidak berpenyakit berat, termasuk tidak HIV/AIDS, dan seterusnya. Bagi yang jomblo bisa cari pasangan, salah satunya, berkriteria rutin donor darah.

Jangan tanggung-tanggung beramal. Berikan darah kualitas satu! Nah, agar tubuh memproduksi darah berkualitas tinggi tentu fisik harus dijaga, yaitu dengan cukup tidur malam minimal lima jam, olah raga kudu rutin, makan boleh murah tapi bergizi, tidak konsumsi narkoba, tidak merokok, menghindari makanan terkontaminasi formalin, merkuri dan logam berat lainnya. Keren, kan?

Badan sehat sekaligus beramal. Apalagi bila rutin menyumbangkan darah dari muda hingga lanjut usia, berarti menua dengan fisik yang sehat. Nikmat tertinggi apa lagi di usia tua kecuali fisik yang sehat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun