Gunung Singgalang merupakan gunung api tidak aktif berketinggian 2.877 mdpl (meter di atas permukaan laut), berada di Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, Pulau Sumatera, Indonesia.
Jalur utama dan titik awal pendakian berada di Tower RCTI-TVRI, di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar.Â
Masuk melalui gerbang bertuliskan Pandai Sikek, di dekat Pasar Koto Baru, yang juga merupakan titik awal pendakian gunung Marapi.Â
Selanjutnya mengikuti jalan aspal sempit dan sebagian rusak. Pasar Koto Baru berada di jalan penghubung Kota Padang-Bukittinggi.
![Memulai pendakian (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/titik-awal-asli-59a385f7ade2e10b8c48a432.jpg?t=o&v=770)
![Titik awal pendakian: Tower RCTI-TVRI (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/tower-rcti-tvri-59a38662ade2e10b8c48a434.jpg?t=o&v=770)
![Tower RCTI-TVRI (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/tower-rcti-tvri-2-59a38699159344073a4229e2.jpg?t=o&v=770)
Butuh waktu 2-3 jam jalan kaki dari Pasar Koto Baru hingga sampai di titik awal pendakian, Tower RCTI-TVRI. Jika naik kendaraan motor atau mobil hanya sekitar 1/2 jam saja. Melalui jalan yang kecil, menanjak, dan berkelok-kelok.Â
Nanti, sekitar pertengahan menuju tower RCTI-TVRI, Anda akan ketemu pos pendaftaran. Biaya tiket masuk Rp15.000 per orang. Biaya parkir beda lagi, jangan kaget, lumayan mahal: motor Rp20.000 dan mobil Rp50.000.
![Jalan menuju titik awal pendakian (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/singgalang-59a38703201ebd19593a5e12.jpg?t=o&v=770)
![Gunung Marapi dilihat dari titik awal pendakian Singgalang pada suatu pagi (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/marapi-dilihat-dari-titik-awal-pendakian-singgalang-59a38731201ebd19923b7472.jpg?t=o&v=770)
Trek terus menanjak tak terkira-kira hingga sampai ke Telaga Dewi. Paling-paling ada sedikit trek mendatar di tiga lokasi: sesudah Pos 1 (sekitar 100 meter), sedikit di Cadas (sekitar 30 meter) dan sesudah Cadas atau sebelum Telaga Dewi (sekitar 100 meter).Â
Selebihnya, trek terus menanjak tanpa ampun. Makin pendaki merasa keletihan makin diberi tanjakan! Tanjakan serasa tak ada habis-habisnya selama berjalan sekitar 7 jam dari titik awal pendakian hingga sampai di Telaga Dewi. Tanjakan berupa tanah licin diwarnai akar-akar kayu.
![Tanjakan awal yang terjal dan licin (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/1-59a38798201ebd1d5e0214f2.jpg?t=o&v=770)
Selain treknya terus menanjak, licin, mengikuti jalur air yang sempit dan dalam, juga pendaki harus merayap melalui rumput riang-riang atau pimping (Themeda gigantea). Sangat menyusahkan. Hampir satu jam berjalan menunduk. Tas keril yang tinggi rawan tersangkut Pimping.
Jika tidak mau melewati jalur ekstrim etape tower RCTI ke Pos 1, maka silakan lewat jalur alternatif di samping kanan kedai sebelum tanjakan pertama foto di atas. Cuma lebih jauh dibandingkan jalur biasa. Titik ketemu jalur biasa dan jalur alternatif tersebut di dekat (sebelum) pos Mata Air 1.
Boleh dikata bahwa karakter trek Singgalang kebalikan dari trek gunung Kerinci. Trek gunung Kerinci relatif landai di awal, ekstrem di akhir. Sebaliknya, trek Singgalang: ekstrem di awal, sedikit landai di akhir.Â
Namun, jika dikomparasi, pendakian gunung Singgalang lebih berat dibandingkan gunung Kerinci. Ini sekalipun trek Singgalang via Pandai Sikek lebih singkat sedikit dibandingkan trek Kerinci via Kersik Tuo.
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/63-59a3881c201ebd193c5f90b3.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/58-59a388633a68870474287b82.jpg?t=o&v=770)
Berhubung trek gunung Kerinci landai di awal, maka tubuh para pendaki akan dikondisikan untuk beradaptasi secara bertahap. Beda dengan trek gunung Singgalang, baru mulai berjalan langsung dihadapkan pada tanjakan ekstrim tanpa henti, ditambah harus berjalan sambil menunduk pula, sehingga kerja paru-paru sangat berat dan otot betis rawan kram.
Begitupun saat turun gunung Singgalang. Di saat tubuh sudah dua hari diporsir melalui trek naik dan turun, lalu pada akhir perjalanan turun, para pendaki akan dihadapkan pada trek ekstrem dari Pos 1 hingga titik awal pendakian di Tower RCTI-TVRI. Benar-benar bikin tobat sambal.
Sedikit tips mendaki Singgalang, berhubung beratnya medan: ada baiknya makan cemilan untuk tambah kalori tiap berjalan sekitar 2-3 jam, ini agar tenaga tidak ngelos; pakai celana pendek untuk mempermudah gerak bebas kaki; dan bawa mantel hujan karena gunung ini suka hujan sekalipun di musim kemarau.(*)
![Di Kotobaru ini, belok ke kiri masuk gerbang ini menuju Pandai Sikek (Dokumentasi Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/30/gerbang-masuk-ke-pandai-sikek-jpg-5a7000c6caf7db3b27569fd3.jpg?t=o&v=770)
![Ketemu simpang dua ini, belok ke kanan menuju tower RCTI (Dokumentasi Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/30/belok-kanan-ke-tower-rcti-jpg-5a7000aff133443b1a19b5e3.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/3-59a388d3d59a26133e177322.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/4-59a388ea5b686626ac7d5e42.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/5-59a388ff3a6887055a005ea2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/6-59a38918ade2e10baa27e762.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/7-59a3892504ca244e996a1bb2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/8-59a3895f201ebd1a513adbe4.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/9-59a3897df121d43c87289cd2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/29-59a38b10ade2e113e27edff2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/39-59a38b3413ed2c0bc6382413.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/40-59a38b495b68662245549822.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/41-59a38b5d90577d056d119063.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/42-59a38b8504ca243e7e4cf7e2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/43-59a38b9d201ebd19cb0c7e62.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/34-59a38bc9f121d4415033b113.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/35-59a38bdc3a6887041e2238e2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/36-59a38bf23a688707ca6254d2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/37-59a38c1a1593440718369562.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/38-59a38c2a04ca244ecf197232.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/10-59a389b9d59a26132157e5b2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/12-59a389dc04ca243e8e2453d3.jpg?t=o&v=770)
![Shelter 1, di sini ada sungai (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/26-59a38c60201ebd19752ed153.jpg?t=o&v=770)
![Shelter 1, sumber air di kiri (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/27-59a38c8815934407362e88b2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/19-59a38a09d59a26133d0090b4.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/18-59a38a1e1593440f9b723092.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/17-59a38a34201ebd19941c8813.jpg?t=o&v=770)
![Pos Mata Air 1 (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/21-59a38a73d59a2613ad4b1912.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/58-59a38cd1f121d43f53394072.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/62-59a38cfd04ca244cfd7b25a2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/63-59a38d2013ed2c0bd8664073.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/64-59a38d37f121d444b700b332.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/65-59a38d5990577d05f9714af2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/66-59a38d76f121d43bce5bb775.jpg?t=o&v=770)
![Pos Mata Air 2 (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/54-59a38dd5201ebd16021cb2e3.jpg?t=o&v=770)
![Sumber air di Pos Mata Air 2 (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/52-59a38e13ade2e113e27edff4.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/55-59a38e3aade2e10c673183d2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/56-59a38e5004ca244d340b6dd2.jpg?t=o&v=770)
![Ikuti kabel ini sebagai panduan mulai dari titik awal pendakian hingga puncak (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/ikuti-kabel-59a38f4a5b686622426df214.jpg?t=o&v=770)
![Trek Cadas sebelum Telaga Dewi (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/75-59a38eadade2e10baa27e764.jpg?t=o&v=770)
![Trek Cadas menurun, di bawah ada sumber air dan area datar untuk mendirikan tenda (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/73-59a38ee65b68661ddc151434.jpg?t=o&v=770)
![Suasana Telaga Dewi (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/19-59a38fd843322f335e0edf52.jpg?t=o&v=770)
![Penulis menikmati suasana di Telaga Dewi (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/22-59a38ffe3a688703f1414fd4.jpg?t=o&v=770)
![Di hutan lumut menuju puncak (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/49-59a39033ade2e10c673183d4.jpg?t=o&v=770)
![Puncak 2.877 mdpl ditandai tower pemancar ini, nampak dari Telaga Dewi (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/33-59a3915af121d44466642032.jpg?t=o&v=770)
![Suasana gardu pemancar di puncak (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/puncak-59a391055b686623eb7d2c93.jpg?t=o&v=770)
![Pemandangan di area puncak (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/28-59a3919c3a68870da84df7a3.jpg?t=o&v=770)
![Kota Bukittinggi dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/29-59a391cd3a68870dae1e5832.jpg?t=o&v=770)
![Puncak Marapi diselimuti kabut dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/28/31-59a391edd59a2612d30965e4.jpg?t=o&v=770)
Artikel terkait:
- Telaga Dewi, Surga Tersembunyi di Puncak Gunung Singgalang
- Menonton Tarian Awan di Cadas Gunung Singgalang
- Berfantasi di Hutan Lumut Gunung Singgalang
- Pendar Senja Bulan Mei di Telaga Dewi Gunung Singgalang
- Mengenal Zona Kematian di Gunung Singgalang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI