SETIDAKNYA ada lima hal yang diandalkan Deuter Sport GmbHÂ untuk kenyamanan dan ketangguhan seri carriernya Deuter Aircontact 55+10, yaitu bahan Deuter-Duratex dan 330D Micro Rip Pro 6.6, desain keseluruhan tas (termasuk desain back system), teknologi pengaturan torso VariQuick, teknologi tali bahu (shoulder straps) AktiveFit, dan teknologi sabuk/tali pinggang (hip belt) VariFlex. Apakah semua teknologi itu benar bekerja dalam pengalaman nyata trekking di lapangan? Berikut ulasannya.
Ohya, sebelum mengulas lebih lanjut, perlu ditegaskan bahwa tulisan ini merupakan ulasan independen, bukan endorsment, dimana barangnya penulis beli sendiri di distributor resmi dengan uang pribadi.
Seri Deuter Aircontact 55+10 yang diulas ini adalah keluaran tahun 2016. Sebagaimana diketahui, seri 2016 sedikit berbeda dengan seri-seri sebelumnya, khususnya pada desain back system.
Karena bahannya Deuter-Duratex dan 330D Micro Rip Pro 6.6Â cukup tebal maka cukup tangguh dibawah menerobos semak belukar dan rimba belantara. Beberapa kali bodi tas tanpa rain cover bersentuhan langsung dengan ranting atau tersangkut akar waktu menerobos semak-semak menuju pintu rimba dan mendekati puncak. Syukurlah tas ini tidak robek atau rusak suatu apapun.
Bahannya yang tebal terbukti sangat cocok untuk trekking di hutan tropis yang menjadi ciri khas gunung-gunung di Indonesia. Berbeda dengan seri Deuter ACT Lite yang bahannya lebih tipis karena ditujukan untuk trekking ultralight, kurang cocok untuk menerabas semak-semak dan hutan lebat karena lebih rawan robek saat tersangkut.
Dari pengalaman tsb, back system Deuter Aircontact 55+10 dirasa lebih nyaman dibandingkan Osprey Atmos AG 65. Â Kebetulan penulis punya kedua tas ini. Keyamanan Osprey Atmos hanya menang saat carrier dipakai tapi badan diam (tidak berjalan). Ketika dibawah berjalan, baru ketahuan bedanya.
Hip belt Osprey Atmos AG 65 sangat kaku memeluk pinggang. Kekakuannya yang demikian membuat nyaman dipakai, tetapi cukup menyusahkan saat melepas dan memakainya waktu butuh cepat di perjalanan. Hip belt itu tegang, perlu disibak dengan tenaga barulah terbuka.
Berbeda dengan teknologi back system Deuter Aircontact 55+10 (dan seri Aircontact lainnya). Ukuran torso bisa diubah-ubah mulai dari 44 cm s/d 58 cm, ini sangat fungsional. Teknologi VariFlex pada hip belt membuat hip belt bergerak-gerak independen mengikuti irama gerakan pinggang, jadi tidak 'menahan', sehingga pinggang terasa nyaman. Hip belt Osprey Atmos tidak bisa bergerak-gerak demikian.
Disamping itu, teknologi AktiveFit shoulder straps Deuter Aircontact bisa bergerak ke kiri-kanan mengikuti irama pergerakan punggung-bahu-atas saat berjalan. Ini sangat terasa manfaatnya, dimana shoulder straps tidak 'menahan' saat bahu bergerak. Poin ini menambah kenyaman punggung dan bahu saat dibebani beban berat dan berjalan jauh dan lama.
Kenyamanan Deuter Aircontact 55+10 saat beban berat bukan saja karena desain back systemnya, melainkan juga karena adanya konstruksi X-Frame berupa besi yang menyilang di bagian dalam sebelah belakang, ini memberikan kestabilan yang sangat baik saat carrier dijejali beban berat. Kedua besi menyilang ini terpasang kuat dibungkus jahitan pada bagian dalam belakang tas.
Namun, bak kata pepatah, tak ada gading tak retak. Deuter Aircontact 55+10 tetap memiliki kelemahan elementer saat digunakan dalam trekking. Pertama, tidak ada fitur 'Stow-On-The-Go' atau Trekking Pole Attachment seperti dimiliki Osprey Atmos AG (lihat gambar di bawah sebelah kanan yang dilingkari merah). Pengalaman penulis, menarok trekking pole yang paling fungsional, cepat dan mudah diakses memang seperti didesain oleh rerata tas punggung keluaran Osprey, bukan di belakang seperti desain Deuter.
Kedua, Deuter Aircontact 55+10 hanya memiliki satu kantong di tali pinggang. Berbeda dengan kebanyakan back pack keluaran Osprey seperti seri Atmos AG (lihat gambar di bawah sebelah kiri yang dilingkari merah), yang memiliki dua kantong. Pengalaman di lapangan, satu kantong saja dirasa kurang untuk menarok telepon genggam, kamera saku, coklat, permen dan perintilan kecil lainnya supaya gampang diakses.
Berbeda halnya dengan back system dan hip belt Osprey Atmos AG 65 yang terdiri dari jaring, selain sangat nyaman saat menempel di tubuh, juga tidak menyerap air terlalu banyak saat diguyur hujan lebat dan lama.
Beberapa pendaki yang penulis temui mengeluhkan berat kosong Deuter seri Aircontact (juga Aircontact Pro). Namun bagi penulis, berdasarkan pengalaman pemakaian, selisih berat kosong Deuter Aircontact 55+10 (2,350 kg) sekitar 350 gr dibandingkan Osprey Atmos AG 65 (1,98 kg) dalam pemakaian aktual tidak terlalu kentara. Pun, jika diadu nyaman antara Deuter ACT Lite 50+10 vs Aircontact 55+10, misalnya, penulis lebih menjagokan Aircontact 55+10.
Demikianlah ulasan pemakaian yang hanya meliputi pokok-pokok fitur dari carrier Deuter Aircontact 55+10 dan Osprey Atmos AG 65. Untuk spesifikasi lengkapnya silakan melihat langsung di website resmi deuter.com dan ospreypacks.com. Bila pembaca memiliki pengalaman sama atau berbeda silakan sampaikan melalui kolom komentar. Terima kasih.(*)
SUTOMO PAGUCIÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H