Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tips dan Trik Bernafas saat Mendaki Gunung

3 November 2017   14:59 Diperbarui: 11 Februari 2021   11:09 15410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatur pernafasan saat mendaki gunung (Dokumentasi Pribadi)

Pernafasan diafragmatik boleh dikatakan ada di tengah-tengah antara pernafasan dangkal dan dalam. Caranya: pakai tiga metode ketukan (1-2-3) waktu bernafas: satu ketukan saat menghisap udara melalui hidung, dua ketukan saat udara ditahan di diafragma, dan tiga ketukan saat nafas dikeluarkan lewat mulut secara berangsur-angsur. Tandanya berhasil, perut di bawah dada akan naik-turun mengempis-mengembang.

Hirup udara melalui hidung (1 ketukan), ini agar udara dapat disaring pertama-tama oleh bulu hidung, tidak semua partikel dapat masuk seperti halnya menghirup udara lewat mulut, tahan di diafragma (2 ketukan), lalu hembuskan perlahan melalui mulut (3 ketukan). Biarkan udara tertahan beberapa saat di diafragma, tidak langsung dihembuskan ke luar.

Variasi lain, bila sulit menghirup udara lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut, udara dihirup lewat hidung dan dikeluarkan lagi lewat hidung pula. Inipun dalam praktik kadang sulit, karena sering tanpa sadar nafas dihisap lewat mulut dan dikeluarkan lewat mulut pula.

Mekanisme hisap dan keluar pernafasan diafragmatik (diafragma-pdhpe.net)
Mekanisme hisap dan keluar pernafasan diafragmatik (diafragma-pdhpe.net)
Ada lagi trik agar metode ketukan bernafas diafragma benar dan disiplin, artinya, tidak terpancing bernafas pendek lewat mulut, yaitu: pakai buff atau masker. Ini akan "memaksa" seseorang menghirup nafas lewat hidung, lebih mudah menahan sebentar udara di diafragma, dan mengeluarkannya lagi lewat hidung.

Penerapan saat berjalan memang butuh pembiasaan atau latihan. Rumusnya: tiga langkah berjalan satu kali bernafas diafragma. Otomatis berjalannya tidak bisa (dan memang tidak dianjurkan) secara cepat atau tergesa-gesa. Berjalanlah dengan pelan tapi konsisten, bukan grasa-grusu.

Berjalan terlalu cepat saat mendaki gunung akan mengacaukan pengaturan teknik bernafas dan proses aklimatisasi, yang berakibat sedikitnya oksigen yang terikat dalam darah, sehingga berakibat susulan sedikitnya energi yang dapat diproduksi oleh tubuh. Akibat lain, rawan kecapekan amat sangat, menguap, kram otot, pingsan, stroke dan henti jantung.

Bila teknik bernafas diafragma dilakukan dengan benar, maka aktivitas mendaki gunung akan terasa jauh lebih menyenangkan, lebih bertenaga, dan tidak terlalu terengah-engah. Perjalanan dapat dinikmati dengan maksimal. (*)

SUTOMO PAGUCI 

Bila berkenan sila ikuti juga media sosial saya lainnya:

YouTube: https://www.youtube.com/channel/UC_fpP2LuhpRmbO26BkmR27Q

Instagram: https://instagram.com/tompaguci 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun