Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Selalu Ada Alasan Mendaki Gunung Kerinci

21 September 2016   11:21 Diperbarui: 22 September 2016   04:07 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di puncak Indrapura, Minggu (18/9/2016) pagi. Foto: Koleksi Pribadi

Gunung Kerinci menjadi salah satu gunung yang akan rutin kudaki setidaknya setahun sekali. Selalu ada alasan untuk mendaki gunung ini.

Sebagai gunung berapi (vulcano) berketinggian 3.810 mdpl di GPS saya (data lain 3.805 mdpl), gunung Kerinci sangat legendaris.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Gunung ini menempati dua kategori tertinggi sekaligus: gunung tertinggi di pulau Sumatera dan gunung berapi tertinggi di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Wow!

Puncak Carstensz Pyramid di Papua memang tertinggi di Indonesia, tapi gunung ini tidak berapi. Berbeda dengan gunung Kerinci yang selalu aktif sepanjang tahun.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Ada nuansa superior dari puncak gunung Kerinci. Kawahnya besar, dalam dan kadang gemuruh. Di titik tertinggi dapat melihat seluruh pulau Sumatera, terutama saat cuaca cerah.

Terasa sangat tinggi sekali untuk ukuran gunung berapi di Indonesia. Jika angin kencang serasa badan mau terbang di puncak tertinggi yang areanya tak terlalu luas.

Di Shelter 3. Foto: Koleksi Pribadi
Di Shelter 3. Foto: Koleksi Pribadi
Puncak dilihat dari tenda di Shelter 3. Foto: Koleksi Pribadi
Puncak dilihat dari tenda di Shelter 3. Foto: Koleksi Pribadi
Treknya serasa candu. Panjang dan berat. Jalurnya to the point, sangat efisien, tegak lurus dan anti bertele-tele. Pengalaman saya, treknya lebih berat dibanding gunung Latimojong.

Butuh setidaknya 12 jam berjalan santai dari titik awal pendakian hingga sampai puncak. Lebih cepat dari itu bisa saja, tapi kurang terasa nikmat di perjalanan.

Contoh trek dari Shelter 2 ke 3. Foto: Koleksi Pribadi
Contoh trek dari Shelter 2 ke 3. Foto: Koleksi Pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dari pintu rimba akan bertemu tiga buah pos dan tiga buah shelter. Etape terberat dari Shelter 2 ke Shelter 3. Etape terpanjang dari Shelter 1 ke Shelter 2.

Trek dari Shelter 2 ke Shelter 3 berupa gorong-gorong yang dalam, terjal dan licin. Tiada duanya di Indonesia. Selalu bikin kangen untuk melaluinya.

View pagi di Shelter 1. Foto: Koleksi Pribadi
View pagi di Shelter 1. Foto: Koleksi Pribadi
View Panorama di trek dari Shelter 1 ke 3. Foto: Koleksi Pribadi
View Panorama di trek dari Shelter 1 ke 3. Foto: Koleksi Pribadi
Semua ada di trek Kerinci: hutan lebat, jalan tanah licin, hutan sub-alpin, trek berpasir, dan trek berbatu. Komplit. Susah loh mencari trek selengkap ini. Sueeger tenan rek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun