Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendaki Solo Rinjani di Awal Musim Pendakian

24 April 2016   12:51 Diperbarui: 18 September 2017   08:33 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Baru Jari dan Danau Segara Anak dilihat dari puncak, Minggu (10/4/2016) (Dokumentasi Pribadi)

Musim pendakian gunung Rinjani tahun 2016 baru saja dibuka tanggal 1 April lalu, setelah ditutup sekitar tiga bulan. Tanggal 9 April 2016 saya mulai pendakian gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sengaja tahun ini sedini mungkin memulai reli di sirkuit Seven Summits Indonesia. Mumpung gunung masih terlihat segar. Mumpung sabana masih hijau. Mumpung belum terlalu ramai. Mumpung porter dan penginapan masih murah.

Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)
Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl merupakan gunung favorit pendaki di Indonesia. Sebagai gunung berapi tertinggi kedua setelah gunung Kerinci di Pulau Sumatera, gunung Rinjani masuk dalam jajaran 7 puncak tertinggi di Indonesia untuk wilayah Sunda Kecil (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Solor, Alor, Sumba, Pulau Timor, Pulau Sawu dan Rote).

Mas Abdul, pengelola Pondok Sembalun tempat saya menginap, menyarankan lewat Jalur Tengah karena katanya lebih singkat sekitar satu jam perjalanan. Berhubung saya sudah terlambat satu jam dari rencana awal start pukul 7 pagi, saya mengikuti saran lewat Jalur Tengah. Diantar ojek, biar menghemat tenaga, karena cukup jauh sampai titik pendakian, sayap start treking hari itu.

Sekitar lima menint perjalanan dari Pos Pendaftaran akan ditemui pengkolan ke kanan. Tepat di belokan tsb ambil jalan lurus berupa jalan tanah. Ikuti jalan tanah tsb. Sampai di trek sedikit menanjak ada belokan ke kanan, ambil belokan ke kanan, lalu terus saja ikuti jalurnya. Itulah Jalur Tengah.

Sampai di titik pendakian saya bersua dengan rombongan lima orang pendaki dari Yogyakarta. Kami sempat bersama-sama jalan. Namun di pertengahan sebelum Pos 1 saya istirahat dan mempersilahkan rombongan ini jalan lebih dahulu.

Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)
Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)
Awalnya, saya lagi pengen mendaki solo murni. Namun berhubung beban keril terasa cukup berat, sekitar 25 kg, akhirnya sebelum Pos 1 saya panggil porter kenalan untuk menyusul. Porter pun sampai. Sebagian barang saya pindahkan ke porter. Perjalanan dilanjutkan. Karena beban keril telah berkurang, nah, baru deh terasa lebih enak menikmati perjalanan.

Dengan santai kami melahap trek menuju Pos 1, lalu ke Pos 2, dan Pos 3. Pemandangan dari pos 1 hingga Pelawangan sangat dahsyat. Sepanjang perjalanan para pendaki disuguhi pemandangan sabana Sembalun. Hijau permai. Indah sekali.

Sampai di Pos 1 terlihat beberapa orang pendaki bule sedang istirahat menunggu porternya menyiapkan makanan untuk disantap. Saya putuskan tidak istirahat di sini. Perjalanan dilanjutkan ke Pos 2, tempat istirahat favorit sekaligus tempat makan siang.

View sabana di Pos 1 (dokpri)
View sabana di Pos 1 (dokpri)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sampai di Pos 2 baru pukul 12.00 WIT. Perut belum terasa lapar. Setelah istirahat sebentar, perjalanan dilanjutkan ke Pos 3. Kami meninggalkan Pos 2 yang cukup ramai oleh para pendaki bule. Di awal musim pendakian begini memang lebih banyak pendaki bule dibandingkan pendaki lokal. Pendaki bule biasanya mengikuti paket wisata Bali-Gili-Rinjani.

Sampai di Pos Ekstra sebelum Pos 3 sekitar pukul 12.30 WIT. Ternyata rombongan pendaki Yogya masih istirahat di sini. Kamipun makan siang bersama. Menu sosis goreng, ikan mungkuih goreng dan sambal menjadi suguhan nikmati siang itu.

Melaju santai menuju Pos 1 di trek sabana Sembalun (dokpri)
Melaju santai menuju Pos 1 di trek sabana Sembalun (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari trek menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari trek menuju Pos 1 (dokpri)
[/caption]Tak berapa lama kemudian perjalanan dilanjutkan. Trek belum terlalu menanjak. Masih diwarnai pemandangan sabana dan lembah-lembah. Sekitar 20 menit akhirnya kami tiba di Pos 3. Tanpa istirahat lagi perjalanan dilanjutkan reli panjang di trek 7 bukit penyesalan. Salip menyalip dengan porter.

Baru juga mau menuju ke bukit ke-2 si porter, Mas Sumarni, berhasil menyalip. Dan sejak saat itu saya tak berhasil lagi menyalip porter. Tak apalah, toh porter harus lebih dahulu sampai Pelawangan supaya lekas mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam.

Disalip mas Sumarni (dokpri)
Disalip mas Sumarni (dokpri)
Di pertengahan bukit ke-7, tepatnya di atas batang kayu tumbang, saya istirahat tiduran di sela dahan. Tak terasa kantuk menyerang lalu sayapun tertidur. Posisinya memang enak banget buat tiduran. Lumayan lama juga saya ketiduran. Sampai rombongan porter yang turun membangunkan saya. “Bangun, mas, awas nanti jatoh,” kata mereka.

Pas terbangun hari sudah sore, sudah pukul 16.30 WIT. Suhu sudah terasa dingin. Kabut juga sudah mulai datang menutupi bukit. Segera perjalanan saya lanjutkan. Paling sekitar 30-60 menit sampai di Pelawangan.

Enak banget tiduran di sini. Bukit ke-7 menuju Plawangan Sembalun (dokpri)
Enak banget tiduran di sini. Bukit ke-7 menuju Plawangan Sembalun (dokpri)
View di trek menuju bukit terakhir sebelum Plawangan Sembalun (dokpri)
View di trek menuju bukit terakhir sebelum Plawangan Sembalun (dokpri)
Benar saja. Sekitar pukul 17.30 WIT saya tiba di Pelawangan Sembalun. Namun karena porter saya minta dirikan tenda agak di ujung, di dekat mata air, maka saya harus berjalan lagi di pungungan Pelawangan menuju dekat mata air.

Tak lama kemudian sudah terlihat tenda saya Merapi Mountain Moonlight 1 berdiri tegak. Satu-satunya tenda Merapi Mountain di Pelawangan sore itu. Karena masih di awal musim pendakian, belum banyak orang mendaki Rinjani, sehingga terlihat banyak ruang kosong tersisa di camping ground Pelawangan Sembalun.

Tenda saya di Plawangan Sembalun (dokpri)
Tenda saya di Plawangan Sembalun (dokpri)
Pukul 20 WIT saya segera tidur. Pukul 01.00 WIT, Minggu (10/4/2016), alram membangunkan saya. Setelah menyiapkan bekal dan peralatan seperlunya, saya mulai summit attack pukul 1.30 WIT. Berjalan santai saja.

Ini untungnya mendaki di awal musim pendakian dan saat masih di ujung musim hujan. Trek Pelawangan Sembalun-Puncak Rinjani yang biasanya berdebu dan mengganggu, sekarang kurang begitu berdebu. Pasir masih terasa lembab. Angin juga tidak terlalu dingin, tapi cukuplah membuat beberapa orang cewek bule terlihat memakai thermal blanket karena kedinginan dan terserang gejala hipotermia.

View di trek dari Plawangan Sembalun menuju puncak (dokpri)
View di trek dari Plawangan Sembalun menuju puncak (dokpri)
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Susah payah kami para pendaki beriringan menaklukan tanjakan demi tanjakan menuju puncak. Bahkan saya sempat tertidur tiga kali masing-masing sekitar setengah jam sepanjang perjalanan muncak. Jadilah saya baru sampai puncak sekitar pukul 7 pagi. Sebuah perjalanan muncak yang terlalu lama dari batas normal yang hanya butuh 3-5 jam saja.

Setelah istirahat, sarapan pagi, dan foto-foto di puncak, saya dan beberapa pendaki mulai turun kembali ke Pelawangan. Hanya sekitar kurang dari satu jam saya di puncak. Perjalanan turun nyaris tanpa istirahat berarti. Pukul 10 WIT saya sudah berada kembali di Pelawangan Sembalun.

di Puncak pukul 7 pagi, Minggu (10/4/2016) (Dokpri)
di Puncak pukul 7 pagi, Minggu (10/4/2016) (Dokpri)
Dari pukul 10 hingga sore saya hanya leyeh-leyeh saja di sekitar tenda sambil sesekali menghampiri pendaki lain buat ngobrol-ngobrol. Pukul 19 saya sudah tertidur dengan cukup pulas hingga pukul 6 keesokan harinya. Bangun badan terasa segar. Pukul 9 WIT, Senin (11/4/2016) kami turun ke Sembalun untuk kembali mendaki Bukit Pergasingan keesokan harinya, Selasa (12/4/2016) sebelum kembali pulang ke Padang hari Rabu (13/4/2016).

Saya benar-benar beruntung. Sepanjang perjalanan naik dan turun Rinjani langit selalu mendung berkabut. Adem. Beda dengan mendaki saat musim panas sekitar Juni-Oktober.

Rinjani dilihat dari Desa Sembalun, Sabtu pagi (9/4/2016) (Dokpri)
Rinjani dilihat dari Desa Sembalun, Sabtu pagi (9/4/2016) (Dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun menuju Pos 1 (dokpri)
Sabana Sembalun di depan Pos 2 (dokpri)
Sabana Sembalun di depan Pos 2 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari Pos 2 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari Pos 2 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari Pos 2 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari Pos 2 (dokpri)
 

Sabana Sembalun dilihat dari trek menuju Pos 3 (dokpri)
Sabana Sembalun dilihat dari trek menuju Pos 3 (dokpri)
Para pendaki bule leyeh-leyeh menunggu santap siang disiapkan porter. Di Pos 2 (dokpri)
Para pendaki bule leyeh-leyeh menunggu santap siang disiapkan porter. Di Pos 2 (dokpri)
Para porter sedang menyiapkan santap siang di Pos 2. Memakai jasa porter adalah cara agar dapat lebih menikmati pendakian (dokpri)
Para porter sedang menyiapkan santap siang di Pos 2. Memakai jasa porter adalah cara agar dapat lebih menikmati pendakian (dokpri)
SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun