Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pendakian Gunung Talamau: Mendaki Gunung Emas di Negeri Ophir

19 April 2016   20:57 Diperbarui: 2 Januari 2021   14:53 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam di KPA Pelangi sebelum pendakian, bersama Ibu dan Buya Masnil (disamping kiri saya), Dedi Rimba, Son Samurai dan Muvu Ardie (dokpri)

Sesampai di KPA Pelangi kami disambut oleh Ibu dan Buya Masnil yang ramah dan suka bercerita. Buya Masnil (52 tahun) sangat terkenal di Pasaman Barat karena seorang tokoh masyarakat di sana sekaligus tokoh pemekaran Kabupaten Pasaman Barat, yang memisahkan diri dari kabupaten Pasaman Timur. Buya Masnil dapat dikontak dinomor 081267907009.

Berdasarkan pengalaman, tim pendakian paling solid berjumlah tiga orang. Kali ini bersama Son Samurai (kanan) dan Ardie (tengah) (dokpri)
Berdasarkan pengalaman, tim pendakian paling solid berjumlah tiga orang. Kali ini bersama Son Samurai (kanan) dan Ardie (tengah) (dokpri)
Biaya pendaftaran Rp25.000 per orang. Setelah atau sebelum mendaftar akan ada arahan (lebih tepat obrolan) dari Buya Masnil dan Ibu terkait seluk-beluk pendakian Talamau, termasuk manajemen sampah sepanjang jalan hingga turun kembali, dimana sampah wajib dihitung dan disetor kembali saat turun (ketika melapor). Obrolan kami hingga mendekati magrib dan setelahnya disusul oleh jamuan makan malam yang sangat nikmat.

Upaya pihak pos pengelola pendakian gunung Talamau terkait sampah patut diapresiasi positif. Karena upaya ini maka jalur pendakian gunung Talamau hingga puncak sangat bersih. Di puncak gunung Talamau bahkan tidak ada ditemui satupun sampah. Namun masih ditemui corat-coret spidol di batu, namun tidak banyak.

Malam di KPA Pelangi sebelum pendakian, bersama Ibu dan Buya Masnil (disamping kiri saya), Dedi Rimba, Son Samurai dan Muvu Ardie (dokpri)
Malam di KPA Pelangi sebelum pendakian, bersama Ibu dan Buya Masnil (disamping kiri saya), Dedi Rimba, Son Samurai dan Muvu Ardie (dokpri)
Karena jarak dari KPA Pelangi menuju Lubuk Landua cukup jauh, lebih kurang 5 km, maka kami diantar ojek melalui jalan beraspal kemudian berganti jalan berbatu hingga ke jalan di tengah-tengah kebun sawit. Waktu itu tepat pukul 22.20 WIB. Kami meninggalkan basecamp KPA Pelangi sekitar pukul 22 WIB, agak lama di sini karena menunggu rekan pendaki lain, Mardison atau Son Samurai, yang akan bersama-sama memandu pendakian hingga ke puncak.

Turun dari ojek kami langsung start berjalan kaki menuju pos Sulingan. Namun baru berjalan kurang dari satu jam, rekan Muvu Ardie mengaku mengantuk. Kami putuskan istirahat di sebuah pondok petani di tengah-tengah kebun jagung, tak jauh dari tepi jalan. Di pondok ini kami tidur dari sekitar pukul 23.30 WIB hingga sekitar pukul 5 WIB. Kami serempak terjaga karena kursi papan tempat saya tidur tiba-tiba ambruk. Hehehe.

Iguana Talamau (dokpri)
Iguana Talamau (dokpri)
Pacet Talamau (dokpri)
Pacet Talamau (dokpri)

Konflik Jalur Pendakian

Seperti telah diceritakan di atas. Setelah pos Sulingan akan ketemua punggungan tempat pertemuan jalur Pinaga dan jalur Lubuk Landua. Nah, di titik pertemuan inilah, tepatnya di pintu jalur Lubuk Landua, ada dipasang barikade kayu-kayu pengahalang. Dari pagar atau barikade kayu tsb terlihat upaya untuk menghalangi pendaki lewat jalur Lubuk Landua. Diduga kuat barikade kayu tsb dipasang oleh pihak pos pendaftaran jalur Pinaga.

Dari temuan tsb, dan ditambah cerita Buya Masnil, memang ada semacam konflik antara KPA Pelangi dan KPA Walet yang mengelola pendaftaran jalur Pinaga. Sampai saat ini nampaknya konflik tsb masih menemui jalan buntu. Hal ini yang patut disesalkan, karena sampai mengganggu jalur pendakian.

Jalur Pendakian Talamau 2016 (dokpri)
Jalur Pendakian Talamau 2016 (dokpri)
Tidak ada sejarahnya dalam pendakian gunung jalur pendakian ditutup karena sengketa berebut lahan rezeki. Penutupan jalur pendakian hanya boleh dilakukan oleh alasan yang resmi teknis atau rutin, misalnya penutupan untuk memperbaiki ekosistem gunung atau karena ada badai, bencana alam, dll. Bukan karena konflik antar pos pendaftaran.

Konflik harusnya tidak boleh berimbas pada pendaki. Karena itu disarankan, jika benar koflik terus berlanjut, kiranya dapat diselesaikan secara adat atau kekeluargaan. Jika tidak bisa juga, bawa ke jalur hukum. Bukan dengan main hakim sendiri menganggu jalur pendakian, yang jelas-jelas tidak ada larangan pemerintah untuk melaluinya.(*)

SUTOMO PAGUCI 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun