Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Life Hack

Review Pemakaian, Adu Nyaman Deuter Aircontact 55+10 vs Osprey Atmos AG 65

13 Maret 2017   15:30 Diperbarui: 5 September 2021   22:00 33021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dan teknologi back system Deuter Aircontact 55+10. Foto: deuter.com

SETIDAKNYA ada lima hal yang diandalkan Deuter Sport GmbH untuk kenyamanan dan ketangguhan seri carriernya Deuter Aircontact 55+10, yaitu bahan Deuter-Duratex dan 330D Micro Rip Pro 6.6, desain keseluruhan tas (termasuk desain back system), teknologi pengaturan torso VariQuick, teknologi tali bahu (shoulder straps) AktiveFit, dan teknologi sabuk/tali pinggang (hip belt) VariFlex. Apakah semua teknologi itu benar bekerja dalam pengalaman nyata trekking di lapangan? Berikut ulasannya.

Ohya, sebelum mengulas lebih lanjut, perlu ditegaskan bahwa tulisan ini merupakan ulasan independen, bukan endorsment, dimana barangnya penulis beli sendiri di distributor resmi dengan uang pribadi.

Seri Deuter Aircontact 55+10 yang diulas ini adalah keluaran tahun 2016. Sebagaimana diketahui, seri 2016 sedikit berbeda dengan seri-seri sebelumnya, khususnya pada desain back system.

Tas dengan muatan sekitar 50 liter (dokpri)
Tas dengan muatan sekitar 50 liter (dokpri)
Untuk merasakan pengalaman langsung pemakaian Deuter Aircontact 55+10 penulis mengujinya langsung dengan melakukan pendakian dua hari satu malam di gunung Tandikat, Tanah Datar, Sumatera Barat, Sabtu-Minggu (4-5/3/2017) lalu. Kondisi medan trekking melewati semak-semak, hutan tropis, sungai dan tanjakan khas gunung-gunung di Indonesia. Tas punggung ini juga mengalami guyuran hujan lebat selama dua hari pendakian tsb.

Karena bahannya Deuter-Duratex dan 330D Micro Rip Pro 6.6 cukup tebal maka cukup tangguh dibawah menerobos semak belukar dan rimba belantara. Beberapa kali bodi tas tanpa rain cover bersentuhan langsung dengan ranting atau tersangkut akar waktu menerobos semak-semak menuju pintu rimba dan mendekati puncak. Syukurlah tas ini tidak robek atau rusak suatu apapun.

Bahannya yang tebal terbukti sangat cocok untuk trekking di hutan tropis yang menjadi ciri khas gunung-gunung di Indonesia. Berbeda dengan seri Deuter ACT Lite yang bahannya lebih tipis karena ditujukan untuk trekking ultralight, kurang cocok untuk menerabas semak-semak dan hutan lebat karena lebih rawan robek saat tersangkut.

Teknologi back system Deuter Aircontact 55+10 (deuter.com)
Teknologi back system Deuter Aircontact 55+10 (deuter.com)
Kenyamanan back system Deuter Aircontact 55+10 tak perlu diragukan lagi. Teknologi back system tas ini mirip-mirip Gregory seri Baltoro dll. Pada waktu pendakian tsb, carrier ini penulis jejali dengan tenda, pakaian ganti, kantong tidur, logistik, prentilan, air dll yang total beratnya sekitar 20 kg. Pada waktu turun lebih berat lagi karena tenda dan pakaian dalam keadaan basah. Namun tetap nyaman. Sirkulasi udara di punggung juga sangat baik. Punggung tidak begitu terasa panas.

Dari pengalaman tsb, back system Deuter Aircontact 55+10 dirasa lebih nyaman dibandingkan Osprey Atmos AG 65.  Kebetulan penulis punya kedua tas ini. Keyamanan Osprey Atmos hanya menang saat carrier dipakai tapi badan diam (tidak berjalan). Ketika dibawah berjalan, baru ketahuan bedanya.

Perbedaan desain back system 2015 ke bawah dan 2016 (deuter.com)
Perbedaan desain back system 2015 ke bawah dan 2016 (deuter.com)
Kelemahan Osprey Atmos AG justru terletak pada back system berupa jaring-jaring yang seperti 'per' tsb, yang memberi jarak antara dinding belakang tas dengan tubuh pemakainya, sehingga saat beban berat tas cenderung 'membuang' ke belakang, selain bahwa tali pinggang dan tali bahunya tidak bisa bergerak mengikuti irama pinggang dan bahu, akibatnya ketika beban berat tas terasa menggelayut berat ke bawah menyakitkan pinggang dan membebani punggung. Apalagi bila beban terlalu berat, hip beltnya terasa menyakiti pinggang, dan bunyi 'cit-cit-cit' dari framenya juga cukup menganggu.

Hip belt Osprey Atmos AG 65 sangat kaku memeluk pinggang. Kekakuannya yang demikian membuat nyaman dipakai, tetapi cukup menyusahkan saat melepas dan memakainya waktu butuh cepat di perjalanan. Hip belt itu tegang, perlu disibak dengan tenaga barulah terbuka.

Berbeda dengan teknologi back system Deuter Aircontact 55+10 (dan seri Aircontact lainnya). Ukuran torso bisa diubah-ubah mulai dari 44 cm s/d 58 cm, ini sangat fungsional. Teknologi VariFlex pada hip belt membuat hip belt bergerak-gerak independen mengikuti irama gerakan pinggang, jadi tidak 'menahan', sehingga pinggang terasa nyaman. Hip belt Osprey Atmos tidak bisa bergerak-gerak demikian.

Disamping itu, teknologi AktiveFit shoulder straps Deuter Aircontact bisa bergerak ke kiri-kanan mengikuti irama pergerakan punggung-bahu-atas saat berjalan. Ini sangat terasa manfaatnya, dimana shoulder straps tidak 'menahan' saat bahu bergerak. Poin ini menambah kenyaman punggung dan bahu saat dibebani beban berat dan berjalan jauh dan lama.

Kenyamanan Deuter Aircontact 55+10 saat beban berat bukan saja karena desain back systemnya, melainkan juga karena adanya konstruksi X-Frame berupa besi yang menyilang di bagian dalam sebelah belakang, ini memberikan kestabilan yang sangat baik saat carrier dijejali beban berat. Kedua besi menyilang ini terpasang kuat dibungkus jahitan pada bagian dalam belakang tas.

Perbandingan back system Osprey Atmos AG 65 vs Deuter Aircontact 55+10 (ospreypacks.com dan deuter.com)
Perbandingan back system Osprey Atmos AG 65 vs Deuter Aircontact 55+10 (ospreypacks.com dan deuter.com)
Seri Deuter Aircontact 55+10 sudah include rain cover dalam paket pembelian. Rain covernya cukup baik melawan guyuran hujan, namun carrier tetap akan basah saat hujan lebat, lama dan berangin. Rain cover seri ini sudah ada tali pengikat di bagian belakang, jadi dapat menempel lebih kuat, bahkan diperkirakan tetap kuat menempel seandai pun rain cover sudah sedikit melar suatu hari nanti.

Namun, bak kata pepatah, tak ada gading tak retak. Deuter Aircontact 55+10 tetap memiliki kelemahan elementer saat digunakan dalam trekking. Pertama, tidak ada fitur 'Stow-On-The-Go' atau Trekking Pole Attachment seperti dimiliki Osprey Atmos AG (lihat gambar di bawah sebelah kanan yang dilingkari merah). Pengalaman penulis, menarok trekking pole yang paling fungsional, cepat dan mudah diakses memang seperti didesain oleh rerata tas punggung keluaran Osprey, bukan di belakang seperti desain Deuter.

Kedua, Deuter Aircontact 55+10 hanya memiliki satu kantong di tali pinggang. Berbeda dengan kebanyakan back pack keluaran Osprey seperti seri Atmos AG (lihat gambar di bawah sebelah kiri yang dilingkari merah), yang memiliki dua kantong. Pengalaman di lapangan, satu kantong saja dirasa kurang untuk menarok telepon genggam, kamera saku, coklat, permen dan perintilan kecil lainnya supaya gampang diakses.

Ketiga, konstruksi back system dan hip belt berupa busa tebal pada Deuter Aircontact 55+10 membuat tas punggung sangat nyaman saat membawa beban berat, akan tetapi saat diguyur hujan lebat dalam waktu lama busa tsb akan menyerap air yang menambah beban tas yang memang sudah berat. Beban kosong Deuter Aircontact 55+10 saja sudah mencapai 2.350 gr, belum ditambah isi.

Berbeda halnya dengan back system dan hip belt Osprey Atmos AG 65 yang terdiri dari jaring, selain sangat nyaman saat menempel di tubuh, juga tidak menyerap air terlalu banyak saat diguyur hujan lebat dan lama.

Beberapa pendaki yang penulis temui mengeluhkan berat kosong Deuter seri Aircontact (juga Aircontact Pro). Namun bagi penulis, berdasarkan pengalaman pemakaian, selisih berat kosong Deuter Aircontact 55+10 (2,350 kg) sekitar 350 gr dibandingkan Osprey Atmos AG 65 (1,98 kg) dalam pemakaian aktual tidak terlalu kentara. Pun, jika diadu nyaman antara Deuter ACT Lite 50+10 vs Aircontact 55+10, misalnya, penulis lebih menjagokan Aircontact 55+10.

Demikianlah ulasan pemakaian yang hanya meliputi pokok-pokok fitur dari carrier Deuter Aircontact 55+10 dan Osprey Atmos AG 65. Untuk spesifikasi lengkapnya silakan melihat langsung di website resmi deuter.com dan ospreypacks.com. Bila pembaca memiliki pengalaman sama atau berbeda silakan sampaikan melalui kolom komentar. Terima kasih.(*)

SUTOMO PAGUCI 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun