Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tobat Sambal di Puncak Kerinci

31 Desember 2015   13:02 Diperbarui: 4 Januari 2018   08:30 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah pendakian solo 2 hari 1 malam ke Gunung Kerinci 3.805 mdpl di penghujung tahun 2015, 28-29 Desember 2015.

Tepat pukul 8.30 Wib, 30 Desember 2015, saya meninggalkan Homestay Paiman di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, pulang menuju Padang. Baru juga sampai di Desa Pelompek, saya sudah kangen pada Gunung Kerinci.

***

Trek pendakian Gunung Kerinci sangatlah berat. Dalam nafas yang ngos-ngosan dan tenaga yang nyaris habis, antara Shelter 2 menuju Shelter 3, saya sempat bertekad cukup sekali ini saja mendaki Gunung Kerinci. Haha

Waktu itu pukul 2.30 Wib, tanggal 29 Desember 2015, hujan turun tidak terlalu lebat. Malam diterangi bulan sabit. Sendirian dalam malam yang sunyi, meninggalkan tenda di Shelter 2 di ketinggian 3.056 mdpl menuju Shelter 3 di ketinggian 3.310 mdpl, untuk tujuan summit attack puncak Indrapura di ketinggian 3.805 mdpl.

Trek dari Shelter 2 menuju Shelter 3 menanjak sangat terjal berbentuk gorong-gorong dengan tetumbuhan sub-alpin menutupi sekitar 2/3 trek ini. Berjalan kadang harus berjongkok supaya tas keril tidak nyangkut, kadang harus bergantungan seperti monyet, kadang harus melompat, kadang harus melipir di tubiran jalan yang sangat licin, sambil berpegangan pada batang kayu yang dingin sedingin es. Benar-benar menguras tenaga.

Tas keril Osprey Atmos AG 65 liter saya berdecit-decit di kesunyian malam. Isi tas ini hanya air, sepatu gunung cadangan, sendal gunung, P3K dan cemilan. Sengaja keril saya bawa hingga ke puncak karena khawatir hilang, sudah beberapa kejadian barang pendaki dicuri orang.

Sekitar pukul 4.00 Wib saya sampai di Shelter 3. Hujan masih mengguyur. Beberapa pendaki nampak sudah beraktifitas di tenda masing-masing untuk siap-siap muncak. Saya berhenti sejenak mengambil nafas. Nun di bawah sana nampak kerlap-kerlip lampu rumah penduduk di sekitar Gunung Kerinci. Sangat indah.

Saya putuskan istirahat sejenak di tenda Samuel Surbakti, pendaki asal Medan, kenalan sesama pendaki solo kali ini. Atas kebaikan Samuel, saya ditawari istirahat di tendanya. Di dalam tenda saya terkapar sejenak. Dari tenda sebelah lapat-lapat terdengar suara ngorok orang tidur. Dalam hati saya iri juga; bisa-bisanya tidur senyenyak itu dalam suasana dingin begini.

Saya malah tidak bisa tidur saat di Shelter 2. Mana kepala pusing lagi, gejala penyakit gunung, karena terlalu cepat mencapai ketinggian 3.000-an mdpl, tanpa aklimatisasi yang cukup.

Baru pukul 5.30 Wib saya start meninggalkan Shelter 3 menuju puncak Indrapura. Setelah menikmati segelas Energen Jahe, saya bersama rombongan pendaki dari Tangerang yang murah hati, merayap pelan menyusur trek menanjak dari Shelter 3 menuju titik bernama Tugu Yuda, sebelum sampai ke puncak.

Trek menuju Tugu Yuda terasa berat dan jauh sekali. Susah sekali sampainya. Terjal dan berpasir. Letih dan ngilu di semua persendian. Berkat merayap pelan tapi konsisten akhirnya sampai juga di Tugu Yuda sekitar pukul 7.20 Wib. Tenaga rasanya sudah habis. Letih tak terperikan.

Segera kumakan sebatang coklat untuk sumber tenaga yang cepat. Istirahat sebentar sambil tiduran dengan membantalkan keril. 10 menit kemudian, setelah dapat tenaga dari sebatang coklat, perjalanan dilanjutkan: merayap di punggungan puncak Indrapura yang terjal.

Pukul 8.00 Wib akhirnya saya bersama group Dian, pendaki dari Pagaralam, sampai di puncak Indrapura 3.805 mdpl. Ingus dan air mata bercucuran karena dihajar asap belerang dari kawah berbunyi gemuruh.

Di puncak Indrapura, Selasa 29 Desember 2015 (dokpri)
Di puncak Indrapura, Selasa 29 Desember 2015 (dokpri)
***

Di puncak saya sempat terkekeh. Enggak nyangka juga bisa sampai ke puncak Gunung Kerinci, yang terkenal dengan trek berat, sendirian pula. Sebuah pendakian solo perdana yang lumayan ngebut. Teringat bagaimana sehari sebelumnya, sekitar pukul 6.30 Wib, saya diantar pakai motor oleh Deny Airlangga, cucu Pak Paiman (alm), dari Homestay Paiman menuju Pintu Rimba di ketinggian 1.800 mdpl. Tahu-tahu sekarang sudah di puncak.

