Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bersikap Sadis pada Pendaki Alay Kadang Diperlukan

17 September 2017   19:05 Diperbarui: 25 Desember 2017   14:27 16651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan ditiru kelakuan alay begini (sumber: vebma.com)

Banyak kemungkinan pendekatan terhadap pendaki alay, bisa persuasif, membujuk, menyentuh hati dan logikanya, atau membiarkannya menemukan makna seiring waktu. Atau, bisa juga dengan cara-cara "sadis", terutama bila berangkat dari kebebalan, bukan karena keluguan atau murni ketidaktahuan.

"Pendaki Alay" adalah istilah di kalangan pendaki gunung untuk mengambarkan salah satu atau gabungan ciri pendaki yang hanya ikut-ikutan, korban film, mendaki tak aman, suka mencuri edelweiss, gemar nyampah sembarangan, coret bendera negara, pokoknya stereotipe yang buruk-buruk. Umumnya pendaki berusia anak baru gede (ABG), tapi bisa saja pendaki dewasa.

Meme pendaki alay (sumber: meme lucu pendaki gunung/pinterest.com)
Meme pendaki alay (sumber: meme lucu pendaki gunung/pinterest.com)
Terus bertoleransi, menuruti alur dan kemauan mereka tentu saja dunia pendakian bakal kacau. Mencegah kelakuan alay dalam dunia pendakian gunung diyakini akan mengurangi dampak buruk perbuatan mereka. Sanksi sosial yang dapat dikenakan bisa macam-macam, dari persuasif sampai "sadis".

Menolak meminjami peralatan. Pernah suatu waktu, di base camp sebuah gunung, salah seorang dari kelompok pendaki berjumlah sekitar lima orang datang pada penulis bermaksud pinjam kompor. Dengan cara halus penulis tolak. Coba, masa lima orang mendaki tak satupun punya persiapan bawa kompor.

Pendaki alay narsis cabut edelweiss (sumber: dokumentasi Forum Komunikasi Rinjani Bagus)
Pendaki alay narsis cabut edelweiss (sumber: dokumentasi Forum Komunikasi Rinjani Bagus)
Kecuali, jika kompor dibawah, tapi tahu-tahu kompornya macet, rusak, atau hilang. Dalam keadaan darurat begini masih wajar meminjami mereka kompor. Lah, ini memang sengaja tak bawah kompor dari tempat asal, dari lima orang tak satupun bawa kompor, padahal tujuannya ke gunung.

Di gunung pun mereka tak tahu cara atau sekedar berinisiatif membuat api, misalnya buat tungku lalu pakai kayu bakar. Ya sudah, makan saja bahan makanan mentah. Tak bakal mati juga kok.

Menolak membagi logistik. Suatu hari di masa lalu, saat turun gunung dan hampir sampai base camp, serombongan pendaki yang baru memulai pendakian meminta logistik pada penulis. "Minta berasnya pak kalau masih ada sisa," kata salah satu dari mereka, "kami tak cukup punya logistik," ujarnya memberi alasan.

Jangan terulang lagi kelakuan alay begini (sumber: yes-outdoor.com)
Jangan terulang lagi kelakuan alay begini (sumber: yes-outdoor.com)
Heran saja sama pendaki model begini. Sudah jelas-jelas baru mau mendaki, tapi tak punya logistik cukup, namun masih nekat mau mendaki, berasumsi bisa minta-minta pada pendaki lain. Mau mendaki gunung atau cari mati?

Berbeda halnya andai sudah sampai di camp ground terakhir atau sudah sampai puncak gunung. Tahu-tahu kehabisan bekal. Dalam kondisi begini sangat wajar sesama pendaki saling tolong menolong memberi bekal logistik semampunya. Ini baru juga mau berangkat sudah minta-minta logistik.

Kelihatan mereka memang sengaja tak bawa logistik dari rumah. Mungkin dikiranya di alam bisa makan batu? Atau mau bergaya bak orang tersesat, lagi survival, cukup makan rumput, makan daun, dst. Iya kalau ada pendaki lain mau memberi, kalau kebetulan sama sekali tak ketemu pendaki lain?

Jangan ditiru kelakuan alay begini (sumber: vebma.com)
Jangan ditiru kelakuan alay begini (sumber: vebma.com)
Penulis perhatikan rombongan pendaki tersebut. Tampilannya alay semua, memprihatinkan, dan sama sekali tanpa persiapan, tapi nekat mau naik gunung dengan kondisi alam yang ekstrim. Kelompok pendaki begini mending mundur saja dari rencana pendakian, karena membahayakan diri sendiri dan berpotensi merepotkan orang lain saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun