Ada keasyikan dan seni tersendiri melihat kepiawaian tangan Ibu Eti meracik bahan-bahan kue bika panggang (Padang: singgang) hingga masak dan nampak lezat menggoda. Sudah 24 tahun ia melakukannya dan tentu sangat terlatih.
Dalam dunia wisata kuliner, wisatawan tak melulu sekedar mencicipi makanan khas suatu daerah, tapi juga menyaksikan langsung bagaimana proses makanan itu dibuat. Dari sana tercipta kesan dan sensasi "lebih" dari sebuah petualangan kuliner.
Kue bika panggang khas Padang merupakan salah satu objek wisata kuliner ngangeni di Kota Padang dan Sumbar umumnya, selain teh telor, rendang dll.
Dahulu sekali, sekitar tahun 1990-an hingga akhir 2000, penulis biasa beli bika panggang khas Padang di bilangan Jalan Andalas, Padang, depan Simpang Jalan Azizi. Di sini bikanya berukuran jumbo dan sangat lezat, sayang sekarang sudah tutup.
Kali ini penulis sengaja singgah langsung di kedai bika panggang Ibu Eti di Sei Balang, Kelurahan Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (4/10/2017) sore lalu. Letaknya sekitar 200 meter dari simpang Pasar Bandar Buat di jalan penghubung Bandar Buat ke arah Pasar Baru, dekat Toserba Citra.
Saat itu kebetulan Bu Eti sedang memasukkan adonan kue bika ke dalam cetakan berbentuk bundar dan dilapisi daun baru. Bu Eti tak ragu untuk berbagi tips membuatnya.
Bahan utama kue bika panggang ala Padang adalah tepung beras, lalu dicampur air, parutan kelapa secukupnya, gula pasir secukupnya dan ragi kue. Setelah dicampur biarkan beberapa saat, sekalian menunggu oven cukup panas.
Sekelebatan nampak sederhana sekali. Tapi itulah "ajaibnya" dunia kulinari. Berbeda tangan orang yang buatnya sangat mungkin berbeda pula rasanya.
Untuk mengontrol rasa, Bu Eti membuat semacam teknik yang sama bagi pembuatan bika panggang di kedai-kedai cabang yang dikelola anak-anaknya.