Di awal perjalanan, sebelum Pintu Rimba, saya melapor dan mendaftar dulu di posko R10 di ketinggian 1.600 mdpl. Urusan di R10 tidak ribet. Cukup sebut nama, lama pendakian, lalu bayar Rp.7.500. Selesai. Setelah basa-basi sebentar dengan Pak Dudung, staf piket di R10, kami lanjutkan perjalanan ke Pintu Rimba.

Beberapa meter sebelum pintu Rimba adalah titik terakhir yang bisa dilalui mobil atau motor. Deny berhenti di sini. Oh ya, biaya angkutan ojek atau mobil dari sekitaran Tugu Macan menuju Pintu Rimba sebesar Rp15.000 saja.

Setelah basa-basi sebentar dengan bapak-bapak di kedai dekat Pintu Rimba, saya langsung berjalan masuk ke dalam rimba, di titik antara ladang penduduk dan rimba belantara terdapat tugu dan bangku dari beton tempat sesajen pada penunggu Gunung Kerinci. Saya sempat foto-foto sesajen ini, ada juga bercak darah di dedaunan, dugaan saya bercak darah ayam.

Trek dari Pintu Rimba menuju Pos 1 Bangku Panjang di ketinggian 1.890 mdpl relatif landai. Tapi karena keril saya lumayan berat, sekitar 20 kg, trek landai ini sanggup membuat jalur nafas di dada terasa panas. Tak sampai 30 menit kemudian saya sudah sampai di Pos 2 Batu Lumut di ketinggian 2.010 mdpl. Perjalanan dilanjutkan tanpa istirahat di sini. 

Pukul 9.30 Wib saya sudah sampai di Pos 3. Di sini istirahat sebentar sambil ngobrol-ngobrol dengan para pendaki asal Pekanbaru yang turun menuju Pintu Rimba. Pukul 10.00 Wib perjalanan dilanjutkan ke Shelter 1. Sampai di Shelter 1 di ketinggian 2.505 mdpl sekitar pukul 11.27 Wib. Di sini saya istirahat, makan siang dan ngobrol-ngobrol dengan pendaki lain. Cukup lama juga istirahat untuk memulihkan tenaga guna menaklukan trek panjang menuju Shelter 2.

Pukul 13.00 Wib perjalanan saya lanjutkan ke Shelter 2. Berbeda dengan trek dari Pos 1 hingga Shelter 1 yang relatif masih landai, trek menuju Shelter 2 sudah mulai menanjak dan berlumpur cukup parah. Perjalanan yang panjang dan bikin bosan. Sekitar pukul 16.00 Wib barulah saya sampai di Shelter 2.

***

Hanya sekitar 30 menit saya menikmati puncak sambil melawan gempuran uap belerang. Setelah foto-foto dan istirahat sebentar saya pun langsung turun. Perjalanan turun dari puncak Indrapura relatif ngebut. Sampai di Shelter 3 pukul 10.50 Wib. Tepat pukul 11 Wib saya langsung bablas turun ke Shelter 2.

Target sampai di Shelter 2 pukul 12.00 Wib, supaya punya waktu sekitar 1 jam untuk packing. Benar saja, tepat pukul 12.00 Wib, saya sudah sampai kembali di Shelter 2. Istirahat 10 menit langsung pakcing. Bongkar tenda. Tenda basah jadi tambah berat.

Pukul 13.09 Wib saya meninggalkan Shelter 2. Trek panjang dari Shelter 2 menuju Shelter 1 tanpa istirahat berarti. Ngebut. Sampai di Shelter 1 istirahat sebentar lalu lanjut turun. Targetnya sampai di Pintu Rimba pukul 17 Wib. Tidak meleset, sekitar pukul 17.00 Wib saya sudah sampai di Pintu Rimba. Menunggu sekitar 15 menit sampailah mobil jemputan Pak Sugino.

Pukul 17.45 Wib seluruh penumpang mobil Pak Sugino sudah sampai di Homestay Paiman. Surprise sesampai di homestay mobil saya yang terparkir di halaman sudah kinclong, padahal kemaren kotor tak terkira-kira. Ternyata anak-anak Mbak Tika yang mencucinya.

Keluarga besar Pak Paiman (alm) yang mengelola Homestay Paiman nampak antusias, ramah dan murah hati. Mbak Tika tak mau menerima pembayaran sewa kamar pada hari saya mendaki, seolah doa agar saya kembali turun dengan selamat dan barulah membayar sewa kamar.

Pada saat turun tanggal 29 Desember 2015, saya kembali menginap semalam lagi di Homestay Paiman, sebelum kembali ke Padang keesokan harinya, 30 Desember 2015.(*)

SUTOMO PAGUCI

Artikel terkait:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun