Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengenal Trek Ekstrem Gunung Singgalang, Lihat Foto-fotonya!

28 Agustus 2017   11:01 Diperbarui: 4 Desember 2022   15:30 21439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain treknya terus menanjak, licin, mengikuti jalur air yang sempit dan dalam, juga pendaki harus merayap melalui rumput riang-riang atau pimping (Themeda gigantea). Sangat menyusahkan. Hampir satu jam berjalan menunduk. Tas keril yang tinggi rawan tersangkut Pimping.

Jika tidak mau melewati jalur ekstrim etape tower RCTI ke Pos 1, maka silakan lewat jalur alternatif di samping kanan kedai sebelum tanjakan pertama foto di atas. Cuma lebih jauh dibandingkan jalur biasa. Titik ketemu jalur biasa dan jalur alternatif tersebut di dekat (sebelum) pos Mata Air 1.

Boleh dikata bahwa karakter trek Singgalang kebalikan dari trek gunung Kerinci. Trek gunung Kerinci relatif landai di awal, ekstrem di akhir. Sebaliknya, trek Singgalang: ekstrem di awal, sedikit landai di akhir. 

Namun, jika dikomparasi, pendakian gunung Singgalang lebih berat dibandingkan gunung Kerinci. Ini sekalipun trek Singgalang via Pandai Sikek lebih singkat sedikit dibandingkan trek Kerinci via Kersik Tuo.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pendakian Singgalang dari Tower RCTI-TVRI butuh waktu sekitar 7 jam. Sedangkan pendakian Kerinci, dari pintu rimba hingga Shelter 3, butuh waktu sekitar 8-9 jam. Namun trek kerinci mayoritas relatif landai, paling-paling yang ekstrim menanjak sedikit sesudah Shelter 1 dan antara Shelter 2 dan 3.

Berhubung trek gunung Kerinci landai di awal, maka tubuh para pendaki akan dikondisikan untuk beradaptasi secara bertahap. Beda dengan trek gunung Singgalang, baru mulai berjalan langsung dihadapkan pada tanjakan ekstrim tanpa henti, ditambah harus berjalan sambil menunduk pula, sehingga kerja paru-paru sangat berat dan otot betis rawan kram.

Begitupun saat turun gunung Singgalang. Di saat tubuh sudah dua hari diporsir melalui trek naik dan turun, lalu pada akhir perjalanan turun, para pendaki akan dihadapkan pada trek ekstrem dari Pos 1 hingga titik awal pendakian di Tower RCTI-TVRI. Benar-benar bikin tobat sambal.

Sedikit tips mendaki Singgalang, berhubung beratnya medan: ada baiknya makan cemilan untuk tambah kalori tiap berjalan sekitar 2-3 jam, ini agar tenaga tidak ngelos; pakai celana pendek untuk mempermudah gerak bebas kaki; dan bawa mantel hujan karena gunung ini suka hujan sekalipun di musim kemarau.(*)

Di Kotobaru ini, belok ke kiri masuk gerbang ini menuju Pandai Sikek (Dokumentasi Pribadi)
Di Kotobaru ini, belok ke kiri masuk gerbang ini menuju Pandai Sikek (Dokumentasi Pribadi)
Ketemu simpang dua ini, belok ke kanan menuju tower RCTI (Dokumentasi Pribadi)
Ketemu simpang dua ini, belok ke kanan menuju tower RCTI (Dokumentasi Pribadi)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Shelter 1, di sini ada sungai (dokpri)
Shelter 1, di sini ada sungai (dokpri)
Shelter 1, sumber air di kiri (dokpri)
Shelter 1, sumber air di kiri (dokpri)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pos Mata Air 1 (dokpri)
Pos Mata Air 1 (dokpri)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pos Mata Air 2 (dokpri)
Pos Mata Air 2 (dokpri)
Sumber air di Pos Mata Air 2 (dokpri)
Sumber air di Pos Mata Air 2 (dokpri)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ikuti kabel ini sebagai panduan mulai dari titik awal pendakian hingga puncak (dokpri)
Ikuti kabel ini sebagai panduan mulai dari titik awal pendakian hingga puncak (dokpri)
Trek Cadas sebelum Telaga Dewi (dokpri)
Trek Cadas sebelum Telaga Dewi (dokpri)
Trek Cadas menurun, di bawah ada sumber air dan area datar untuk mendirikan tenda (dokpri)
Trek Cadas menurun, di bawah ada sumber air dan area datar untuk mendirikan tenda (dokpri)
Suasana Telaga Dewi (dokpri)
Suasana Telaga Dewi (dokpri)
Penulis menikmati suasana di Telaga Dewi (dokpri)
Penulis menikmati suasana di Telaga Dewi (dokpri)
Di hutan lumut menuju puncak (dokpri)
Di hutan lumut menuju puncak (dokpri)
Puncak 2.877 mdpl ditandai tower pemancar ini, nampak dari Telaga Dewi (dokpri)
Puncak 2.877 mdpl ditandai tower pemancar ini, nampak dari Telaga Dewi (dokpri)
Suasana gardu pemancar di puncak (dokpri)
Suasana gardu pemancar di puncak (dokpri)
Pemandangan di area puncak (dokpri)
Pemandangan di area puncak (dokpri)
Kota Bukittinggi dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)
Kota Bukittinggi dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)
Puncak Marapi diselimuti kabut dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)
Puncak Marapi diselimuti kabut dilihat dari puncak Singgalang (dokpri)
SUTOMO PAGUCI

Artikel terkait:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun