Pemandangan pagi dari pelataran puncak satu (peninjauan). Di kejauhan nampak gunung Nilo. (dokpri)
Gunung Masurai dengan ketinggian 2.980 mdpl, merupakan gunung api tidak aktif, yang terletak di Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi, Pulau Sumatera, berjarak sekitar tiga jam perjalanan dari Bangko, Ibu Kota Kabupaten Merangin.
Gunung ini relatif masih sangat alami, terutama setelah lewat pintu rimba hingga ke puncak. Sedangkan sebelum pintu rimba, yakni di kaki gunung ini, yang nota bene kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), hutannya telah habis dibabat untuk ladang penduduk lokal dan pendatang.
Danau Kumbang dilihat dari puncak satu, persis di depan tenda saya! (dokpri)
Ngalay sebelum turun, Senin (11/7/2016). (dokpri)
Gunung Masurai bolehlah disebut "surga
pendakian gunung api tidak aktif" di Indonesia. Betapa tidak, selain masih alami dan sepi pengunjung, treking menuju puncak gunung ini sangat nyaman. Biasanya, gunung api tidak aktif di Indonesia banyak pacetnya. Ini tidak.
Trek menuju puncak gunung Masurai bebas pacet. Ini luar biasa sekali. Tumben-tumbennya gunung tidak aktif tidak berpacet. Gunung tidak aktif biasanya surga bagi pacet, yang tentu sangat mengganggu pendakian.
Contoh trek menuju Shelter 1 (dokpri)
Shelter 1. Sekitar satu jam perjalanan dari pintu rimba. Di sini ada sumber air sekitar 10 m sebelah kiri. Di shelter ini ada batang kayu cukup besar melintang untuk tempat berteduh. (dokpri)
Berbeda halnya dengan Gunung Nilo, yang merupakan gunung tetanggaan dengan Gunung Masurai, hanya dipisahkan oleh sebuah lembah yang luas, juga gunung tidak aktif, akan tetapi sangat banyak pacetnya. Tidak heran jika Gunung Nilo nyaris tidak didaki orang.
Mengapa tidak berpacet? Analisa saya, karena hutan di Gunung Masurai ditumbuhi lumut yang lebat, dan tanahnya bergambut kering cenderung berdebu. Pacet sangat tidak suka berjalan di tanah, di atas debu, atau permukaan yang kasar. Hal ini bakal menyakiti mulutnya yang lunak. Pacet sukanya berjalan di atas daun dalam suasana yang lembab dan sedikit sinar matahari.
Sepanjang jalan menuju puncak Gunung Masurai, para pendaki akan disuguhi kesegaran khas hutan tropis yang sejuk. Pemandangan pepohonan juga nampak eksotis karena berbalut lumut-lumut yang tebal. Jarak antar perpohonan juga tidak terlalu rapat sehingga sinar matahari bisa menerobos masuk membentuk gradasi cahaya yang indah.
Jika merasa lelah di perjalanan, tinggal istirahat, selonjoran bahkan tiduran di atas lumut dan gambut yang lunak seperti kasur. Tidak ada kekhawatiran digigit pacet.
Di sini mulai masuk pintu rimba. (dokpri)
Berfoto bareng pendaki muda dari Bangko (dari kanan: Fahmi, Tegar, Erfan dan Rifa'i) di depan plang pintu rimba. Di sini sebetulnya bukan lagi pintu rimba karena rimbanya telah dibabat habis. Agak naik sedikit lagi baru ketemu pintu rimba sebenarnya, seperti foto di atas. (dokpri)
Berhubung Gunung Masurai masih jarang didaki orang, maka jalan untuk menuju ke pintu rimba agak sulit diakses. Tanpa pemandu atau tanpa info yang akurat menyangkut jalannya, sangat mungkin para pendaki bakal kesasar menemukan pintu rimba.Â
Dari titik pendakian di Desa Sungai Lalang menuju pintu rimba akan banyak ditemui persimpangan jalan. Di samping itu beberapa ruas trek menuju pintu rimba juga telah tertutup oleh semak belukar. Beberapa ruas trek yang lain telah hilang tertutup pohon yang ditebang warga untuk perkebunan. Singkat kata, cukup sulit untuk menemukan pintu rimba.
Gunung Nilo dilihat dari ladang penduduk di sekitar 300 m sebelum pintu rimba. (dokpri)
Gunung Nilo, tetangga gunung Masurai, dilihat dari perkebunan di Nilo Dingin, Lembah Masurai, Merangin, Jambi. (dokpri)
Sementara setelah pintu rimba hingga ke puncak Gunung Masurai, jalannya cukup jelas. Selain cukup jelas, juga banyak ditemui tanda rambu berupa pita atau tali rapia warna-warni sepanjang jalan, agak mustahil bisa nyasar.
Lihat Travel Story Selengkapnya