Setelah cerita indah tentang Danau Gunung Tujuh 1.950 mdpl di sini, kini saatnya berkisah sisi joroknya. Katakanlah biar imbang, supaya tulisan wisata tidak melulu berkisah sisi indah, seolah tanpa celah. Harapannya ke depan mudah-mudahan berubah jadi indah tanpa celah.
Sekelebatan, Danau Gunung Tujuh memang sangat indah, tinggi tempatnya dan dalam airnya. Akan tetapi, jika mau mengamati sedikit lebih detail, nah, baru deh kelihatan sisi joroknya. Demikianlah penulis amati selama dua hari dua malam, Jum'at 31/3/2017 sore s/d 2 April 2017.
Sampah-sampah plastik, botol beling dan lain-lain sangat mudah ditemui sepanjang jalan, di pos-pos pemberhentian, di tepi danau, dan terendam di dasar danau. Belum lagi polusi tinja akibat pendaki buang air besar di danau.
3. Banyak Penjahat di Gunung, Tolong Bentuk Satuan Penjaga Gunung
Ledakan pendaki gunung di Indonesia sejak sekitar tahun 2000-an melahirkan dampak kerusakan lingkungan yang luar biasa. Karena itu, perubahan paradigma atau kerangka berpikir terkait perlindungan gunung mutlak diperlukan.
Perubahan demikian dimaksudkan guna mengikuti tantangan kelestarian alam gunung-gunung di Indonesia. Maklumlah, pak/bu, banyak penjahat di gunung.
Selama bertahun-tahun mendaki gunung, penulis belum sekalipun berjumpa dengan personil jagawana atau polisi kehutanan (polhut) berpatroli di sekitar camping ground atau puncak gunung yang ramai di kunjungi peziarah. Padahal, banyak sekali penjahat di sana, pak!
Kejahatan serius yang biasa ditemui dilakukan pendaki gunung diantaranya: buang sampah sembarangan, mencuri edelweiss, berburu binatang, buang air besar (BAB) di sumber air, dsb. Di tempat lain kelakuan begini mungkin bukan kejahatan, tapi di alam yang masih alami, pantas digolongkan sebagai kejahatan serius.