Soraki rame-rame. Serombongan pendaki nampak menyusuri lereng gunung. Mungkin mau melakukan eksplor eksotisme gunung. Keren sekali kelihatan dari jauh. Eh, tahu-tahu mereka lagi mencari edelweiss buat dipetik. Ya, sudah, langsung disoraki. Yang terlanjur memetik edelweis diminta untuk ditinggalkan atau dilaporkan ke posko.
Sebagian pencuri edelweiss beralasan tidak tahu bahwa memetik edelweiss melanggar peraturan di gunung. Sebagian lagi mengaku memetik edelweiss karena baru pertama mendaki gunung. Namun, jika dikorek lebih dalam, diajak ngobrol, barulah ketahuan bahwa secara pengetahuan umum mereka sebenarnya mengetahui larangan memetik edelewiss di gunung.
Mereka tak tahu bahwa suara gitar itu akan masuk ke dalam tenda orang lain dan beresonasi seperti suara toa, sangat keras sekali terdengar di dalam tenda. Sudah pasti mengganggu tidur pendaki lain. Ketika diingatkan mereka tak peduli.
"Kalau mau tidur ya di kos saja, pak," katanya memberi alasan. Ya sudah, ketika sampai subuh mereka masih gejrang-gejreng main gitar, langsung dibubarkan dengan paksa. Kalau berani melawan golok sudah terhunus, pura-puranya bakal ada pertumpahan darah, hehehe. Mereka akhirnya mengalah.
"Biasa itu pak," kata si oknum petugas posko dan ranger. "Di sini memang kebiasaan pendaki sudah begitu, suka main gitar dan nyanyi-nyanyi sampai pagi," tukuknya. Benar-benar bangke.
Tak perlu ragu. Komplen saja perilaku petugas posko demikian. Lebih tepatnya barangkali omeli atau ceramahi saja. Sebab, jangan salah, salah satu pangkal bala adalah apatisme para petugas penjaga posko pendakian.
Lapor polisi. Sedangkan untuk perbuatan-perbuatan pendaki yang tergolong tindak pidana, seperti mencoret-coret bendera merah putih, jangan ragu laporkan ke polisi. Terutama jika Anda adalah saksi mata kejadian tersebut, jangan diam saja.Â