MUSUH UTAMA pendaki gunung salah satunya adalah terserang kedinginan yang amat sangat atau hipotermia. Hipotermia terjadi manakala suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius, turun dari batas normal suhu tubuh manusia antara 36,5-37,5 derajat Celcius.Â
Sangat fatal jika serangan hipotermia terjadi saat tidur lelap, sehingga orang lain tidak tahu, seperti pendaki Oki Kumara Putra (17) di gunung Merbabu, Minggu (7/2/2016) empat bulan lalu.
Berikut ini akan diuraikan trik sederhana untuk mencegah hipotermia, yang didasarkan pengalaman penulis di lapangan dan dari pengamatan terhadap para pendaki lain. Diurutkan sedemikian rupa mulai dari yang paling urgen. Prinsipnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
1. Disiplin makan
Disiplin makan adalah hal paling prinsip, paling mendasar, paling mendesak, paling krusial untuk mencegah hipotermia. Badan boleh kebasahan dan keletihan tapi tubuh masih mampu mengatasi udara dingin jika cukup kalori dan zat-zat penting bagi tubuh yang diperoleh dari makanan.
Bagaimana pun caranya usahakan disiplin makan saat berkegiatan di alam bebas seperti pendakian gunung: pagi, siang, dan sore/malam. Saya sendiri akan menghentikan perjalanan, dalam keadaan apapun, termasuk hujan deras sekalipun, saat sudah masuk jam makan siang. Biasanya pukul 12-13. Sekalipun pagi sudah sarapan.
Godaan para pendaki biasanya menggampangkan soal makan. Tunggu sajalah sebentar lagi, toh belum terasa lapar, tahu-tahu sudah lewat sekian jam dari jadwal makan yang "terprogram" dalam tubuh. Saat tubuh diporsir sampai batas ekstrim kadang pendaki kehilangan nafsu makan. Ini yang berbahaya bila tak dipaksakan untuk makan.
2. Hindari badan basah
Kombinasi badan basah karena terkena hujan, perut lapar, dan keletihan merupakan kondisi pas untuk terserang hipotermia. Hindari badan basah oleh berbagai sebab, biasanya disebabkan kehujanan dan keringat.Â
Lindungi tubuh dengan jas hujan atau payung saat hujan, sekalipun hujan cuma rintik-rintik, karena hujan rintik lama-lama membuat tubuh basah.Â
Pakailah baju khusus yang cepat kering dengan teknologi quick dry biar keringat yang terserap pakaian cepat mengering.Â
Di samping itu, untuk cuaca tropis yang cenderung panas dan mudah berkeringat, sangat dianjurkan pakai tas keril dengan teknologi back system sedemikian rupa atau memakai jaring atau mesh agar keringat di bagian punggung cepat kering.
Saya sendiri selalu membawa jas hujan dan payung diwaktu bersamaan. Payung untuk hujan ringan dan tak berangin. Cukup repot jika harus pakai jas hujan tiap ketemu hujan ringan. Sedangkan saat hujan cukup lebat, apalagi kondisi berangin atau badai, jas hujan wajib dipakai.
3. Jaga kualitas tidur
Ini sangat penting. Tidur malam yang berkualitas akan membuat tubuh bugar dan cukup fit untuk beraktifitas berat pada siang hari. Tubuh yang kurang tidur biasanya cepat letih. Jika tubuh dipaksa beraktifitas berat saat letih dan ngantuk, apalagi saat lapar, akan sangat rawan terserang hipotermia.
Tantangan di gunung biasanya banyak pendaki kesulitan tidur nyenyak pada malam hari karena berbagai alasan, terutama udara dingin, teman atau tetangga sebelah bersuara berisik, kondisi mental di tempat baru, dll.
Bawalah selalu kantong tidur (sleeping bag) yang pas, setidaknya dengan standar maksimal mampu mengatasi udara dingin sampai minus 15 derajat Celcius, titik paling ekstrim yang kadang-kadang (tidak sering) terjadi di gunung-gunung di Indonesia.Â
Waktu pakai kantong tidur, jangan lagi pakai jaket tebal anti angin, karena justru akan mengurangi fungsi kantong tidur memerangkap panas tubuh. Cukup pakai baju tipis saja lalu masuk ke kantong tidur. Lebih baik lagi jika panaskan tubuh sebelum masuk kantong tidur, seperti dengan push up, sit up, dll.
Sering terjadi istirahat malam tidak maksimal karena suara berisik para pendaki, teriak-teriak, main gitar, setel alat musik keras-keras, dsb. Disinilah pentingnya menjaga etika akal sehat. Jagalah ketenangan di area camping saat jam tidur antara pukul 22 s/d 05 pagi. Orang berisik ikut bertanggung jawab secara moral atas kurang tidurnya pendaki lain yang berakibat hipotermia!
4. Peralatan dan logistik
Hal mendasar lain untuk mencegah hipotermia saat pendakian gunung adalah ketersediaan peralatan pendakian yang memadai, terutama jas hujan dan tenda. Logistik berupa makanan dan cemilan juga sangat penting. Di gunung tidak boleh kekurangan makanan. Kekurangan makanan berarti bahaya mengintai nyawa! (*)
SUTOMO PAGUCI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H