Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sikap Terhadap Film "Innocence of Muslims"

13 September 2012   09:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_198803" align="aligncenter" width="300" caption="Trailer film Innocence of Muslims (Foto: Ist). Sumber foto: Jaringnews.com"][/caption] Film "Innocence of Muslims" (2011) arahan strudara Sam Bacile menuai kontroversi dan menyulut kerusuhan yang menewaskan Dubes AS John Christopher Stevens berserta tiga orang stafnya di Benghazi, Libya, Selasa (11/9/2012). Kontroversi serupa menjalar hingga ke Indonesia. Film ini, yang konon berdana US$ 5 juta dan berasal dari urunan 100 orang donatur Yahudi tersebut, secara tegas menghina pribadi Nabi Muhammad SAW. Bagaimana sikap kita, apakah harus mengebom, berperang, atau bagaimana? Penulis akan mengikuti nasehat cendekiawan muslim Zuhairi Misrawi. "Jika Anda benar-benar cinta Nabi, maka sebarkanlah ajaran cinta, bukan sebarkan benci. Saat mendengarkan isu film yg menghina Nabi, saya cukup mengirimkan shalawat kepada Nabi," kata Zuhairi di Twitternya 6 jam yang lalu. Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang agung. Keagungan dirinya tidak akan luntur dengan penghinaan dan pelecehan dari siapapun. Semasa hidup Nabi telah mencontohkan cara bereaksi yang tepat terhadap tindakan pelecehan dari orang lain. Nabi tidak membunuh dan membakar rumah orang yang melecehkan dirinya, mencaci dirinya, meludahi dirinya, dan melempar kotoran pada dirinya. Ia tetap tersenyum dan menjenguk si pelempar ketika ybs sakit. Itulah keagungan akhlak. Mengapa kita tidak mencontoh tauladan Nabi saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun